Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sekarang di Rumah Dulu, Nanti Kita ke Cirebon Lagi dan Rebah di Cordela

31 Maret 2020   21:31 Diperbarui: 31 Maret 2020   21:27 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kamar Deluxe yang nyaman di Cordela Hotel Cirebon (foto: omegahotelmanagement.com)

Di Jalan Siliwangi yang membelah jantung kota selain berdiri gedung-gedung pemerintahan dan perkantoran, banyak pula hotel dan penginapan. Sepanjang Jalan Siliwangi potret kearifan budaya yang lestari bisa dijumpai lewat banyaknya bangunan yang memiliki gapura khas Cirebonan dengan susunan batu bata merah. 

Gapura khas Cirebonan banyak menghiasi bangunan di Jalan Siliwangi Cirebon (dok. pri).
Gapura khas Cirebonan banyak menghiasi bangunan di Jalan Siliwangi Cirebon (dok. pri).
Sebuah keunikan juga saya dapati ketika menyusuri jalan ini. Hampir semua pedagang kaki lima dan warung hanya menjual teh botol dengan satu merek yang sama.

Wajah lain Cirebon tersaji di sepanjang Jalan Karanggetas. Saya terkesima oleh deretan toko emas dan perhiasan yang banyak jumlahnya. Bahkan, di sepanjang trotoarnya ada puluhan orang dengan kotak kayu bertuliskan "menerima jual emas". Ini pertama kalinya saya menemukan banyak toko emas dan penjual emas di sebuah ruas jalan. Apakah orang Cirebon gemar emas?

Keramaian di Cirebon (dok. pri).
Keramaian di Cirebon (dok. pri).
Meninggalkan Jalan Karanggetas, lalu menjejak Jalan Pasuketan. Pemandangan yang menonjol di sini ialah geliat ekonomi rakyatnya yang memesona, khususnya pedagang kecil. Banyak penjual kelopak bunga di sepanjang jalan yang berselingan dengan penjual pakaian dan makanan. Lagi-lagi ada yang menarik dan mengundang penasaran. Banyak penjual Soto Madura di Pasuketan. Entah bagaimana awal ceritanya sehingga soto menyeberang jauh dari Madura sampai ke Cirebon.

Jelajah Sejarah
Cirebon merupakan kolam pertemuan berbagai budaya serta agama. Pengaruh budaya Eropa (Belanda), Tionghoa, dan Jawa, serta harmoni tiga agama yakni Islam, Hindu dan Budha melingkupi Cirebon sejak lama. Semuanya saling berinteraksi dan membaur sehingga membentuk rona Cirebon hingga sekarang. 

Gapura di Keraton Kasepuhan (dok. pri).
Gapura di Keraton Kasepuhan (dok. pri).
Lintasan sejarah dan bukti masa lalu yang terawetkan memperlihatkan keunikan Cirebon. Oleh karena itu, menyenangkan bisa datang ke Cirebon karena sejarahnya yang unik dan kaya.

Saya sempat singgah ke Keraton Kanoman yang merupakan salah satu jantung penyebaran agama Islam di Cirebon dan Jawa Barat. Sayangnya Kanoman juga menjadi saksi kunci redupnya Kasultanan Cirebon yang kemudian pecah dan melahirkan satu keraton lainnya, yakni Kasepuhan. Pudarnya Kanoman tergambar dari keberadaannya yang tenggelam di balik riuh pasar Kanoman. Detak kehidupan keraton nyaris tidak terasa saat saya datang empat tahun silam. 

Keraton Kasepuhan (dok. pri).
Keraton Kasepuhan (dok. pri).
Dari Keraton Kanoman saya sampai ke Keraton Kasepuhan. Dibanding Kanoman, Kasepuhan jauh lebih hidup dan berkembang. Ramai wisatawan berkunjung dan para abdi menyertai aktivitas keraton.

Di Kasepuhan pula pesona tiga agama dan tiga budaya bisa dirasakan. Banyak tanda dan jejak sejarah yang masih kuat dijumpai di Kasepuhan. Antara lain dua patung Macan Uutih di Taman Dewandaru, gapura dan tembok bata merah bergaya Hindu-Budha, Siti Inggil, Langgar Agung, dan Bangsal Keraton. Terdapat pula museum yang menyimpan benda-benda berharga. Salah satunya Kereta Singa Barong.

Kembali Lagi
Sejumlah pengalaman tersebut begitu membekas dan mendorong saya ingin datang lagi ke Cirebon. Ingin rasanya menjenguk tempat-tempat yang dulu pernah saya singgahi.

Bagaimana wajah kotanya? Tentu sudah banyak yang berubah dan semakin menarik. Seperti apa Kanoman sekarang? Apakah ronanya sudah tak lagi muram? Bagaimana dengan Kasepuhan? Saya ingin masuk ke Masjid Agung-nya yang dulu terlewati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun