Soekarno secara cerdas dan bijak menyebut nama-nama tersebut dengan maksud ingin menyadarkan hadirin dalam sidang BPUPKI saat itu bahwa kehidupan bangsa ini dilingkupi oleh keberagaman. Kita hidup bersama anak bangsa dari berbagai latar belakang suku, etnis, dan agama.
Dengan demikian Philosophische grandslag dan Weltanshauung yang tepat untuk Indonesia adalah yang mampu mempersatukan sekaligus mengatasi kehendak penguasaan dan pemaksaan satu kelompok terhadap kelompok lain.
***
Sejarah membuktikan bahwa visi para pendiri bangsa menemukan keampuhannya, salah satunya ketika muncul ketidaknyamanan di sebagian golongan terkait isi Piagam Jakarta yang didalamnya memuat frasa "kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya", serta teks-teks lain yang cenderung mengakomodasi dan merepresentasikan superioritas agama tertentu.
Maka selama perumusan dan pengesahan Pancasila ada banyak curah gagasan yang memperkaya sintesis Pancasila. Berbagai ideologi yang dipahami oleh para pendiri bangsa bertemu dengan endapan pengalaman kolektif kebangsaan mereka.
Hasilnya ialah Pancasila sebagai ideologi yang mengatasi paham perseorangan, golongan, dan ideologi-idelogi lain termasuk ideologi agama, komunis, dan sebagainya.
Dari Pancasila dapat diteropong bahwa nilai-nilai dasar yang hidup sejak lama di dalam tubuh bangsa Indonesia ialah kebersamaan dan harmoni. Soekarno menyajikannya dengan istilah yang sangat kuat maknanya, yakni "gotong royong".Â
Soekarno juga menekankan bahwa Pancasila digali dari lapis-lapis kehidupan bangsa yang melintasi masa Hindu, Budha, hingga masuknya Islam. Dari situ terungkap bahwa Ketuhanan adalah salah satu akar terdalam dari kehidupan bangsa ini.
Namun, Ketuhanan yang menjadi dasar dan pandangan hidup bangsa Indonesia bukanlah Ketuhanan yang didikte oleh pemahaman kelompok mayoritas. Bukan Ketuhanan yang dirumuskan oleh ideologi agama tertentu untuk mengatasi agama-agama lain.Â
Oleh karena itu, tidak ada manfaatnya bagi bangsa dan negara ini untuk menonjolkan ideologi keagamaan tertentu karena sejak lama Ketuhanan telah hidup di tengah bangsa Indonesia.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah sintesis dari berbagai agama dan keyakinan. Akarnya dari dalam kehidupan bangsa Indonesia dalam bentuk Ketuhanan yang membangkitkan kebersamaan, kerjasama, saling menghormati dan welas asih. Soekarno merangkumnya dengan istilah "Ketuhanan yang Berkebudayaan" yang kemudian menjadi wawasan "sosio-religius" Pancasila.