Para penjual tumpah ke jalanan dan menyesaki trotoar. Segala macam bahan kebutuhan dijajakan. Mulai dari sayuran, buah-buahan, bumbu dapur, daging, ikan, hingga jajanan. Saya pun membeli bayam, kerupuk, serta singkong dan pisang rebus.
Bu Jum adalah penjual jenang yang jadi tujuan utama saya ke Pasar Kranggan pagi itu. Sudah sejak 2013 ia menjajakan jenang. Namanya pun sudah cukup dikenal di Pasar Kranggan. Coba tanyakan ke sembarang penjual atau tukang parkir di Pasar Kranggan. Besar kemungkinan mereka akan segera mengerti.
Itu sebabnya banyak orang meminati Jenang Bu Jum. Apalagi harganya terjangkau, yakni Rp 4.000 per porsi.
Kita bisa memilih hanya satu jenis jenang atau beberapa jenis untuk dicampur dalam satu porsi. Demi kepaduan rasa yang pas, saya biasanya hanya mencampur dua macam jenang. Paduan yang saya senangi ialah adalah sumsum dan kacang ijo serta sumsum dan mutiara.
Tanpa tambahan gula merah atau santan kelapa, perpaduan antara sumsum dan kacang ijo yang disajikan Bu Jum sudah enak. Kualitas rasa yang sama juga bisa ditemukan dalam paduan sumsum dengan mutiara.
Jika menginginkan racikan rasa yang sedikit berbeda, Jenang ubinya bisa dipilih karena ada sentuhan Jahe yang hangat. Atau cicipi Jenang Wajik dan Ketan Hitamnya. Untuk dua jenis jenang ini lebih pas jika dicampur dengan gula merah cair atau santan kelapa.
Dari semuanya yang paling unik ialah Jenang Pati Garut. Disebut demikian karena tepung yang digunakan adalah pati umbi Garut. Ke dalamnya ditambahkan butiran jagung dan irisan tipis wortel dalam jumlah yang melimpah.
Pernah sekali saya mencicipi bubur ini. Rasa yang tercecap antara manis dan gurih, tapi tipis-tipis saja. Rasanya cenderung ringan. Sedangkan teksturnya sedikit “sticky”. Menurut Bu Jum, Jenang Pati Garut cocok untuk sarapan orang-orang yang memiliki gangguan lambung.