Ada ketimpangan antara harga tiket yang tinggi dengan minimnya layanan tambahan yang diterima penumpang kereta api. Harga tiket kereta api yang mahal akan lebih cocok jika di dalamnya penumpang bisa mendapatkan fasilitas cuma-cuma seperti makan/minum, selimut, atau potongan harga angkutan terusan.
Faktanya saat ini untuk setiap tiket, penumpang kereta api hanya mendapatkan layanan dasar berupa tempat duduk dan bagasi. Sedangkan untuk mendapatkan layanan lainnya penumpang harus mengeluarkan biaya tambahan. Fasilitas ekstra terbatas pada tiket eksekutif, itu pun hanya berupa selimut.
Hal-hal seperti itulah yang membuat harga tiket kereta api menjadi tidak rasional. Bandingkan dengan layanan bus AKAP yang dalam harga tiketnya sudah lumrah meliputi layanan snack, makan/minum, bahkan layanan gratis angkutan terusan.
Kereta Api Indonesia perlu merasionalisasi harga tiketnya. Bukan berarti menurunkan harga, tapi mengimbanginya dengan memberi layanan tambahan kepada penumpang.
Dengan itu harga tiket kereta api yang mahal bisa diterima secara rasional. Bukan semata demi bersaing dengan layanan bus AKAP yang semakin baik, tapi demi menjaga mutu layanan kereta api itu sendiri. Masa kereta api Indonesia kalah dengan bus AKAP?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H