Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mendiamkan Penumpang Berisik di Kereta Api

5 November 2019   11:18 Diperbarui: 5 November 2019   17:32 9074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondektur yang bertugas siang itu (dok. pri).

"Selamat siang, boleh minta selfie?"

Ibu-ibu itu menjawab kompak: "Boleeeeh".

Sang kondektur lalu meneruskan dengan rangkaian kalimat berikutnya.

"Iya jadi nggak papa foto-foto. Asalkan suaranya jangan keras-keras. Ada yang komplain, ya cantik. Terima kasih, ya cantik".

Ketika mendengar ucapan kondektur yang halus itu saya amat terkesan. Pilihan kata-katanya, diksi "cantik" dan basa-basi "minta foto", membuat saya agak terkejut. Tapi yang lebih penting adalah teguran halus tersebut langsung bisa membuat penumpang yang ditegur menjadi diam. Sang kondektur pun tak menunggu respon lebih lanjut. Ia langsung pamit.

Kondektur yang bertugas siang itu (dok. pri).
Kondektur yang bertugas siang itu (dok. pri).
Dalam hati saya mengucap terima kasih pada sang kondektur sekaligus merasa lega. Paling tidak ia merahasiakan siapa yang mengajukan komplain dan bagaimana caranya komplain itu bisa sampai kepadanya. Tentu saja saya mengirim sms tanpa sepengetahuan penumpang lain, termasuk rombongan penumpang ibu-ibu itu.

Akan tetapi yang terpenting adalah perhatian Kereta Api Indonesia pada kenyamanan penumpang yang dibuktikan dengan kepedulian petugas perjalanan untuk menangani masalah-masalah yang terjadi di dalam kereta. 

Kejadian seperti yang saya alami tentu sudah sering terjadi dan dirasakan oleh para penumpang kereta. Bahwa seringkali ada penumpang yang kurang bisa bertenggang rasa dan menjaga sikap sehingga tanpa disadari mengganggu penumpang lainnya. 

Tapi pilihannya seringkali menghadapi dilema. Menegur secara langsung belum tentu berhasil. Belum lagi ada rasa segan atau bingung memilih kata-kata agar tidak menyinggung. Maka dari itu, papan informasi kondektur yang bertugas selama perjalanan menjadi saluran yang bisa diminta bantuannya, termasuk membantu mendiamkan penumpang-penumpang yang terlalu berisik.

Usai ditegur oleh sang kondektur, saya memperhatikan rombongan di kursi 15 dan 16 mulai mengurangi letupan-letupan suara dan tertawanya. Sesekali mereka masih melakukannya, tapi bagi saya biarlah teguran tadi meresap perlahan dan menjadi kesadaran masing-masing.

Nyenyak di pangkuan ayah (dok. pri).
Nyenyak di pangkuan ayah (dok. pri).
Kereta terus melaju. Penumpang anak di depan saya masih tidur. Kepalanya bertumpu pada paha sang ayah. Saya tahu itu adalah salah satu tidur paling nikmat bagi seorang anak karena paha ayah dan ibu adalah bantal terbaik.

Kereta tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta. Saya bangkit dari duduk dan melangkah keluar. Rombongan itu juga turun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun