"Selamat siang, boleh minta selfie?"
Ibu-ibu itu menjawab kompak: "Boleeeeh".
Sang kondektur lalu meneruskan dengan rangkaian kalimat berikutnya.
"Iya jadi nggak papa foto-foto. Asalkan suaranya jangan keras-keras. Ada yang komplain, ya cantik. Terima kasih, ya cantik".
Ketika mendengar ucapan kondektur yang halus itu saya amat terkesan. Pilihan kata-katanya, diksi "cantik" dan basa-basi "minta foto", membuat saya agak terkejut. Tapi yang lebih penting adalah teguran halus tersebut langsung bisa membuat penumpang yang ditegur menjadi diam. Sang kondektur pun tak menunggu respon lebih lanjut. Ia langsung pamit.
Akan tetapi yang terpenting adalah perhatian Kereta Api Indonesia pada kenyamanan penumpang yang dibuktikan dengan kepedulian petugas perjalanan untuk menangani masalah-masalah yang terjadi di dalam kereta.Â
Kejadian seperti yang saya alami tentu sudah sering terjadi dan dirasakan oleh para penumpang kereta. Bahwa seringkali ada penumpang yang kurang bisa bertenggang rasa dan menjaga sikap sehingga tanpa disadari mengganggu penumpang lainnya.Â
Tapi pilihannya seringkali menghadapi dilema. Menegur secara langsung belum tentu berhasil. Belum lagi ada rasa segan atau bingung memilih kata-kata agar tidak menyinggung. Maka dari itu, papan informasi kondektur yang bertugas selama perjalanan menjadi saluran yang bisa diminta bantuannya, termasuk membantu mendiamkan penumpang-penumpang yang terlalu berisik.
Usai ditegur oleh sang kondektur, saya memperhatikan rombongan di kursi 15 dan 16 mulai mengurangi letupan-letupan suara dan tertawanya. Sesekali mereka masih melakukannya, tapi bagi saya biarlah teguran tadi meresap perlahan dan menjadi kesadaran masing-masing.