Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mendiamkan Penumpang Berisik di Kereta Api

5 November 2019   11:18 Diperbarui: 5 November 2019   17:32 9074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesan pertama saya mendengar mereka berbincang adalah suaranya yang keras dan sering disertai tawa yang kencang. Ibu-ibu ini tak segan terbahak-bahak dan itu berlangsung cukup lama sampai pada akhirnya saya merasa terganggu. 

Bukan saja karena suara dan tawa mereka yang kencang dan berulang. Namun, lebih pada isi pembicaraan mereka yang menyinggu soal kehidupan rumah tangga dan "pelakor". Ya, ada momen ketika mereka tertawa keras seolah sedang bercanda tentang pelakor. Pada saat itu saya melihat penumpang di kursi depan dan seberang saya ikut terkejut.

SMS laporan saya berisi permintaan bantuan kepada kondektur kereta api untuk mendiamkan penumpang yang berisik (dok. pri).
SMS laporan saya berisi permintaan bantuan kepada kondektur kereta api untuk mendiamkan penumpang yang berisik (dok. pri).
Kebetulan juga di gerbong kereta 6 ada banyak anak dan balita. Setidaknya di kursi 17, 18, 19, saya menghitung ada lima anak dan balita. Seorang anak tepat di depan saya sedang tidur. Sedangkan balita di kursi seberang sedang digendong oleh ibunya.

Saya merasa rombongan penumpang itu sudah cukup menganggu. Bukan hanya saya yang terganggu, tapi pastilah penumpang lain di sekitarnya juga merasa kurang nyaman. Pada situasi itu saya memutuskan mencoba mendiamkan para penumpang tersebut. Mendiamkan yang saya maksud bukan mengabaikan atau membiarkan tanpa peduli. Namun, mendiamkan dalam arti membuat jadi diam.

Maka menengoklah saya ke belakang. Pandangan saya mencari sebuah papan yang biasa terpasang di dekat pintu. Beruntung saya menemukan informasi  nama dan nomor kondektur yang bertugas.

Segera saya mengirim sms ke sang kondektur. Isinya seperti berikut:

"Selamat siang. Mohon untuk ditegur sekelompok penumpang ibu-ibu di Joglosemarkerto gerbong 6 kursi 15 ABCD dan 16 ABCD. Selalu tertawa keras-keras dan mengganggu. Penumpang di sekitarnya banyak anak dan balita. Terima kasih."

Harapannya sms itu diterima dan ditanggapi sehingga papan yang terpasang terbukti bukan hanya hiasan. Ternyata sms saya direspon oleh sang kondektur dengan membalasnya:

"Tks informasinya segera kami tangani. selamat siang"

Sekitar lima menit kemudian, seorang laki-laki berseragam petugas kereta api memasuki gerbong 6. Ia berdiri tepat di antara baris kursi nomor 15 dan 16. Posisi berdirinya tepat menghadap saya.

Segera ia menyapa ibu-ibu yang masih asyik mengobrol. Saya merasa perlu menyebutkan apa yang diucapkan oleh sang kondektur karena isi dan caranya menegur sangat unik. Begini kurang lebih yang ia ucapkan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun