Semua kecenderungan dan fenomena di atas tidak bisa dibiarkan. Merupakan ironi besar besar dari negara demokrasi yang suara rakyatnya harus berbagi ruang dengan suara-suara kebohongan yang seringkali lebih nyaring.Â
Harus ada revolusi mental yang menyentuh langsung pemerintah, aparat penegak hukum, dan segenap bangsa Indonesia dalam memandang serta menangani hoaks. Kita mestinya tidak bersikap santai, apalagi hanya menunggu proses penyadaran masyarakat agar lebih rasional dalam memahami informasi. Kita tidak boleh hanya menunggu hasil dari pendidikan literasi dengan harapan masyarakat akan semakin kritis terhadap informasi-informasi yang beredar.Â
Pembelajaran dan literasi informasi memang penting. Namun, semua itu membutuhkan penguatan berupa penegakan hukum yang tegas dan konsisten. Â Untuk menuntaskan kasus hoaks yang saat ini sedang ditangani, tidak ada pilihan yang lebih baik selain mengusut tuntas dan menjadikannya secara maksimal sebagai efek jera. Selain produsen dan penyebar hoaks, konsumen dalam jaringan bisnis hoaks harus pula diungkap dan dihukum berat.
Dibutuhkan kesadaran bersama bahwa melawan dan memberantas adalah bentuk perjuangan mempertahankan keutuhan bangsa dan negara. Mayoritas orang Indonesia tentu siap turut serta dalam perjuangan tersebut. Akan tetapi perjuangan selalu membutuhkan pemimpin yang berani dan tidak terlalu banyak berkompromi.
Penangkapan MN dan pembatasan akses media sosial beberapa hari yang lalu semoga bentuk pembaharuan pendekatan dan keberanian yang lebih baik dari pemerintah, Presiden Jokowi, serta aparat dalam melawan dan memberantas hoaks di Indonesia.Â
Membiarkan praktik hoaks, termasuk yang melibatkan para elit politik, sama artinya dengan menyiapkan jalan menuju kehancuran bangsa.Â
Kita berharap Presiden Jokowi membuktikan ucapannya beberapa waktu lalu. Presiden mengatakan sudah tidak memiliki beban dan siap memutuskan apa pun sepanjang demi kebaikan masyarakat, bangsa, dan negara. Salah satu bentuk dari pernyataan itu semoga berupa strategi dan tindakan yang lebih garang dalam "menggebuk" para pengabdi hoaks.
***
Baca juga: Pengumbar Hoaks dan Kebencian Tidak "Puasa", Kita Harus Berbuat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H