Ribuan pelari Mandiri Jogja Marathon 2019 tentu memiliki latar belakang yang beragam. Di antara mereka banyak yang berbeda suku, ras, agama, dan juga pilihan politik. Namun, sejak berkumpul, lalu memulai start di lapangan utama Roro Jonggrang hingga finish di Candi Prambanan, semua perbedaan itu lebur. Masalah seputar "apa agamamu?", "pilih 01 atau 02?", dan sebagainya sama sekali tidak penting bagi mereka.
Semua orang larut dalam kebersamaan yang disatukan oleh minat dan kecintaan pada olahraga lari, khususnya maraton. Rasa takjub pada keindahan alam dan budaya serta kehangatan masyarakat lokal menghadirkan perasaan bahagia dan damai di antara mereka. Para pelari saling kenal dan antar komunitas lari pun menjalin persahabatan baru.
Semangat kebersamaan seperti ini diharapkan membekas untuk seterusnya, sekaligus menginspirasi kita semua supaya tetap saling menghormati dan bersatu dalam keberagaman.
***
Jelas sudah bahwa Mandiri Jogja Marathon 2019 telah membawa olahraga lari pada tingkat dan nilai yang lebih dari sekadar aktivitas fisik. Maraton bukan lagi sebatas lomba yang berorientasi pada kekuatan, kebugaran, dan prestasi.
Menyelesaikan lomba tentu penting dan menyentuh garis finish merupakan prestasi yang membanggakan. Akan tetapi Maraton kini juga berarti berlari untuk mencintai lingkungan, menghargai  budaya, dan merajut kebersamaan. Oleh karena itu, Mandiri Jogja Marathon harus tetap ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H