Olahraga lari semakin memasyarakat. Selain mudah, berlari juga relatif murah. Perlombaan lari pun tak lagi sekadar kompetisi adu cepat. Sambil berlari, masyarakat bisa mengapresiasi seni dan budaya, sekaligus menumbuhkan kesadaran untuk lebih mencintai lingkungan.
Pada tahun 490 SM seorang kurir Yunani bernama Pheidippides berlari sejauh 25 mil atau 40 km menuju kota Athena. Bersama ayunan kakinya yang kuat dan terlatih, kabar kemenangan hendak ia sampaikan kepada masyarakat negerinya: Yunani memenangi pertarungan maraton atas Persia.
Herodotus, filsuf besar Yunani, mencatat dan mengabarkan peristiwa Perang Persia serta aksi heroik Pheidippides tersebut dalam bukunya yang berjudul "The Histories". Buku itu merupakan salah satu kitab sejarah yang merekam peristiwa-peristiwa penting masa lampau. Herodotus sendiri diakui sebagai Bapak Sejarah Dunia.
Legenda Pheidippides yang dicatat oleh Herodotus inilah yang menjadi cikal bakal sebuah cabang atletik paling populer sejagad, yaitu lari maraton. Hingga sekarang semangat itu masih mengilhami ratusan event lomba maraton yang digelar di banyak negara setiap tahunnya. Salah satunya adalah Mandiri Jogja Marathon (MJM)
***
Mandiri Jogja Marathon 2019 telah diselenggarakan di Yogyakarta pada Minggu pagi (28/4/2019). Â Lomba lari dengan garis start dan finish di kawasan Candi Prambanan itu diikuti tak kurang dari 7500 peserta, termasuk atlet-atlet lari profesional dari luar negeri. Mereka berlomba menurut kategori full marathon, half marathon, 10K, dan 5K.Â
Tak seperti lomba maraton pada umumnya, Mandiri Jogja Marathon 2019 memberikan pengalaman yang berbeda kepada para pelari. Keindahan alam serta kearifan budaya lokal menyertai setiap ayunan kaki para pelari.
Andaikan Herodotus hidup kembali dan tubuhnya mendarat di Yogyakarta, ia pasti akan takjub mengetahui bahwa maraton yang dulu ia saksikan dari Pheidippides serta dari prajurit Yunani dan Persia, telah bertransformasi. Herodotus akan antusias membuat catatan-catatan baru tentang apa yang ia saksikan di Mandiri Jogja Marathon 2019.Â
Sebagai pendahuluan ia akan menulis:
"Sungguh ini sangat istimewa. Tak terasakan luapan ambisi atau ketegangan yang berlebihan untuk saling mengalahkan atau memburu kemenangan. Para pelari tetap berkompetisi dengan baik, tapi wajah mereka juga sumringah seperti menyerap banyak kenyamanan dan kegembiraan.Â
Rupanya itu karena suguhan pemandangan indah yang tak putus-putus. Setelah memulai dari bangunan candi yang agung, pelari ditemani hamparan tanaman padi yang hijau dan segar. Sebuah gunung bernama Merapi terlihat seperti raksasa di kejauhan menyaksikan para pelari berlomba.
Semakin jauh berlari keindahan tidak habis-habis. Pelari berjumpa lagi dengan candi-candi yang sama indahnya, yaitu Candi Plaosan, Sewu, dan Bubrah. Saat kelelahan tak bisa lagi disembunyikan, pelari disiram semangat baru.Â
Teriakan orang-orang yang menonton di sepanjang jalan desa memacu gairah untuk terus berlari. Timbul pula rasa senang ketika menyaksikan pertunjukkan budaya dan kearifan lokal yang menyentuh jiwa. Lintasan dengan keindahan alam, budaya, dan kehangatan manusia, semua itu berhasil mengantarkan para pelari ke garis finish dengan sempurna".
Dari Olahraga Menjadi Olahkesadaran
Mandiri Jogja Marathon 2019 bukan saja adu cepat menjangkau garis finish. Melainkan sebuah kesatuan antara olahraga, gaya hidup, dan rekreasi. Layaknya berolahraga sekaligus berwisata, para pelari sejakigus menikmati suasana dan panorama yang indah. Mereka juga terhibur oleh atraksi-atraksi seni dan budaya budaya di rute yang dilalui. Resep itulah yang membuat minat dan antusiasme masyarakat terhadap Mandiri Jogja Marathon 2019 begitu tinggi.Â
Minat dan antusiasme yang tinggi itu bukan hanya merefleksikan kesadaran akan pentingnya olahraga dan gaya hidup sehat. Namun juga memunculkan semangat baru. Dari olahraga menjadi "olahkesadaran". Mandiri Jogja Marathon 2019 menggelorakan semangat kebaikan berolahraga lengkap dengan pesan pelestarian lingkungan hidup dan budaya.
Berlari untuk Mencintai Lingkungan
Selama melintasi rute Mandiri Jogja Marathon 2019 para pelari menikmati pemandangan-pemandangan indah berupa persawahan yang hijau, keelokan Merapi, hingga gugusan perbukitan yang terbungkus hawa segar. Membelah alam pedesaan Tamanmartani, Purwomartani, dan Selomartani, yang tenang dan sejuk menghadirkan sensasi tersendiri. Suasana-suasana demikian memberikan kepuasan dan kebahagiaan saat berlari.
Merasakan hebatnya pengalaman Mandiri Jogja Marathon 2019, bukan hanya menerbitkan perasaan senang dan kagum. Namun juga bisa membangkitkan pemahaman dan kesadaran bahwa rute lari yang begitu indah bisa tersaji berkat lingkungan yang lestari.
Bila sekarang para pelari sangat bersyukur dan beruntung bisa menjelajahi rute alam yang indah, maka agar hari-hari esok suasana dan pengalaman serupa masih bisa dirasakan, satu-satunya cara adalah ikut mengupayakan kelestarian lingkungan. Dengan terus mencintai dan menjaga lingkungan sekitar, kita akan menikmati rahmat keindahan alam di manapun berada.Â
Berlari untuk Menghargai Budaya
Bagaimana rasanya berlomba dan disambut sorak-sorai serta senyum ramah masyarakat lokal? Bagaimana pula rasanya berlari dengan iringan suguhan pertunjukkan seni dan budaya? Ditambah lagi nuansa kearifan lokal khas Jawa, kuliner tradisional, monumen, museum, dan candi-candi dengan sejarah kejayaan masa lampau yang diakui dunia.
Para pelari Mandiri Jogja Marathon 2019 mendapatkan semua kejutan tersebut sebagai pengalaman yang tak tergantikan. Dengan melihat dan merasakan sendiri, pelari bisa memahami betapa berharganya nilai suatu budaya. Jangan sampai warisan budaya yang ada punah karena itu berarti kesenian-kesenian tradisional, kuliner khas, dan lain sebagainya tidak akan bisa dinikmati lagi. Mengapresiasi secara tulus kesenian dan kearifan lokal manapun adalah salah satu cara merawat kebudayaan.
Di sisi lain masyarakat lokal menjadi lebih terbuka pandangannya. Mereka semakin sadar bahwa jika kearifan lokal dan tradisi dirawat serta dikembangkan, akan membantu meningkatkan taraf hidup. Kekhasan seni dan budaya mereka merupakan potensi wisata yang bisa menggerakkan kemajuan desa. Dengan kata lain Mandiri Jogja Marathon 2019 bisa membangkitkan kesadaran bersama tentang pentingnya menghargai budaya.
Berlari untuk Merajut Kebersamaan
Ada satu lagi semangat yang tumbuh pada Mandiri Jogja Marathon 2019, yaitu kebersamaan. Seperti kita ketahui, olahraga selalu bisa meruntuhkan segala bentuk dinding dan sekat pemisah antar manusia.Â
Ribuan pelari Mandiri Jogja Marathon 2019 tentu memiliki latar belakang yang beragam. Di antara mereka banyak yang berbeda suku, ras, agama, dan juga pilihan politik. Namun, sejak berkumpul, lalu memulai start di lapangan utama Roro Jonggrang hingga finish di Candi Prambanan, semua perbedaan itu lebur. Masalah seputar "apa agamamu?", "pilih 01 atau 02?", dan sebagainya sama sekali tidak penting bagi mereka.
Semua orang larut dalam kebersamaan yang disatukan oleh minat dan kecintaan pada olahraga lari, khususnya maraton. Rasa takjub pada keindahan alam dan budaya serta kehangatan masyarakat lokal menghadirkan perasaan bahagia dan damai di antara mereka. Para pelari saling kenal dan antar komunitas lari pun menjalin persahabatan baru.
Semangat kebersamaan seperti ini diharapkan membekas untuk seterusnya, sekaligus menginspirasi kita semua supaya tetap saling menghormati dan bersatu dalam keberagaman.
***
Jelas sudah bahwa Mandiri Jogja Marathon 2019 telah membawa olahraga lari pada tingkat dan nilai yang lebih dari sekadar aktivitas fisik. Maraton bukan lagi sebatas lomba yang berorientasi pada kekuatan, kebugaran, dan prestasi.
Menyelesaikan lomba tentu penting dan menyentuh garis finish merupakan prestasi yang membanggakan. Akan tetapi Maraton kini juga berarti berlari untuk mencintai lingkungan, menghargai  budaya, dan merajut kebersamaan. Oleh karena itu, Mandiri Jogja Marathon harus tetap ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H