Seperti yang khalayak ketahui bersama, BTP mendapatkan perlawanan yang keras dan nyata dari para mafia dan koruptor yang mulai terusik. Di sebuah rapat, sejumlah anggota DPRD bahkan dengan lantang menghardik BTP dengan kata-kata "goblok", "anjing", dan "bangsat". Namun, BTP tidak gentar. Tekadnya kuat untuk menjaga dan menyelamatkan uang rakyat.
Walau pada saat yang sama perlawanan dan serangan balik dari orang-orang yang kenyamanannya terganggu semakin deras. Di kemudian hari terbukti satu persatu mafia dan koruptor yang dilawan oleh BTP itu terbongkar kedoknya.
BTP mempersempit celah korupsi dengan mengawasi penggunaan anggaran DKI secara ketat. Sistem e-budgeting dan e-katalog diterapkannya untuk memperkecil potensi penyusupan proyek serta penggelembungan anggaran yang biasa dilakukan untuk merampok uang rakyat. Selain itu BTP menerapkan lelang jabatan dan sistem evaluasi kerja bagi jajaran PNS DKI.
Di sektor pelayanan publik, BTP gencar menghadirkan inovasi. Transparansi yang dihadirkan BTP berhasil meyakinkan perusahaan-perusahaan swasta untuk mengucurkan dana CSR guna membangun fasilitas publik yang bermanfaat bagi masyarakat DKI. Banyak pembangunan dilakukan dengan penggunaan dana yang efisien. Hasil penghematan anggaran kemudian digunakan untuk menyokong pelayanan publik lainnya sehingga masyarakat DKI merasakan pelayanan yang semakin prima.
Risma adalah sosok di balik keberhasilan Surabaya menjadi daerah pertama yang menerapkan penyusunan dan pengawasan anggaran secara elektronik. Inilah yang kemudian ditiru oleh BTP di Jakarta melalui e-budgeting. Risma pula yang mengembangkan sistem e-procurement untuk mencegah korupsi dan suap dalam pengadaan barang dan jasa. Untuk meningkatkan efisiensi anggaran Risma memangkas anggaran belanja pegawai dan mengurangi jumlah kelurahan.
Sikap Risma dalam mempromosikan transparansi anggaran sebenarnya sudah ia tunjukkan sebelum menjadi walikota. Tidak sedikit pihak yang merasa terganggu dengan sepak terjangnya itu. Risma dan keluarganya pun pernah mendapatkan ancaman pembunuhan.Â
Sebagai Walikota, Risma tak segan bersikap keras dan marah-marah demi menegakkan pemerintahan yang bersih dari korupsi. Salah satu potret keteguhan hatinya untuk berpijak pada kebenaran adalah saat menghadapi DPRD Kota Surabaya terkait peraturan walikota soal reklame. Risma mempertahankan prinsipnya dan menolak tunduk pada DPRD. Ia tak peduli meski ada ancaman pemakzulan dan upaya kriminalisasi terhadap dirinya.
Langkah Yoyok menjadi pemimpin daerah cukup menarik. Setelah memutuskan pensiun dini dari TNI, ia memilih jalan hidup sebagai pengusaha. Sukses menjadi pengusaha, ia terpanggil untuk mengabdi pada rakyat Batang.Â