Limbah bukan selalu barang yang tak berharga. Di tangan para perajin dari Kelurahan Purbalingga Wetan, limbah kelapa diubah menjadi produk-produk yang bernilai.
Suara bising terdengar dari bangunan bekas gedung sekolah dasar yang hampir seluruh dindingnya telah kusam dan berdebu. Di halaman serta ruangan-ruangannya terserak banyak potongan kayu dan tempurung kelapa.Â
Belasan orang terlihat sibuk di sana pada Sabtu (24/10/2018) siang itu. Berbekal peralatan dan mesin sederhana mereka berkreasi sekaligus menghidupi diri.
Salah satunya adalah Warsin (50) yang sedang membuat irus atau sendok besar untuk menyendok sayur. Dengan tekun ia memilah tempurung kelapa lalu membersihkannya. Tempurung itu kemudian dibentuk dan dihaluskan permukaannya menggunakan mesin yang dimodifikasi dari bekas mesin pompa air. Pekerjaan dilanjutkan dengan membuat gagang dari potongan batang kelapa. Tempurung dan gagang kemudian disatukan menggunakan paku kecil serta sedikit lem kayu sebagai perekat.
Turun Temurun
Warsin adalah satu dari sekitar 25 pembuat kerajinan berbahan limbah kelapa di Kelurahan Purbalingga Wetan, Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Belum diketahui kapan tepatnya pembuatan kerajinan dari limbah kelapa di Purbalingga Wetan berawal. Menurut sejumlah perajin, orang tua mereka dulu sudah menekuni pekerjaan tersebut.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembuatan kerajinan dari limbah kelapa di Purbalingga Wetan sudah berlangsung sejak lama. Pengetahuan dan keterampilan itu kemudian diwariskan antar generasi. Para perajin yang masih mempertahankan usaha kerajinan secara turun temurun itu percaya bahwa kreasi limbah kelapa mampu menghidupi mereka.
Beragam
Pada mulanya perajin di Purbalingga Wetan hanya membuat centong, irus, dan ulekan, tapi kini mereka juga membuat sodet, vas bunga, cangkir, asbak, kotak lampu, hingga sandal. Bentuk dan variasi setiap produk pun semakin beragam.Â
Tidak ada pelatihan khusus yang diikuti oleh perajin. Pada umumnya mereka bisa membuat kerajinan limbah kelapa hanya dengan melihat orang tua atau tetangga mereka dulu membuatnya.
Tidak semua kerajinan limbah kelapa dibuat menggunakan tempurung dan batang kelapa sekaligus. Centong dan sodet misalnya, umumnya hanya dibuat dari kayu batang kelapa atau disebut gelugu. Prosesnya dimulai dengan menjemur batang pohon lalu memotongnya menjadi bilah-bilah kayu berukuran tertentu. Setelah itu dibentuk lebih lanjut menggunakan alat penatah manual.
Hampir semua perajin di Purbalingga Wetan bisa membuat lebih dari satu macam kerajinan limbah kelapa. Naluri menuntun tangan mereka menciptakan produk dengan bentuk dan ukuran yang sesuai tanpa harus menggunakan alat ukur. Sono, perajin berusia 43 tahun, siang itu setelah membuat ulekan lalu berganti membuat centong. Kecekatan tangannya menunjukkan bahwa ia menguasai pembuatan aneka kerajinan.
Setelah itu proses dilanjutkan dengan merapikan bentuk dan mengampelas permukaannya hingga jadilah vas bunga yang cantik. Sedikit ukiran sebagai hiasan bisa ditambahkan dengan menggoreskan bentuk tertentu pada permukaan vas bunga.
Awalnya para perajin bekerja di rumah masing-masing. Namun, sejak 2006 sebagian besar dari mereka memanfaatkan bekas gedung SD Negeri 2 Purbalingga Wetan sebagai  ruang kerja dan tempat produksi. Pemerintah daerah memberikan gedung yang sudah tidak terpakai tersebut untuk dijadikan pusat kegiatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berbahan limbah kelapa khas Purbalingga Wetan.Â
Belum Maksimal
Rata-rata setiap perajin limbah kelapa di Purbalingga Wetan mampu memproduksi 100-150 irus atau centong per minggu. Untuk produk lain, jumlah produksinya sangat tergantung dari tingkat kerumitan serta kesiapan dan kemampuan perajin.Â
Dengan harga irus dan centong Rp2000-3000 per buah di tingkat perajin, maka omzetnya mencapai Rp1.800.000 per bulan. Omzet tersebut masih harus dikurangi biaya bahan baku dan iuran listrik. Sementara biaya tenaga kerja tidak dihitung karena dikerjakan sendiri.
Mereka mengaku kekurangan tenaga produksi. Jika ditelisik penyebabnya antara lain karena para perajin masih bekerja sendiri-sendiri serta kurangnya minat generasi muda setempat untuk menekuni kerajinan limbah kelapa.
Belum maksimalnya potensi tersebut juga dipengaruhi oleh ketergantungan perajin pada pengepul. Pada saat yang sama perajin belum memanfaatkan kemajuan teknologi informasi sebagai sarana promosi serta pemasaran. Adi dan Sri misalnya, keduanya belum tertarik untuk menjual produknya secara online karena khawatir dengan biaya ongkos kirim yang mahal dan produknya rusak selama pengiriman.Â
Butuh DukunganÂ
Ekonomi kerakyatan berbasis UMKM seperti kerajinan limbah kelapa di Purbalingga Wetan bisa menjadi unggulan daerah dan penggerak ekonomi lokal. Kecenderungan masyarakat saat ini yang lebih menyukai produk ramah lingkungan membuka peluang besar bagi kerajinan limbah kelapa. Apalagi produk dari limbah kelapa memiliki keunikan berupa corak yang menarik dari serabut kayu pada tempurung dan batang kelapa.
Sebagai perusahaan jasa pengiriman ekspres dan kurir logistik yang sudah berpengalaman selama 28 tahun, Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) bisa berperan dalam mendorong evolusi perajin agar mengikuti perkembangan pasar dan zaman. Sentuhan JNE antara lain bisa dilakukan dengan menemui para perajin dan memberikan edukasi seputar kemudahan pengiriman produk-produk kerajinan menggunakan layanan pengiriman yang aman dan nyaman. Layanan tersebut sejalan dengan peluang e-commerce yang semakin tumbuh di Indonesia.Â
Jaringan JNE yang luas dan tersebar memudahkan perajin mengirimkan produk dari daerahnya ke berbagai pelosok negeri. Jangkauan pasar pun semakin luas sekaligus mengurangi ketergantungan kepada pengepul.
Kekhawatiran para perajin akan keamanan produk yang dikirimkan juga bisa dikikis dengan adanya layanan pengemasan oleh JNE. Untuk mencegah berbagai risiko JNE menyediakan kemasan pendukung yang tepat sehingga produk kerajinan bisa tetap aman selama proses pengiriman dan pengantaran. Perajin bahkan bisa mengirimkan produknya dalam jumlah besar dan berat menggunakan JNE Trucking.
Berbagai dukungan tersebut diharapkan memacu pengembangan potensi kerajinan limbah kelapa di Purbalingga Wetan menjadi lebih maksimal. Dengan demikian kreasi dari limbah kelapa bisa semakin menghidupi serta memberikan manfaat yang semakin besar kepada perajin dan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H