Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kreasi Limbah Kelapa yang Menghidupi dari Purbalingga

3 Desember 2018   09:33 Diperbarui: 3 Desember 2018   22:05 2204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perajin limbah kelapa di Purbalingga Wetan, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah (dok. pri).

Limbah bukan selalu barang yang tak berharga. Di tangan para perajin dari Kelurahan Purbalingga Wetan, limbah kelapa diubah menjadi produk-produk yang bernilai.

Suara bising terdengar dari bangunan bekas gedung sekolah dasar yang hampir seluruh dindingnya telah kusam dan berdebu. Di halaman serta ruangan-ruangannya terserak banyak potongan kayu dan tempurung kelapa. 

Belasan orang terlihat sibuk di sana pada Sabtu (24/10/2018) siang itu. Berbekal peralatan dan mesin sederhana mereka berkreasi sekaligus menghidupi diri.

Salah satunya adalah Warsin (50) yang sedang membuat irus atau sendok besar untuk menyendok sayur. Dengan tekun ia memilah tempurung kelapa lalu membersihkannya. Tempurung itu kemudian dibentuk dan dihaluskan permukaannya menggunakan mesin yang dimodifikasi dari bekas mesin pompa air. Pekerjaan dilanjutkan dengan membuat gagang dari potongan batang kelapa. Tempurung dan gagang kemudian disatukan menggunakan paku kecil serta sedikit lem kayu sebagai perekat.

Turun Temurun

Warsin adalah satu dari sekitar 25 pembuat kerajinan berbahan limbah kelapa di Kelurahan Purbalingga Wetan, Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Belum diketahui kapan tepatnya pembuatan kerajinan dari limbah kelapa di Purbalingga Wetan berawal. Menurut sejumlah perajin, orang tua mereka dulu sudah menekuni pekerjaan tersebut.

Limbah kelapa berupa tempurung dan kayu dari batang kelapa sebagai bahan baku kerajinan (dok. pri).
Limbah kelapa berupa tempurung dan kayu dari batang kelapa sebagai bahan baku kerajinan (dok. pri).
Sumadi (66), salah satu perajin tertua yang masih bertahan, mengatakan bahwa pembuatan irus dari tempurung kelapa sudah berkembang di desanya pada tahun 1970-an. Ia pun mewarisi keterampilan membuat irus dari orang tuanya. Hal itu dibenarkan oleh Warsin yang mengaku mulai belajar membuat irus dan centong dari orang tuanya saat ia masih kecil.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembuatan kerajinan dari limbah kelapa di Purbalingga Wetan sudah berlangsung sejak lama. Pengetahuan dan keterampilan itu kemudian diwariskan antar generasi. Para perajin yang masih mempertahankan usaha kerajinan secara turun temurun itu percaya bahwa kreasi limbah kelapa mampu menghidupi mereka.

Beragam

Pada mulanya perajin di Purbalingga Wetan hanya membuat centong, irus, dan ulekan, tapi kini mereka juga membuat sodet, vas bunga, cangkir, asbak, kotak lampu, hingga sandal. Bentuk dan variasi setiap produk pun semakin beragam. 

Tidak ada pelatihan khusus yang diikuti oleh perajin. Pada umumnya mereka bisa membuat kerajinan limbah kelapa hanya dengan melihat orang tua atau tetangga mereka dulu membuatnya.

Tempurung kelapa untuk membuat irus, vas bunga, dan lain-lain (dok. pri).
Tempurung kelapa untuk membuat irus, vas bunga, dan lain-lain (dok. pri).
Bahan baku utama tempurung dan batang kelapa didapatkan dari beberapa wilayah penghasil kelapa di Purbalingga seperti Slinga dan Kejobong. Namun, ada kalanya bahan baku didatangkan dari luar Purbalingga atau perajin menggunakan kayu melinjo saat bahan utama sulit didapatkan.

Tidak semua kerajinan limbah kelapa dibuat menggunakan tempurung dan batang kelapa sekaligus. Centong dan sodet misalnya, umumnya hanya dibuat dari kayu batang kelapa atau disebut gelugu. Prosesnya dimulai dengan menjemur batang pohon lalu memotongnya menjadi bilah-bilah kayu berukuran tertentu. Setelah itu dibentuk lebih lanjut menggunakan alat penatah manual.

Tempurung kelapa yang telah dibentuk dan dihaluskan (dok. pri).
Tempurung kelapa yang telah dibentuk dan dihaluskan (dok. pri).
Produk yang masih setengah jadi dan kasar kemudian dijemur lagi beberapa menit. Penjemuran dilakukan dengan meletakkannya begitu saja di bawah terik matahari. Terakhir permukaan dihaluskan hingga dihasilkan centong dan sodet yang menarik.

Hampir semua perajin di Purbalingga Wetan bisa membuat lebih dari satu macam kerajinan limbah kelapa. Naluri menuntun tangan mereka menciptakan produk dengan bentuk dan ukuran yang sesuai tanpa harus menggunakan alat ukur. Sono, perajin berusia 43 tahun, siang itu setelah membuat ulekan lalu berganti membuat centong. Kecekatan tangannya menunjukkan bahwa ia menguasai pembuatan aneka kerajinan.

Salah satu perajin limbah kelapa di Purbalingga Wetan (dok. pri).
Salah satu perajin limbah kelapa di Purbalingga Wetan (dok. pri).
Sementara Adi (35) yang meski baru sekitar 10 tahun menekuni kerajinan limbah kelapa, tapi sudah terampil membuat vas bunga. Berbeda dengan membuat irus, pembuatan vas bunga membutuhkan tempurung kelapa yang relatif masih utuh. Tempurung kelapa dilubangi sedikit dengan menggergaji salah satu sisinya. Meski terlihat mudah, tapi perlu kehati-hatian agar tempurung kelapa tidak retak atau pecah.

Setelah itu proses dilanjutkan dengan merapikan bentuk dan mengampelas permukaannya hingga jadilah vas bunga yang cantik. Sedikit ukiran sebagai hiasan bisa ditambahkan dengan menggoreskan bentuk tertentu pada permukaan vas bunga.

Bekas gedung SD Negeri 2 Purbalingga Wetan menjadi pusat UMKM kerajinan limbah kelapa di Purbalingga (dok. pri).
Bekas gedung SD Negeri 2 Purbalingga Wetan menjadi pusat UMKM kerajinan limbah kelapa di Purbalingga (dok. pri).
Pembuatan kerajinan limbah kelapa di Purbalingga Wetan berlangsung setiap hari. "Hanya kalau listrik mati atau sedang sakit, kami nggak buat", kata Sawanto yang sudah lebih dari 20 tahun menjadi perajin.

Awalnya para perajin bekerja di rumah masing-masing. Namun, sejak 2006 sebagian besar dari mereka memanfaatkan bekas gedung SD Negeri 2 Purbalingga Wetan sebagai  ruang kerja dan tempat produksi. Pemerintah daerah memberikan gedung yang sudah tidak terpakai tersebut untuk dijadikan pusat kegiatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berbahan limbah kelapa khas Purbalingga Wetan. 

Sawanto, salah satu perajin limbah kelapa di Purbalingga Wetan dengan irus bergagang pendek buatannya (dok. pri).
Sawanto, salah satu perajin limbah kelapa di Purbalingga Wetan dengan irus bergagang pendek buatannya (dok. pri).
Meski berkumpul di bangunan yang sama, mayoritas perajin mengerjakan produknya sendiri-sendiri. Hanya sebagian kecil yang membentuk kelompok. Menurut mereka bekerja secara individu lebih fleksibel. "Kalau capek ya berhenti atau pulang. Nanti bisa dilanjutkan lagi", kata Sri, wanita 38 tahun kelahiran Sukoharjo yang memutuskan menjadi perajin limbah kelapa sejak pindah ke Purbalingga Wetan.

Belum Maksimal

Rata-rata setiap perajin limbah kelapa di Purbalingga Wetan mampu memproduksi 100-150 irus atau centong per minggu. Untuk produk lain, jumlah produksinya sangat tergantung dari tingkat kerumitan serta kesiapan dan kemampuan perajin. 

Dengan harga irus dan centong Rp2000-3000 per buah di tingkat perajin, maka omzetnya mencapai Rp1.800.000 per bulan. Omzet tersebut masih harus dikurangi biaya bahan baku dan iuran listrik. Sementara biaya tenaga kerja tidak dihitung karena dikerjakan sendiri.

Centong dari kayu kelapa buatan perajin Purbalingga Wetan (dok. pri).
Centong dari kayu kelapa buatan perajin Purbalingga Wetan (dok. pri).
Produk yang sudah jadi biasanya langsung diambil oleh pedagang pengepul. Pedagang inilah yang memasarkan kerajinan limbah kelapa dari Purbalingga Wetan ke sejumlah daerah, seperti Yogyakarta, Solo, Bandung, dan Jakarta. Namun, ada juga perajin yang menjualnya sendiri dengan berkeliling ke sejumlah pasar di Purbalingga dan Purwokerto.
Irus bergagang panjang buatan perajin Purbalingga Wetan yang siap dipasarkan (dok. pri).
Irus bergagang panjang buatan perajin Purbalingga Wetan yang siap dipasarkan (dok. pri).
Meski laku hingga ke luar daerah, tapi potensi kerajinan limbah kelapa dari Purbalingga Wetan masih perlu dimaksimalkan. Para perajin seringkali terpaksa membatasi permintaan, terutama pesanan dalam jumlah banyak dengan target waktu pengerjaan yang singkat.

Mereka mengaku kekurangan tenaga produksi. Jika ditelisik penyebabnya antara lain karena para perajin masih bekerja sendiri-sendiri serta kurangnya minat generasi muda setempat untuk menekuni kerajinan limbah kelapa.

Belum maksimalnya potensi tersebut juga dipengaruhi oleh ketergantungan perajin pada pengepul. Pada saat yang sama perajin belum memanfaatkan kemajuan teknologi informasi sebagai sarana promosi serta pemasaran. Adi dan Sri misalnya, keduanya belum tertarik untuk menjual produknya secara online karena khawatir dengan biaya ongkos kirim yang mahal dan produknya rusak selama pengiriman. 

Butuh Dukungan 

Ekonomi kerakyatan berbasis UMKM seperti kerajinan limbah kelapa di Purbalingga Wetan bisa menjadi unggulan daerah dan penggerak ekonomi lokal. Kecenderungan masyarakat saat ini yang lebih menyukai produk ramah lingkungan membuka peluang besar bagi kerajinan limbah kelapa. Apalagi produk dari limbah kelapa memiliki keunikan berupa corak yang menarik dari serabut kayu pada tempurung dan batang kelapa.

Beberapa produk kerajinan dari limbah kelapa buatan perajin Purbalingg Wetan (dok. pri).
Beberapa produk kerajinan dari limbah kelapa buatan perajin Purbalingg Wetan (dok. pri).
Namun, semua kendala yang menghambat pengembangan kerajinan limbah kelapa harus segera diatasi. Dukungan dari pemerintah daerah dan swasta dibutuhkan agar potensi kerajinan limbah kelapa di Purbalingga Wetan bisa lebih maksimal. Dukungan yang besar diharapkan bisa mempermudah akses permodalan, meningkatkan kapasitas produksi dan diversifikasi produk, memperluas pasar, serta membenahi sistem kerja dan organisasi perajin.

Sebagai perusahaan jasa pengiriman ekspres dan kurir logistik yang sudah berpengalaman selama 28 tahun, Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) bisa berperan dalam mendorong evolusi perajin agar mengikuti perkembangan pasar dan zaman. Sentuhan JNE antara lain bisa dilakukan dengan menemui para perajin dan memberikan edukasi seputar kemudahan pengiriman produk-produk kerajinan menggunakan layanan pengiriman yang aman dan nyaman. Layanan tersebut sejalan dengan peluang e-commerce yang semakin tumbuh di Indonesia. 

Salah satu jenis irus yang juga bisa difungsikan sebagai centong nasi (dok. pri).
Salah satu jenis irus yang juga bisa difungsikan sebagai centong nasi (dok. pri).
Edukasi dan penyadaran tentang hal itu sangat penting karena mayoritas perajin di Purbalingga Wetan masih menganggap ongkos kirim sebagai beban yang memberatkan sehingga mereka enggan untuk memasarkan produknya secara online atau langsung kepada konsumen. Padahal ongkos kirim dalam jual beli online dibebankan kepada konsumen atau disubsidi oleh penyedia platforme-commerce. Di sisi lain JNE menyediakan layanan pengiriman barang dengan pilihan tarif yang ekonomis dan tidak memberatkan pelaku UMKM. 

Jaringan JNE yang luas dan tersebar memudahkan perajin mengirimkan produk dari daerahnya ke berbagai pelosok negeri. Jangkauan pasar pun semakin luas sekaligus mengurangi ketergantungan kepada pengepul.

Kekhawatiran para perajin akan keamanan produk yang dikirimkan juga bisa dikikis dengan adanya layanan pengemasan oleh JNE. Untuk mencegah berbagai risiko JNE menyediakan kemasan pendukung yang tepat sehingga produk kerajinan bisa tetap aman selama proses pengiriman dan pengantaran. Perajin bahkan bisa mengirimkan produknya dalam jumlah besar dan berat menggunakan JNE Trucking.

Berbagai dukungan tersebut diharapkan memacu pengembangan potensi kerajinan limbah kelapa di Purbalingga Wetan menjadi lebih maksimal. Dengan demikian kreasi dari limbah kelapa bisa semakin menghidupi serta memberikan manfaat yang semakin besar kepada perajin dan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun