Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kreasi Limbah Kelapa yang Menghidupi dari Purbalingga

3 Desember 2018   09:33 Diperbarui: 3 Desember 2018   22:05 2204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Limbah kelapa berupa tempurung dan kayu dari batang kelapa sebagai bahan baku kerajinan (dok. pri).

Tidak semua kerajinan limbah kelapa dibuat menggunakan tempurung dan batang kelapa sekaligus. Centong dan sodet misalnya, umumnya hanya dibuat dari kayu batang kelapa atau disebut gelugu. Prosesnya dimulai dengan menjemur batang pohon lalu memotongnya menjadi bilah-bilah kayu berukuran tertentu. Setelah itu dibentuk lebih lanjut menggunakan alat penatah manual.

Tempurung kelapa yang telah dibentuk dan dihaluskan (dok. pri).
Tempurung kelapa yang telah dibentuk dan dihaluskan (dok. pri).
Produk yang masih setengah jadi dan kasar kemudian dijemur lagi beberapa menit. Penjemuran dilakukan dengan meletakkannya begitu saja di bawah terik matahari. Terakhir permukaan dihaluskan hingga dihasilkan centong dan sodet yang menarik.

Hampir semua perajin di Purbalingga Wetan bisa membuat lebih dari satu macam kerajinan limbah kelapa. Naluri menuntun tangan mereka menciptakan produk dengan bentuk dan ukuran yang sesuai tanpa harus menggunakan alat ukur. Sono, perajin berusia 43 tahun, siang itu setelah membuat ulekan lalu berganti membuat centong. Kecekatan tangannya menunjukkan bahwa ia menguasai pembuatan aneka kerajinan.

Salah satu perajin limbah kelapa di Purbalingga Wetan (dok. pri).
Salah satu perajin limbah kelapa di Purbalingga Wetan (dok. pri).
Sementara Adi (35) yang meski baru sekitar 10 tahun menekuni kerajinan limbah kelapa, tapi sudah terampil membuat vas bunga. Berbeda dengan membuat irus, pembuatan vas bunga membutuhkan tempurung kelapa yang relatif masih utuh. Tempurung kelapa dilubangi sedikit dengan menggergaji salah satu sisinya. Meski terlihat mudah, tapi perlu kehati-hatian agar tempurung kelapa tidak retak atau pecah.

Setelah itu proses dilanjutkan dengan merapikan bentuk dan mengampelas permukaannya hingga jadilah vas bunga yang cantik. Sedikit ukiran sebagai hiasan bisa ditambahkan dengan menggoreskan bentuk tertentu pada permukaan vas bunga.

Bekas gedung SD Negeri 2 Purbalingga Wetan menjadi pusat UMKM kerajinan limbah kelapa di Purbalingga (dok. pri).
Bekas gedung SD Negeri 2 Purbalingga Wetan menjadi pusat UMKM kerajinan limbah kelapa di Purbalingga (dok. pri).
Pembuatan kerajinan limbah kelapa di Purbalingga Wetan berlangsung setiap hari. "Hanya kalau listrik mati atau sedang sakit, kami nggak buat", kata Sawanto yang sudah lebih dari 20 tahun menjadi perajin.

Awalnya para perajin bekerja di rumah masing-masing. Namun, sejak 2006 sebagian besar dari mereka memanfaatkan bekas gedung SD Negeri 2 Purbalingga Wetan sebagai  ruang kerja dan tempat produksi. Pemerintah daerah memberikan gedung yang sudah tidak terpakai tersebut untuk dijadikan pusat kegiatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berbahan limbah kelapa khas Purbalingga Wetan. 

Sawanto, salah satu perajin limbah kelapa di Purbalingga Wetan dengan irus bergagang pendek buatannya (dok. pri).
Sawanto, salah satu perajin limbah kelapa di Purbalingga Wetan dengan irus bergagang pendek buatannya (dok. pri).
Meski berkumpul di bangunan yang sama, mayoritas perajin mengerjakan produknya sendiri-sendiri. Hanya sebagian kecil yang membentuk kelompok. Menurut mereka bekerja secara individu lebih fleksibel. "Kalau capek ya berhenti atau pulang. Nanti bisa dilanjutkan lagi", kata Sri, wanita 38 tahun kelahiran Sukoharjo yang memutuskan menjadi perajin limbah kelapa sejak pindah ke Purbalingga Wetan.

Belum Maksimal

Rata-rata setiap perajin limbah kelapa di Purbalingga Wetan mampu memproduksi 100-150 irus atau centong per minggu. Untuk produk lain, jumlah produksinya sangat tergantung dari tingkat kerumitan serta kesiapan dan kemampuan perajin. 

Dengan harga irus dan centong Rp2000-3000 per buah di tingkat perajin, maka omzetnya mencapai Rp1.800.000 per bulan. Omzet tersebut masih harus dikurangi biaya bahan baku dan iuran listrik. Sementara biaya tenaga kerja tidak dihitung karena dikerjakan sendiri.

Centong dari kayu kelapa buatan perajin Purbalingga Wetan (dok. pri).
Centong dari kayu kelapa buatan perajin Purbalingga Wetan (dok. pri).
Produk yang sudah jadi biasanya langsung diambil oleh pedagang pengepul. Pedagang inilah yang memasarkan kerajinan limbah kelapa dari Purbalingga Wetan ke sejumlah daerah, seperti Yogyakarta, Solo, Bandung, dan Jakarta. Namun, ada juga perajin yang menjualnya sendiri dengan berkeliling ke sejumlah pasar di Purbalingga dan Purwokerto.
Irus bergagang panjang buatan perajin Purbalingga Wetan yang siap dipasarkan (dok. pri).
Irus bergagang panjang buatan perajin Purbalingga Wetan yang siap dipasarkan (dok. pri).
Meski laku hingga ke luar daerah, tapi potensi kerajinan limbah kelapa dari Purbalingga Wetan masih perlu dimaksimalkan. Para perajin seringkali terpaksa membatasi permintaan, terutama pesanan dalam jumlah banyak dengan target waktu pengerjaan yang singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun