Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 pada Senin (30/4/2018) siang. Hawa panas yang teramat terik telah menguapkan nafsu makan saya. Tak ada makan siang, hanya ada keinginan untuk mengudap makanan kecil, tapi bingung kudapan apa yang cocok untuk disantap menjelang sore.
Tiba-tiba teringat sekitar dua minggu lalu pernah mencicipi naget pisang "Sang Pisang" rasa coklat yang dibeli seorang teman. Jadilah saya memutuskan membuka aplikasi Gojek di smartphone. Pada fitur GoFood saya mencari Sang Pisang yang gerainya berlokasi di kawasan Babarsari.
Di aplikasi GoFood satu kotak Sang Pisang berisi 10 naget pisang dihargai Rp25.000, belum termasuk topping tambahan. Sementara jasa antarnya Rp13.000. Saya maklum dengan biaya antar ini karena jarak Babarsari dengan kawasan UGM lumayan jauh, sekitar 5 Km melewati jalanan yang ramai dan rawan macet menjelang sore.
Tapi harga total yang lumayan mahal itu membuat saya beralih untuk mencoba GrabFood. Di aplikasi GrabFood sekotak Sang Pisang ternyata dihargai lebih murah, yaitu Rp22.000 dan biaya pengantarannya hanya Rp3000. Selisih yang cukup mencolok dengan GoFood.
Sang Pisang ternyata tiba 20 menit lebih cepat dari perkiraan. Satu kotak kertas berwarna hitam berukuran 20x10x4 cm dengan permukaan mengilat saya terima. Bersama kemasannya diberikan sebuah garpu plastik berukuran kecil dan beberapa lembar tisu bersih.
Dan oleh karena itu pula, Kaesang ingin berkata bahwa Sang Pisang bukan lahir dari semangat aji mumpung menjual kue-kue yang serba homogen yang sebenarnya tidak ada istimewanya, tapi dengan modal nama beken diri dan kota besar, lalu dibuat promosi seolah-olah kue artis adalah jajanan yang mahanikmat dan maha istimewa.
Saat tutupnya dibuka aroma wangi langsung menguar dari naget pisang berlumur saus strawberry yang saya pilih sebagai pelengkap. Wanginya menurut saya cukup menggoda. Apalagi, lumeran saus berwarna pink yang menyelimuti permukaan naget tampak sangat menarik. Tampilan luar Sang Pisang yang memikat seperti ini mungkin bisa menjadi pemakluman atas harganya yang sedikit lebih mahal dari naget pisang lainnya.
Ini yang saya sayangkan. Naget pisang akan lebih baik jika disajikan setelah ditiriskan minyaknya, baru kemudian dilumuri topping atau saus agar rasa dan tampilannya sama baiknya.
Untungnya rasa dasar naget Sang Pisang cukup enak. Seperti yang dikatakan Kaesang dalam promosi peluncuran Sang Pisang akhir 2017 lalu, bahwa naget Sang Pisang dibuat dengan komposisi pisang lebih banyak, maka rasa manis khas pisang pun langsung terlacak di lidah saat menggigitnya pertama kali.Â
Bahkan, biji pisang pun masih dapat ditemukan di dalam naget Sang Pisang. Bagian dalam naget-nya berwarna kuning, teksturnya padat, lembut, kenyal, dan sedikit lengket seperti halnya daging pisang yang dihaluskan.
Bagi saya saus stroberi yang ditambahkan, apalagi jumlahnya banyak, kurang cocok untuk naget Sang Pisang yang rasa aslinya sudah lumayan manis. Bahkan, tanpa dilumuri saus pun naget Sang Pisang sebenarnya sudah bisa menjadi teman minum teh atau kopi yang nikmat.
Apalagi jika minyak sisa penggorengannya telah lebih dulu ditiriskan agak lama sehingga rasa manis, lembut, dan sensasi krispinya dapat dinikmati secara pas.
Misalnya, memberikan pilihan penambahan saus terpisah sehingga Sang Pisang bisa dinikmati lebih sesuka hati dengan mencocolkannya dalam saus sesuai selera.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI