Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pisang Kaesang, Lembut Padat tapi Manisnya "Lebay"

1 Mei 2018   16:18 Diperbarui: 2 Mei 2018   20:59 5356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
#BUKANKUEARTIS, begitu katanya (dok. pri).

Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 pada Senin (30/4/2018) siang. Hawa panas yang teramat terik telah menguapkan nafsu makan saya. Tak ada makan siang, hanya ada keinginan untuk mengudap makanan kecil, tapi bingung kudapan apa yang cocok untuk disantap menjelang sore.

Tiba-tiba teringat sekitar dua minggu lalu pernah mencicipi naget pisang "Sang Pisang" rasa coklat yang dibeli seorang teman. Jadilah saya memutuskan membuka aplikasi Gojek di smartphone. Pada fitur GoFood saya mencari Sang Pisang yang gerainya berlokasi di kawasan Babarsari.

Di aplikasi GoFood satu kotak Sang Pisang berisi 10 naget pisang dihargai Rp25.000, belum termasuk topping tambahan. Sementara jasa antarnya Rp13.000. Saya maklum dengan biaya antar ini karena jarak Babarsari dengan kawasan UGM lumayan jauh, sekitar 5 Km melewati jalanan yang ramai dan rawan macet menjelang sore.

Tapi harga total yang lumayan mahal itu membuat saya beralih untuk mencoba GrabFood. Di aplikasi GrabFood sekotak Sang Pisang ternyata dihargai lebih murah, yaitu Rp22.000 dan biaya pengantarannya hanya Rp3000. Selisih yang cukup mencolok dengan GoFood.

Kemasan naget Sang Pisang (dok. pri).
Kemasan naget Sang Pisang (dok. pri).
Saya akhirnya memesan melalui GrabFood dan segera diterima oleh seorang pengemudi Grab dengan perkiraan waktu pengiriman 40 menit. Lumayan lama, tapi tak mengapa. Mungkin jika tidak sempat dihabiskan, bisa dinikmati bersama teman-teman di kos setelah pulang nanti.

Sang Pisang ternyata tiba 20 menit lebih cepat dari perkiraan. Satu kotak kertas berwarna hitam berukuran 20x10x4 cm dengan permukaan mengilat saya terima. Bersama kemasannya diberikan sebuah garpu plastik berukuran kecil dan beberapa lembar tisu bersih.

#BUKANKUEARTIS, begitu katanya (dok. pri).
#BUKANKUEARTIS, begitu katanya (dok. pri).
Pada bagian atas tutupnya ada sebuah tulisan menarik: "Naget Pisang Kesayangan Sang Pisang By Kaesang". Lalu di balik tutup kemasannya, Kaesang menitipkan semacam peringatan: #BUKANKUEARTIS. Barangkali ia hendak mengatakan bahwa dirinya bukan artis. Meski predikat anak presiden sebenarnya telah membuat keterkenalannya melampaui artis. 

Dan oleh karena itu pula, Kaesang ingin berkata bahwa Sang Pisang bukan lahir dari semangat aji mumpung menjual kue-kue yang serba homogen yang sebenarnya tidak ada istimewanya, tapi dengan modal nama beken diri dan kota besar, lalu dibuat promosi seolah-olah kue artis adalah jajanan yang mahanikmat dan maha istimewa.

Saat tutupnya dibuka aroma wangi langsung menguar dari naget pisang berlumur saus strawberry yang saya pilih sebagai pelengkap. Wanginya menurut saya cukup menggoda. Apalagi, lumeran saus berwarna pink yang menyelimuti permukaan naget tampak sangat menarik. Tampilan luar Sang Pisang yang memikat seperti ini mungkin bisa menjadi pemakluman atas harganya yang sedikit lebih mahal dari naget pisang lainnya.

Naget Sang Pisang (dok. pri).
Naget Sang Pisang (dok. pri).
Sementara pada sisi yang tidak berlumur saus strawberry, terlihat warna luar naget yang kecoklatan dengan tepung krispi yang kering. Naget yang saya terima sepertinya baru digoreng karena selain masih hangat, jejak minyaknya juga masih banyak tertinggal di permukaan.

Ini yang saya sayangkan. Naget pisang akan lebih baik jika disajikan setelah ditiriskan minyaknya, baru kemudian dilumuri topping atau saus agar rasa dan tampilannya sama baiknya.

Untungnya rasa dasar naget Sang Pisang cukup enak. Seperti yang dikatakan Kaesang dalam promosi peluncuran Sang Pisang akhir 2017 lalu, bahwa naget Sang Pisang dibuat dengan komposisi pisang lebih banyak, maka rasa manis khas pisang pun langsung terlacak di lidah saat menggigitnya pertama kali. 

Bahkan, biji pisang pun masih dapat ditemukan di dalam naget Sang Pisang. Bagian dalam naget-nya berwarna kuning, teksturnya padat, lembut, kenyal, dan sedikit lengket seperti halnya daging pisang yang dihaluskan.

Tekstur naget Sang Pisang cukup padat dan lembut (dok. pri).
Tekstur naget Sang Pisang cukup padat dan lembut (dok. pri).
Sayangnya, saya salah memilih saus topping. Indera pengecap saya mendapati saus stroberinya terlalu manis dan medok sehingga membuat rasa naget secara keseluruhan menjadi kurang nikmat. Penggemar berat makanan manis mungkin menyukai totalitas rasa seperti ini. Tapi bagi pemilik lidah lainnya, sentuhan dari saus stroberi ini terasa berlebihan alias lebay.

Bagi saya saus stroberi yang ditambahkan, apalagi jumlahnya banyak, kurang cocok untuk naget Sang Pisang yang rasa aslinya sudah lumayan manis. Bahkan, tanpa dilumuri saus pun naget Sang Pisang sebenarnya sudah bisa menjadi teman minum teh atau kopi yang nikmat.

Apalagi jika minyak sisa penggorengannya telah lebih dulu ditiriskan agak lama sehingga rasa manis, lembut, dan sensasi krispinya dapat dinikmati secara pas.

Cita rasa manis naget Sang Pisang dengan saus strawberry ini terlalu berlebihan (dok. pri).
Cita rasa manis naget Sang Pisang dengan saus strawberry ini terlalu berlebihan (dok. pri).
Sang Pisang tampaknya perlu melakukan eksperimen ulang atau menguji lagi penambahan saus dan topping-nya secara tepat dengan lebih memerhatikan kesesuaian rasa, selain mementingkan tampilan luar. Tidak semua saus dan topping cocok ditambahkan dalam jumlah banyak.

Sekotak Sang Pisang berisi 10 naget pisang (dok. pri).
Sekotak Sang Pisang berisi 10 naget pisang (dok. pri).
Saus atau topping coklat seperti yang pernah saya cicipi sebelumnya masih cocok dipadupadankan dengan naget pisang, tapi tidak dengan saus stoberi yang medok ini karena membuat rasa Sang Pisang menjadi berlebihan dan kurang bisa dinikmati. Ada baiknya Sang Pisang perlu mempertimbangkan sedikit modifikasi dalam penyajian dan penjualan pisang naget-nya. 

Misalnya, memberikan pilihan penambahan saus terpisah sehingga Sang Pisang bisa dinikmati lebih sesuka hati dengan mencocolkannya dalam saus sesuai selera.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun