Hanya untuk memetik buah Duku dari satu pohon, Paini (45) berjalan menuju kebun miliknya di Desa Kejobong, Kecamatan Kejobong, Kabupaten Purbalingga, pada Sabtu  (3/3/2018) siang. Di kebun ia dibantu dua orang kerabatnya. Satu di antaranya bertugas memanjat pohon Duku.Â
Sedangkan Paini dan seorang lainnya menunggu di bawah untuk memindahkan Duku yang dipetik ke dalam karung. Buah Duku yang didapat hari itu rencananya akan dijual ke pasar atau ke pedagang besar.
Sedikit demi sedikit karung mulai terisi buah Duku. Paini berniat menjual Duku dari kebunnya itu ke pasar atau ke pedagang besar yang sering membeli Duku dari pemilik pohon untuk dijual lagi.Â
Bulan Maret menjadi awal musim Duku yang biasanya akan terus berlangsung hingga akhir April. Sepanjang itu pula buah yang memiliki nama latin Lansium dookoo ini mudah dijumpai di pasar dan penjual buah, termasuk para penjual dadakan yang mencoba meraup rezeki dari melimpahnya Duku.
Di Purbalingga Duku banyak berasal dari wilayah Kalikajar dan Kejobong. Pemandangan rumah yang bersanding dengan kebun duku adalah hal yang biasa di kedua wilayah tersebut.Â
Banyak pula masyarakat yang menanam satu atau dua pohon duku di halaman depan rumahnya. Saat memasuki musim berbuah, Duku-duku mengalir deras dari Kalikajar dan Kejobong. Mulai dari  sepanjang jalan di tengah kota hingga ke desa-desa, kemudian di pasar-pasar tradisional,  duku menjadi etelase yang sangat mencolok di Purbalingga.
Sementara di tingkat pemilik kebun harganya jauh lebih murah lagi. Oleh karena itu, tidak sedikit penggemar Duku yang memilih berburu langsung ke kebun di desa-desa penghasil Duku. Selain bisa mendapatkan harga yang murah, Duku yang didapat juga dijamin segar.
Paini tidak menanam banyak pohon Duku. Di kebunnya yang tak terlalu luas, hanya tumbuh satu pohon Duku. Kebun miliknya lebih banyak ditanami singkong dan pisang. Meskipun demikian, setiap tahun satu pohon Duku itu selalu memberikannya hasil.Â
Ratusan atau bahkan ribuan tandan Duku tertancap di cabang dan ranting pohon. Buahnya menggantung dan beberapa tandan berada cukup rendah sehingga bisa dipetik tanpa harus memanjat pohonnya.
Dari balik kulitnya menyembul daging buah yang berwarna putih. Bijinya tidak terlalu besar sehingga lebih puas menikmatinya. Saat digigit rasanya dominan manis dengan sentilan rasa masam yang menghasilkan sensasi mengejutkan di lidah. Buah khas daerah tropis seperti Duku memang memiliki rasa yang eksotik.
Tahun ini satu pohon Duku milik Paini menghasilkan buah yang jumlahnya cukup lumayan. Separuh isi kantung yang dibawanya sudah terisi dan terus bertambah karena Duku di pohon belum habis dipetik semuanya.
Begitulah ketulusan dan kebaikan orang-orang di desa seperti Paini. Meskipun hasil kebun miliknya sebenarnya dimaksudkan untuk dijual ke pasar sebagai tambahan penghasilan, tapi berbagi selalu menjadi hal pertama yang terlintas di pikiran. Rupanya buah Duku dari kebun Paini tak sekadar komoditas dagang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H