Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Megahnya Panorama di Bukit Lintang Sewu

5 Maret 2018   08:38 Diperbarui: 5 Maret 2018   15:18 1755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama di puncak bukit Lintang Sewu bagai lukisan alam yang teramat indah (dok. pri).

"Selamat datang di Lintang Sewu, bagaimana jalan-jalannya?" sapa Purwo Harsono, seorang pegiat pengembangan wisata lokal di Kecamatan Dlingo, menyambut saya dan beberapa teman saat tiba di puncak Lintang Sewu sore itu. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 dan suasana tidak begitu ramai sehingga ketenangan yang melenakan sangat terasa. Saya pun segera membebaskan diri untuk menikmati tempat ini.

Lintang Sewu adalah spot wisata berupa bukit di Desa Muntuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk mencapai Lintang Sewu tidaklah terlalu sulit karena akses jalan yang menghubungkan Kecamatan Dlingo dengan Kota Yogyakarta maupun Gunungkidul relatif baik. 

Jarak Lintang Sewu dari pusat kota Yogyakarta sekitar 35 km. Hanya saja tidak ada transportasi umum yang mengantar langsung mencapai ke lokasi. Menggunakan kendaraan pribadi baik mobil maupun sepeda motor atau menyewanya dari layanan jasa transportasi akan lebih mudah dan membawa kita ke Lintang Sewu dalam waktu sekitar 75 menit.

Bukit Lintang Sewu di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, DIY (dok. pri).
Bukit Lintang Sewu di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, DIY (dok. pri).
Begitu mendekati Lintang Sewu setelah melewati jalanan yang agak berkelok dan menanjak, pemandangan asri di kanan dan kiri jalan segera mengundang antusiasme. Maklum saja, Lintang Sewu masih berada dalam "jalur wisata" Kecamatan Dlingo yang lebih dulu melambungkan Kebun Buah Mangunan, Puncak Becici, serta hutan-hutan pinusnya yang menarik.

Purwo Harsono menjelaskan bahwa lokasi wisata Lintang Sewu yang diluncurkan untuk umum pada 2017 ini dikelola langsung oleh warga setempat yang tergabung dalam kelompok wisata. Setiap pengunjung cukup membayar Rp2.000 untuk masuk ke Lintang Sewu. Tambahan uang diperlukan untuk membayar jasa parkir sebesar Rp 2.000 per sepeda motor dan Rp 5.000 per kendaraan roda empat. 

Jalan menuju puncak Lintang Sewu (dok. pri).
Jalan menuju puncak Lintang Sewu (dok. pri).
Penamaan "Lintang Sewu" yang berarti bintang seribu atau seribu bintang merujuk pada pengalaman dan sensasi yang bisa didapatkan di puncak bukitnya. Kala malam cerah tanpa awan menghalangi, bintang gemintang akan terlihat bertaburan dan berpendar di langit Lintang Sewu.

Akan tetapi, daya tarik Lintang Sewu lebih dari itu. Berada di ketinggian sekitar 345 mdpl menjadikan tempat ini dilingkupi hawa sejuk. Rimbun pepohonan pinus dan kayu putih yang banyak tumbuh menambah kesegaran.

Sembari menikmati semilir angin dan tarian daun-daun, arahkan pandangan ke sekeliling untuk menyimak pemandangan yang megah memesona. Dari puncak bukit Lintang Sewu lukisan-lukisan alam yang indah dan terpampang nyata. 

Di kejauhan deret pegunungan tampak gagah. Hijau hutan yang membentang menjadi latar belakang yang anggun. Terlihat pula lembah-lembah dengan kelok sungai di antara kaki bukit. Cara terbaik untuk menikmati keindahan ini adalah dengan diam memandanginya selama beberapa menit. Bisa juga jika dilakukan sambil duduk atau berdiri di gardu pandang. 

Dari gardu pandang di puncak Lintang Sewu (dok. pri).
Dari gardu pandang di puncak Lintang Sewu (dok. pri).
Dari gardu pandang yang instagrammable keindahan alam Lintang Sewu sayang jika dilewatkan tanpa mengabadikannya dalam bentuk foto. Tapi jangan terlalu bernafsu karena selain berada di ketinggian, beberapa gardu pandang juga berada di tepi puncak bukit. Keindahan Lintang Sewu bisa jadi membuat pemburu foto selfie yang narsis menjadi kurang waspada.

Beberapa petak taman yang ditumbuhi bunga warna-warni mempercantik Lintang Sewu. Di sekitar taman terdapat tempat duduk untuk bersantai. "Ini belum semua. Nanti kami akan  buat (taman) lagi. Sementara yang sudah ada masih perlu dirapikan", kata Purwo Harsono menjelaskan rencana pengembangan Lintang Sewu selanjutnya.

Lintang Sewu juga menarik dengan keberadaan bangunan-bangunan unik. Salah satunya adalah "rumah ranting". Bangunan yang bisa dimasuki dua hingga tiga orang ini dinding dan atapnya tersusun dari ranting-ranting pohon yang saling dikaitkan dan disatukan. Sekilas bentuk rumah ranting ini seperti rumah binatang atau kurcaci di cerita-cerita dongeng.

Taman di Bukit Lintang Sewu (dok. pri).
Taman di Bukit Lintang Sewu (dok. pri).
Lepas pukul 17.30 pemandangan berupa perbukitan hijau yang megah pelan-pelan digantikan dengan lukisan senja yang dramatis. Lintang Sewu adalah salah satu tempat yang pas untuk menikmati sunset karena posisinya langsung berhadapan dengan cakrawala.

Menjelang matahari tenggelam langit di puncak Lintang Sewu menjadi merona. Transisi warnanya mengingatkan pada lirik indah lagu Kahitna "ah aku bilang suka, wajahmu merah merona". Dari kekuningan, oranye, lama kelamaan ronanya semakin kuat. Bentang langit seperti terbakar dan kehangatannya terasa sampai ke  Lintang Sewu. 

Senja di Bukit Lintang Sewu (dok. pri).
Senja di Bukit Lintang Sewu (dok. pri).
Begitu indahnya pertunjukkan senja di Lintang Sewu membuat mata enggan berpaling. Kemudian saat warnanya semakin menua, dari merah merona menjadi biru kehitaman, terbersit rasa syukur atas keagungan Tuhan yang telah menciptakan dan mengatur setiap detail lukisan-lukisan alam itu.

Rasanya tak cukup hanya satu atau dua jam berada di Lintang Sewu. Di tempat ini pandangan mata seolah dihadang oleh panorama-panorama menawan di segala penjuru.

Langit yang merona saat senja di Lintang Sewu (dok. pri).
Langit yang merona saat senja di Lintang Sewu (dok. pri).
Tapi apa boleh buat, langit telah gelap dan kumandang adzan memanggil. Kaki pun melangkah meninggalkan Lintang Sewu dengan setumpuk perasaan bahagia. Apalagi kalau bukan karena telah menyaksikan sederet lukisan alam yang begitu indah dan megah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun