Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Dua Hari Berjalan Menjelajah Solo, Nyaman dan Asyik Berkat "Terapi Hangat" Geliga

4 Januari 2018   11:30 Diperbarui: 4 Januari 2018   11:33 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati malam di Pasar Malam Ngarsopuro (dok. pri).

Pukul 18.15 saya keluar hotel dan berjalan menuju Ngarsopuro Night Market atau Pasar Malam Ngarsopuro. Pasar ini merupakan arena bagi pelaku UMKM di Solo untuk menjual produk mereka.

Menikmati malam di Pasar Malam Ngarsopuro (dok. pri).
Menikmati malam di Pasar Malam Ngarsopuro (dok. pri).
Pasar Malam Ngarsopuro hanya digelar setiap Sabtu malam dari pukul 18.00-22.00 dan menjadi tempat wisata alternatif di Solo. Malam itu tiga kali saya mengelilinginya demi merasakan suasana dan melihat aneka barang yang dijual. Ada batik, lurik, tas, pakaian, aksesoris, barang kebutuhan rumah tangga, hingga makanan. Saya pun mencicipi arem-arem super, martabak, bakso bakar, dan es puter khas Solo. 

Setelah dua jam menikmati malam di Pasar Malam Ngarsopuro, saya kembali ke hotel. Meski baru pukul 20.45 tapi saya ingin istirahat lebih awal untuk mempersiapkan perjalanan esok hari. Sebelum tidur saya mengoleskan Geliga Krim untuk memulihkan kondisi otot kaki yang sudah terasa "berat" setelah berjalan jauh. Pijatan-pijatan kecil saya lakukan di bagian betis hingga pergelangan kaki. Perlahan rasa hangat dari Geliga Krim membuat otot kaki kembali rileks. Bersamaan dengan itu saya pun terlelap dengan nyenyak.

Dari Car Free Day Hingga Taman Buku

Minggu, 17 Desember 2017, saya meninggalkan hotel pukul 06.00. Sebelum check out saya terlebih dahulu melakukan pemanasan dan peregangan otot ringan, lalu mengoleskan Geliga Krim di kedua kaki untuk mencegah rasa pegal karena kali ini akan berjalan lebih jauh.

Museum Bank Indonesia Solo di Jalan Jendral Sudirman menjadi tempat pertama yang saya capai di hari kedua itu. Dari Museum Bank Indonesia saya kemudian berjalan menyeberang ke Jalan Urip Sumohardjo untuk mencapai Pasar Gedhe Hardjonegoro. Saat tiba di depan pasar, muncul keinginan untuk sarapan di sana. Tapi selera makan langsung sirna setelah berkeliling di dalam pasar. Kondisi Pasar Gedhe saat ini ternyata cenderung kumuh, kotor dan bau.

Museum Bank Indonesia Solo (dok. pri).
Museum Bank Indonesia Solo (dok. pri).
Pasar Gedhe Hardjonegoro (dok. pri).
Pasar Gedhe Hardjonegoro (dok. pri).
Tiba di Pasar Klewer (dok. pri).
Tiba di Pasar Klewer (dok. pri).
Meninggalkan Pasar Gedhe, saya lalu menuju Car Free Day (CFD) Jalan Slamet Riyadi. Cukup lama saya berada di CFD karena berjalan mulai dari Simpang Gladhak hingga sebelum Purwosari yang jauhnya hampir 4 km. 

Bersama ribuan orang saya larut dalam suasana CFD Solo. Areanya yang luas dan nyaman memberikan ruang untuk melakukan beragam aktivitas pagi, mulai dari berolahraga, berekreasi, dan mencecap kuliner. Di sini saya pun sarapan dengan Pecel Ddeso dan Cabuk Rambak yang dijajakan Mbah Pardiyem.

Tuntas menyusuri CFD, saya bersantai di dekat halte bus Batik Solo Trans. Sambil beristirahat dan meminum es teh, saya mengoleskan Geliga Krim di kedua kaki disertai pijatan-pijatan kecil. Setelah cukup beristirahat, saya kembali melangkah. Kali ini menyusuri Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Radjiman dan kawasan Penumping hingga sampailah saya di Pasar Klewer. Meski jaraknya lumayan jauh, tapi efek hangat di kaki yang ditimbulkan oleh Geliga Krim membuat saya tetap nyaman melangkah.

Larut dalam keramaian CFD Solo (dok. pri).
Larut dalam keramaian CFD Solo (dok. pri).
Berkeliling Pasar Klewer membuat mata saya senang. Saya sempat menawar selembar Batik Kesikan, tapi gagal mendapatkannya. Saat berada di lantai tiga atau lantai teratas saya mengobati haus dengan semangkuk Dawet Telasih Bu Suliyem. 

Keluar meninggalkan Pasar Klewer, saya singgah sebentar di Masjid Kraton Surakarta, lalu bergeser ke Taman Buku dan Majalah di Jalan Pakubuwono, sekitar 150 m dari Masjid Kraton. Di sini saya melihat-lihat tumpukan buku dan majalah bekas. Banyak di antaranya adalah buku lawas berbahasa Belanda dan Indonesia ejaan lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun