Pukul 18.15 saya keluar hotel dan berjalan menuju Ngarsopuro Night Market atau Pasar Malam Ngarsopuro. Pasar ini merupakan arena bagi pelaku UMKM di Solo untuk menjual produk mereka.
Setelah dua jam menikmati malam di Pasar Malam Ngarsopuro, saya kembali ke hotel. Meski baru pukul 20.45 tapi saya ingin istirahat lebih awal untuk mempersiapkan perjalanan esok hari. Sebelum tidur saya mengoleskan Geliga Krim untuk memulihkan kondisi otot kaki yang sudah terasa "berat" setelah berjalan jauh. Pijatan-pijatan kecil saya lakukan di bagian betis hingga pergelangan kaki. Perlahan rasa hangat dari Geliga Krim membuat otot kaki kembali rileks. Bersamaan dengan itu saya pun terlelap dengan nyenyak.
Dari Car Free Day Hingga Taman Buku
Minggu, 17 Desember 2017, saya meninggalkan hotel pukul 06.00. Sebelum check out saya terlebih dahulu melakukan pemanasan dan peregangan otot ringan, lalu mengoleskan Geliga Krim di kedua kaki untuk mencegah rasa pegal karena kali ini akan berjalan lebih jauh.
Museum Bank Indonesia Solo di Jalan Jendral Sudirman menjadi tempat pertama yang saya capai di hari kedua itu. Dari Museum Bank Indonesia saya kemudian berjalan menyeberang ke Jalan Urip Sumohardjo untuk mencapai Pasar Gedhe Hardjonegoro. Saat tiba di depan pasar, muncul keinginan untuk sarapan di sana. Tapi selera makan langsung sirna setelah berkeliling di dalam pasar. Kondisi Pasar Gedhe saat ini ternyata cenderung kumuh, kotor dan bau.
Bersama ribuan orang saya larut dalam suasana CFD Solo. Areanya yang luas dan nyaman memberikan ruang untuk melakukan beragam aktivitas pagi, mulai dari berolahraga, berekreasi, dan mencecap kuliner. Di sini saya pun sarapan dengan Pecel Ddeso dan Cabuk Rambak yang dijajakan Mbah Pardiyem.
Tuntas menyusuri CFD, saya bersantai di dekat halte bus Batik Solo Trans. Sambil beristirahat dan meminum es teh, saya mengoleskan Geliga Krim di kedua kaki disertai pijatan-pijatan kecil. Setelah cukup beristirahat, saya kembali melangkah. Kali ini menyusuri Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Radjiman dan kawasan Penumping hingga sampailah saya di Pasar Klewer. Meski jaraknya lumayan jauh, tapi efek hangat di kaki yang ditimbulkan oleh Geliga Krim membuat saya tetap nyaman melangkah.
Keluar meninggalkan Pasar Klewer, saya singgah sebentar di Masjid Kraton Surakarta, lalu bergeser ke Taman Buku dan Majalah di Jalan Pakubuwono, sekitar 150 m dari Masjid Kraton. Di sini saya melihat-lihat tumpukan buku dan majalah bekas. Banyak di antaranya adalah buku lawas berbahasa Belanda dan Indonesia ejaan lama.