Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Money

Pertambangan di Indonesia: Bertindak Nyata Mengangkat Harkat Masyarakat

31 Oktober 2016   06:55 Diperbarui: 3 November 2016   08:17 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertambangan harus menjadi agen perubahan yang bertindak nyata mengangkat harkat masyarakat (ptfi.co.id).

Negeri serba ada. Itulah Indonesia yang kekayaan alamnya melimpah dan tersebar di semua penjuru. Semuanya adalah modal berharga untuk mencapai kemakmuran. Syaratnya Indonesia harus mampu memanfaatkan serta mengelola setiap kekayaan alamnya secara maksimal dan bertanggung jawab.

Salah satu upaya untuk memanfaatkan sumber daya alam adalah  kegiatan pertambangan. Selama puluhan tahun pertambangan telah memberikan banyak manfaat yang nyata bagi Indonesia, terutama dalam pembangunan. Pertambangan berkontribusi menyumbang pendapatan negara dengan jumlah yang tidak sedikit. Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pada 2014 jumlah penerimaan negara dari pertambangan mencapai 158,46 triliun rupiah yang meliputi  pajak sebesar 118,80 triliun rupiah dan penerimaan  bukan pajak sebesar 39,66 triliun rupiah. Jumlah tersebut meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding tahun 2010.

Jumlah penerimaan negara dari sektor Pertambangan selama periode 2010-2014 (esdm.go.id).
Jumlah penerimaan negara dari sektor Pertambangan selama periode 2010-2014 (esdm.go.id).
Industri pertambangan adalah salah satu nadi yang menghidupkan perekonomian baik di tingkat pusat maupun daerah. Hadirnya perusahaan-perusahaan tambang mendorong peningkatkan kuantitas dan kualitas insfrastruktur daerah, terutama yang menunjang kesehatan dan pendidikan. Selain itu, pertambangan telah membuka lapangan pekerjaan bagi ratusan ribu hingga jutaan penduduk sehingga mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan kehidupan. Tanggung jawab sosial perusahaan tambang yang dijalankan secara profesional juga memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

Menghidupkan Wilayah, Menggiatkan Masyarakat

Kondisi di Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB menjadi salah satu contoh bahwa pertambangan telah membangunkan harapan. Beroperasinya sebuah perusahaan tambang tembaga pada tahun 2000 mengubah Sekongkang yang dulu terisolir dan tertinggal menjadi sebuah kecamatan yang bergairah. Jalanan beraspal kini menghubungkan desa-desa di Sekongkang dengan daerah tetangganya. Sepeda motor dan beberapa mobil lalu lalang mengantar aktivitas masyarakat terutama di pagi dan sore hari. Padahal, dahulu masyarakat seringkali harus menunggang kuda melewati jalanan tanah untuk keluar dari daerahnya.

Jaringan listrik dan telekomunikasi telah berkembang pesat di Sekongkang. Mesin ATM bank BUMN bukan lagi sesuatu yang asing di daerah ini. Bahkan, ada sebuah klinik dokter yang beroperasi hingga malam hari. 

Perusahaan tambang juga membangun sekolah dari jenjang SD hingga SMA sehingga memberikan pilihan yang lebih baik bagi pendidikan anak-anak dan masyarakat. Salah satu penduduk Sekongkang bernama Sahabudin merasakan betul manfaat dibangunnya sekolah-sekolah tersebut. Ia membandingkan perjuangannya dulu saat berangkat ke sekolah  yang jaraknya cukup jauh dengan kedua anaknya yang kini bisa belajar di SMP dan SMA di Sekongkang.

Suasana pagi hari di Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB. Sekongkang semakin berkembang semenjak beroperasinya perusahaan tambang tembaga di wilayah ini sejak 2000 (dok. Hendra Wardhana).
Suasana pagi hari di Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB. Sekongkang semakin berkembang semenjak beroperasinya perusahaan tambang tembaga di wilayah ini sejak 2000 (dok. Hendra Wardhana).
Pekerja di tempat pembuatan jaring serabut kelapa yang dibina oleh perusahaan tambang di Kabupaten Sumbawa Barat (dok. Hendra Wardhana).
Pekerja di tempat pembuatan jaring serabut kelapa yang dibina oleh perusahaan tambang di Kabupaten Sumbawa Barat (dok. Hendra Wardhana).
Berkembangnya wilayah dan migrasi penduduk karena hadirnya perusahaan tambang juga  menciptakan peluang-peluang usaha baru bagi masyarakat setempat. Warung sembako,  warung  makan, hingga minimarket mudah dijumpai di Sekongkang. Di sore hari penjual gorengan menggelar lapak sederhana di pinggir jalan. Penjual hasil laut mendapatkan rezeki karena banyak masyarakat yang membeli ikan segar sebagai lauk. Sementara beberapa orang membangun rumah kost untuk para pendatang yang bekerja di perusahaan tambang. Perlahan tingkat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.

Wilayah lingkar tambang lainnya di sekitar Sekongkang juga bergiat dengan memanfaatkan pelaksanaan program pengembangan masyarakat atau community development perusahaan tambang. Di tempat  pembuatan jaring sabut kelapa (coconet) yang dibina oleh perusahaan tambang, para ibu rumah tangga dan anak muda yang sebelumnya tidak bekerja menjadi lebih berdaya. Setiap bulan mereka mampu mendapatkan penghasilan 1,5-3 juta rupiah. Sementara itu, masyarakat yang ingin bercocok tanam bisa mendapatkan bantuan bibit sengon, jati, kelengkeng, rambutan, nangka, buah naga dan lain sebagainya secara gratis dari kebun pembibitan yang juga dibangun oleh perusahaan tambang.

Kehidupan yang berkembang karena pertambangan tak hanya dijumpai di Nusa Tenggara Barat. Di tanah Papua, perusahaan tambang juga menjadi agen perubahan bagi masyarakat. Selain menyerap lebih dari 12.000 pekerja langsung yang 35% di antaranya adalah asli Papua, melalui tanggung jawab sosial berbasis pengembangan masyarakat, PT. Freeport Indonesia (PTFI) berupaya mendorong masyarakat lingkar tambang untuk tumbuh bersama dengan merintis berbagai usaha termasuk UMKM.

Tantangannya tidak mudah karena kewirausahaan tergolong hal baru bagi banyak masyarakat lokal di Papua. Meskipun demikian, pembinaan terus dilakukan sejak 1996. PTFI bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dengan mengoptimalkan potensi daerah dan kearifan lokal. Program ini disebut pengembangan masyarakat berbasis desa.

Pengolahan kopi Amungme binaan PTFI (ptfi.co.id).
Pengolahan kopi Amungme binaan PTFI (ptfi.co.id).
Beberapa kontribusi PTFI dalam peningkatan kualitas kehidupan masyarakat melalui penyediaan fasilitas kesehatan dan pendidikan (ptfi.co.id).
Beberapa kontribusi PTFI dalam peningkatan kualitas kehidupan masyarakat melalui penyediaan fasilitas kesehatan dan pendidikan (ptfi.co.id).
Hasilnya pun mulai terlihat. Salah satunya adalah peternakan ayam Yayasan Jayasakti Mandiri (YJM). Peternakan binaan PTFI ini memiliki sekitar 444 karyawan yang 90% di antaranya adalah masyarakat lokal. Mereka mampu mengelola secara profesional peternakan tersebut dengan fasilitas modern hingga memperoleh sertifikat halal. Dalam sehari peternakan ini mampu menghasilkan 50 ribu butir telur ayam untuk memenuhi kebutuhan di Timika dan daerah lain di sekitarnya. Selain peternakan ayam, YJM juga menaungi masyarakat yang bergiat di perkebunan kakao dan kopi. Pengembangan kopi Amungme Gold bahkan terus mengalami kemajuan dan semakin menjanjikan.

Kehidupan masyarakat lingkar tambang juga diperkuat melalui pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik. Beberapa contohnya, PTFI berperan membangun 2 rumah sakit, 3 klinik umum, dan 2 klinik spesialis untuk memberikan pelayanan kesehatan secara gratis. Berkat pembangunan fasilitas kesehatan yang disertai edukasi kepada  masyarakat, kejadian malaria sepanjang 2011-2014 berhasil diturunkan hingga 70% dan keberhasilan penanganan TB meningkat 99%.

Sementara itu, upaya ikut memajukan pendidikan generasi penerus Papua diwujudkan dengan memberikan 9.500 beasiswa sejak 1996. Sekolah, asrama, hingga balai latihan kerja dibangun untuk membekali siswa dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja, terutama di sektor pertambangan.

Memberdayakan Lewat Budaya

Membangun kehidupan masyarakat tidak ada artinya jika budaya lokal dilupakan. Oleh karena itu, di Timika PTFI juga mendorong pengembangan masyarakat lokal melalui jalur budaya dengan terlibat dalam usaha membangkitkan kembali seni ukir kayu suku Kamoro. Hal ini berbeda dengan kekhawatiran yang sering terjadi jika kegiatan pertambangan  akan mendesak eksistensi budaya lokal.

Suku Kamoro yang jumlahnya mencapai 18.000 orang tinggal di sekitar 45 kampung di pesisir selatan Papua. Sebagian besar dari mereka hidup seminomaden dengan budaya meramu serta mengumpulkan bahan makanan dari hutan, rawa, dan sungai di sekitar tempat tinggalnya. Keahlian memancing dan berburu yang dimiliki membuat orang Kamoro mudah mendapatkan ikan dan daging dari alam. Makanan pokok berupa sagu juga didapatkan dari alam.

Ukiran kayu Suku Kamoro Papua (dok. Hendra Wardhana).
Ukiran kayu Suku Kamoro Papua (dok. Hendra Wardhana).
Oktavianus Etapuka, pengukir kayu dari Suku Kamoro Papua. Menurutnya bengkitnya kembali ukiran kayu Suku Kamoro tak lepas dari sentuhan PTFI yang melakukan turut melakukan edukasi dan promosi (dok. Hendra Wardhana)
Oktavianus Etapuka, pengukir kayu dari Suku Kamoro Papua. Menurutnya bengkitnya kembali ukiran kayu Suku Kamoro tak lepas dari sentuhan PTFI yang melakukan turut melakukan edukasi dan promosi (dok. Hendra Wardhana)
Selain itu, suku Kamoro juga memiliki budaya mengukir kayu yang diwariskan secara turun temurun. Dahulu orang-orang Kamoro biasa membuat ukiran di banyak peralatan yang digunakan sehari-hari seperti tombak, tongkat, dan perisai. Namun, seni ukir kayu Kamoro pernah hampir tenggelam karena pewarisnya semakin sedikit. Minat anak muda Kamoro untuk menekuni seni ukir juga berkurang. Padahal, ukiran kayu khas Kamoro memiliki keunikan sebagai mahakarya yang kental dengan nilai-nilai kebudayaan dan kehidupan orang-orang Kamoro.

Peran PTFI dalam mengembangkan seni ukir kayu Kamoro tidak sebatas mendokumentasikannya. Oktavianus Etapuka, salah satu pengukir kayu Kamoro yang saya temui di kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada Juni 2016 lalu mengatakan bahwa promosi dan edukasi yang difasilitasi oleh PTFI  membuat seni ukir kayu Kamoro kembali bergairah. Semakin banyak orang Kamoro, termasuk pada generasi mudanya, yang tertarik menggeluti seni ukir kayu. Mereka mulai paham bahwa selain untuk melestarikan warisan budaya, mengukir juga dapat mendatangkan keuntungan ekonomi.

Saat ini orang-orang Kamoro banyak membuat ukiran kayu untuk dijual sebagai cenderamata. Menurut Oktavianus, ukiran kayu khas Kamoro semakin dikenal karena PFTI sering membawa ukiran kayu Kamoro dan para pengukirnya mengikuti kegiatan promosi di luar daerah. Selain itu, para pengukir juga mendapat pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kualitas ukiran mereka agar semakin diminati. Teknik mengampelas hingga bentuk ukiran yang lebih universal saat ini mulai diterapkan pada ukiran kayu khas Kamoro.

***

Barangkali itulah beberapa contoh pertambangan yang mampu menyentuh masyarakat sehingga kehadirannya memberikan manfaat yang luas. Perusahaan tambang yang tidak sekadar mendorong peningkatkan pendapatan, namun juga mengangkat harkat masyarakat dengan membangkitkan daya untuk mengembangkan hidup.

Perusahaan tambang memang tidak boleh menganggap tanggung jawab sosial atau program pengembangan masyarakat sebagai kewajiban, apalagi beban. Melainkan menjadikannya sebagai kebutuhan atau “panggilan jiwa” yang perlu dilakukan meski seringkali tidak mudah.Kesuksesan bisnis pertambangan tidak hanya diukur dengan pencapaian laba atau indikator finansial. Namun, juga memperhatikan kesejahteraan masyarakat, termasuk mengatasi realita kehidupan yang berbeda antara kondisi masyarakat lingkar tambang dengan derap laju bisnis pertambangan.

Pertambangan harus menjadi agen perubahan yang bertindak nyata mengangkat harkat masyarakat (ptfi.co.id).
Pertambangan harus menjadi agen perubahan yang bertindak nyata mengangkat harkat masyarakat (ptfi.co.id).
Pada saat yang sama perusahaan tambang tidak lagi “mengobral hadiah” seolah-olah masyarakat di sekitar pertambangan tidak memiliki kemampuan dan butuh belas kasihan. Dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial, masyarakat justru perlu diperlakukan secara wajar dan ditempatkan sejajar sebagai mitra.

Tidak boleh pertambangan maju dengan meninggalkan masyarakat jauh di belakang. Masyarakat justru harus menjadi penerima manfaat terbesar. Dengan demikian, pertambangan bisa menjadi agen perubahan yang bertindak nyata menggerakkan masyarakat agar maju secara bersama-sama sekaligus berkembang sesuai harkatnya sebagai manusia yang mampu membangun kehidupan dan kebudayaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun