Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indonesia Sentris: Pembangunan yang Sebenar-benarnya Membangun Indonesia

1 Juli 2016   23:23 Diperbarui: 1 Juli 2016   23:43 2007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemacetan di berbagai daerah salah satunya disebabkan karena kuantitas dan kualitas infrastruktur jalan yang masih kurang (dok. pri).

Syarat utama tercapainya pembangunan nasional yang berkualitas adalah ketersedian infrastruktur yang memadai, baik secara kualitas maupun kuantitas. Infrastruktur yang baik akan mendorong pertumbuhan ekonomi serta mendukung kedaulatan pangan dan energi yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Industri dan pariwisata juga akan ikut berkembang. Dalam lingkup yang lebih besar, infrastruktur akan menentukan daya saing Indonesia.

Sayangnya, setelah 70 tahun merdeka keadaan infrastruktur Indonesia masih belum mantap. Sebagai negara dengan wilayah yang luas, konektivitas dan keterpaduan antara infrastruktur juga belum baik.  Jika dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara, kualitas infrastruktur di Indonesia tergolong kurang maju.

Di sisi lain, pembangunan yang sudah berlangsung selama puluhan tahun justru menghasilkan ketimpangan yang sangat besar antara kawasan barat dan kawasan timur Indonesia. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kondisi infrastruktur di Jawa dan sekitarnya lebih baik dan maju dibandingkan dengan infrastruktur di luar Jawa. Buktinya sepertiga panjang jalan di Indonesia dibangun di Jawa. Contoh lainnya, infrastruktur listrik nasional 80% diantaranya merupakan sistem jaringan Jawa, Madura, dan Bali.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pembangunan  infrastruktur di Indonesia selama ini bersifat “Jawa Sentris”. Bahkan, bisa dianggap “Jakarta Sentris” karena lebih banyak berorientasi kepada kebutuhan dan kepentingan Jakarta. Pembangunan nasional yang sebenarnya belum benar-benar terlaksana.

Era Baru Pembangunan Nasional

Paradigma dalam pembangunan insfrastruktur perlu direvolusi. Jawa sentris yang terbukti tidak efektif dan telah menyebabkan kesenjangan harus diubah dengan pembangunan yang lebih merata. Oleh karena itu, konsep “Indonesia Sentris" yang diusung oleh pemerintahan Jokowi pantas disambut baik sebagai era baru pembangunan nasional.

Pemerintah menargetkan pengembangan 45.592 km jalan nasional dan pembangunan 2.650 km jalan baru sepanjang 2014-2019 (dok. pri).
Pemerintah menargetkan pengembangan 45.592 km jalan nasional dan pembangunan 2.650 km jalan baru sepanjang 2014-2019 (dok. pri).
Pembangunan  Indonesia sentris akan menyeimbangkan kondisi  infrastruktur di Jawa dan di luar Jawa sehingga memiliki kemajuan yang sama. Indonesia sentris juga mendukung pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru, terutama di kawasan timur Indonesia, serta pembangunan perbatasan negara di daerah terluar. Tujuan mulia dari Indonesia sentris adalah mendorong terciptanya kesejahteraan rakyat secara adil dan merata, mempercepat pembangunan di berbagai bidang, sekaligus menjaga persatuan bangsa.

Tiga kementerian ditunjuk sebagai pelaksana pembangunan infrastruktur, yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), serta Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi (Kemendes). Untuk mendukung pembangunan infrastruktur,pada 2016 KemenPUPR mendapat alokasi dana Rp104,08 triliun, Kemenhub Rp64,95 triliun, dan Kemendes Rp7,269 triliun. Dari besaran alokasi dana tersebut, terlihat bahwa peran dan tanggung jawab utama ada di KemenPUPR.

Memacu Pembangunan Luar Jawa

Pada April 2016 saya melakukan perjalanan darat dari Manado menuju Minahasa. Sebuah pemandangan mencolok dijumpai di tengah perjalanan. Ada bukit besar yang dibelah dan beberapa ruas jalan dibangun melaluinya. Rupanya, itu merupakan  bagian dari pembangunan tol Manado-Bitung sepanjang 39 km sekaligus bagian dari 1000 km jalan tol yang akan dikembangkan di seluruh Indonesia selama lima tahun ke depan.

Tol Manado-Bitung hanyalah satu dari ratusan proyek strategis nasional. Dalam Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 terdapat 225 proyek infrastruktur yang menitikberatkan pada pembangunan jalan tol, jalan nasional non-tol, bandar udara, pelabuhan, jaringan kereta api, bendungan, perumahan, hingga insfrastruktur pariwisata, energi dan ketenagalistrikan. Lokasi pembangunannya tak lagi didominasi di Jawa, tapi akan banyak dilakukan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Beberapa proyek infrastruktur prioritas hingga 2019 (dok. KPPIP).
Beberapa proyek infrastruktur prioritas hingga 2019 (dok. KPPIP).
Rencana pengembangan infrastruktur tol laut yang digagas pemerintahan Jokowi (dok. KemenPUPR).
Rencana pengembangan infrastruktur tol laut yang digagas pemerintahan Jokowi (dok. KemenPUPR).
Selain tol Manado-Bitung, beberapa proyek strategis nasional lainnya adalah tol Balikpapan-Samarinda (99 km), tol Pekanbaru-Kandis-Dumai (135 km), tol Batu Ampar-Muka Kuning-Hang Nadim (25 km), jalan lingkar Trans Morotai, jalan Trans Maluku, Fly over Teluk Lamong, dan jalan Palu Parigi. Kemudian infrastruktur kereta api yang menghubungkan Makasar-Parepare, Prabumulih-Kertapati, Muara Enim-Pulau Baai, Jambi Pelambang, dan jaringan kereta api Kalimantan. Untuk mewujudkan konektivitas tol laut, pelabuhan baru akan dibangun, antara lain Pelabuhan Sorong, Kalibaru, dan Makassar New Port. Selain pembangunan infrastruktur baru,juga dilakukan revitalisasi infrastruktur yang sudah ada untuk mendukung keterpaduan kawasan.

Terobosan Indonesia Sentris

Sebagai paradigma pembangunan, Indonesia sentris harus diikuti terobosan-terobosan yang tepat. Proyek pembangunan dalam rangka mengejar ketertinggalan infrastruktur di berbagai daerah membutuhkan biaya yang cukup besar yaitu Rp5.519 triliun untuk jangka waktu 2014-2019. Dari jumlah tersebut, pemerintah hanya mampu menyediakan anggaran hanya sekitar Rp1.400 triliun. Oleh karena itu, dibutuhkan investasi tambahan dari sektor swasta. Untuk menarik minat investor swasta agar terlibat dalam pembangunan maupun pembiayaan infrastruktur, pemerintah perlu menawarkan proposal yang inovatif disertai kepastian target dan regulasi yang menguntungkan.

Pembangunan Indonesia sentris juga membutuhkan komitmen politik dan kepemimpinan  yang kuat. Untuk hal ini Presiden Jokowi telah menunjukkan contoh yang baik dengan melibatkan diri secara langsung melalui blusukan ke banyak daerah dan lokasi proyek pembangunan. Upaya presiden ini akan mendorong kinerja di lapangan, meningkatkan koordinasi, sekaligus memberikan motivasi ke pemerintah daerah. Keterlibatan presiden secara langsung dalam mendorong proyek infrastruktur juga bermanfaat dalam meningkatkan keyakinan dan kepercayaan investor/swasta.

Kemacetan di berbagai daerah salah satunya disebabkan karena kuantitas dan kualitas infrastruktur jalan yang masih kurang (dok. pri).
Kemacetan di berbagai daerah salah satunya disebabkan karena kuantitas dan kualitas infrastruktur jalan yang masih kurang (dok. pri).
Pembangunan Indonesia sentris yang diikuti proyek infrastruktur besar-besaran harus tetap berpijak pada prioritas yang benar. Ada dua pendekatan wilayah yang dapat dikolaborasikan untuk menentukan prioritas pembangunan infrastruktur. Pertama, percepatan pembangunan dilakukan pada daerah-daerah yang belum berkembang, miskin sumber daya atau pada wilayah yang terisolir. Kedua, pengembangan infrastruktur dilakukan di wilayah dengan lokasi strategis dan memiliki sumber daya tinggi.

Pembangunan Indonesia sentris harus diarahkan untuk meningkatkan keterpaduan antara kegiatan di wilayah perkotaan dan desa. Selama ini pengembangan jaringan infrastruktur di kota seringkali tidak menunjang bahkan merugikan kegiatan di pedesaan. Oleh karena itu, konsep Indonesia sentris diharapkan mampu menciptakan keuntungan fisik, sosial dan ekonomi yang lebih baik antara kota dan desa.  

Pembangunan infrastruktur Indonesia sentrus harus disesuaikan dengan perkembangan global dan kebutuhan di masa depan agar mampu menciptakan daya saing yang lebih baik. Pembangunan tersebut juga harus menyentuh semua aspek. Penyediaan sarana penunjang konektivitas seperti tol laut, jalan tol, pelabuhan dan bandara, harus diikuti dengan pembangunan pada sektor lain seperti energi dan perumahan.

Target pengembangan konektivitas nasional melalui pembangunan infrastruktur pada 2017 (dok. Kementerian PPN/Bapenas).
Target pengembangan konektivitas nasional melalui pembangunan infrastruktur pada 2017 (dok. Kementerian PPN/Bapenas).
Terakhir, untuk memastikan kesinambungan pembangunan Indonesia sentris, harus ada instrumen yang efektif untuk mengawasi kemajuan setiap proyek infrastruktur dan memastikan kebehasilan pembangunannya. Instrumen tersebut tidak hanya berasal dari unsur pemerintah, kementerian atau BUMN, tetapi juga harus melibatkan swasta, peneliti serta akademisi. Tidak boleh ada lagi proyek infrastruktur yang mangkrak bertahun-tahun tanpa pertanggungjawaban yang jelas.

Era baru pembangunan di Indonesia telah dimulai. Semoga tak ada lagi berita tentang jalan berkubang lumpur di ujung negeri. Semoga juga tak ada lagi cerita tentang kehidupan yang penuh nestapa dari masyarakat Indonesia yang tak terjangkau pembangunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun