Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Indahnya Pantai Lakban dan Upaya Bambang Menjaga Lingkungan

5 April 2016   09:21 Diperbarui: 5 April 2016   10:44 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak pasti berapa kali ia menyisir pantai dalam sehari. “Kalau sampahnya mulai  banyak saya jalan lagi”, terangnya. Di musim-musim tertentu saat arus laut banyak membawa sampah, pekerjaannya menjadi lebih berat. Ia pun harus sering mondar-mandir di sepanjang pantai untuk mengumpulkan sampah. Sampah tersebut kemudian dikeringkan sebelum akhirnya dibakar.

Tentang kondisi pantai yang sepi, menurut Bambang Pantai Lakban lebih sering dikunjungi pada sore hari di akhir pekan. Saat itulah beberapa warung di pinggir pantai akan buka dan menyajikan cemilan khas pisang goreng yang dinikmati dengan sambal. Namun, ia tidak memungkiri bahwa keterbatasan fasilitas dan akses angkutan umum membuat keindahan Pantai Lakban kurang dikenal. Saat ini dari kota kabupaten menuju Pantai Lakban, ongkos yang harus dibayar masih cukup mahal, yakni 150 ribu rupiah pulang pergi menggunakan bentor. Jika para pemangku kepentingan mau bekerja keras, pesona dan keindahan pantai yang berjarak 1,5 km dari Teluk Buyat ini bisa memikat banyak orang.

[caption caption="Setiap hari Bambang berjalan menyisir pantai untuk membersihkan sampah mulai dari jam 8 pagi. dokpri"]

[/caption]

[caption caption="Sampah-sampah yang dikumpulkan Bambang dari Pantai Lakban. dokpri"]

[/caption]Selain membersihkan pantai, Bambang juga bekerja sebagai petani kelapa. Kebun kelapanya berada di bukit harapan yang memisahkan Pantai Lakban dan Buyat. Penduduk di Ratatotok Timur memang memiliki profesi yang beragam. Tak hanya sebagai nelayan, Bambang menuturkan sebagian penduduk di kampungnya juga bercocok tanam.

Saat pertambangan PT. Newmont Minahasa Raya (PTNMR) masih beroperasi di daerah tersebut, pekerjaan sebagai nelayan dan petani tak serta merta ditinggalkan penduduknya. Akan tetapi, diakuinya semenjak PTNMR berhenti beroperasi, saluran pemasaran produk petani dan tangkapan nelayan menjadi berkurang. Oleh karena itu, Bambang bersyukur karena honornya membersihkan pantai sebesar 1,8 juta per bulan bisa menambah penghasilannya selain dari menanam kelapa.

[caption caption="Pantai Lakban dilihat dari bukit Harapan. dokpri"]

[/caption]Namun, bukan karena besaran honor yang menjadi alasan utamanya bersedia menjadi petugas kebersihan pantai. Bambang melakukannya karena peduli dengan Pantai Lakban dan Ratatotok Timur yang merupakan tanah kelahiran sekaligus tempat tinggalnya. Oleh karena, itu ia tak menolak ketika diminta Dinas Kebersihan setempat untuk membantu membersihkan pantai. “Saya lahir di sini (Ratatotok Timur) dan mau lihat lingkungan bersih. Orang nanti senang datang ke pantai juga”, tuturnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun