Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Saatnya Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir Dipisahkan

19 Oktober 2015   07:34 Diperbarui: 19 Oktober 2015   07:34 3476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun faktor Tontowi bukanlah satu-satunya faktor di balik menurunnya performa pasangan mantan juara dunia ini. Ada hal lainnya yang patut dianalisis yaitu kemungkinan memudarnya chemistry keduanya. Saling percaya, saling menguatkan dan memulihkan adalah faktor utama dalam membangun keterpaduan permainan ganda termasuk ganda campuran. Jika hal tersebut sudah mulai berkurang atau bahkan hilang, maka selesai permainan.

Kemampuan Liliyana sebagai leader yang efektif meredam emosi pasangannya, kini seolah berkurang efeknya dalam menjaga mood Tontowi. Hal ini akhirnya mempengaruhi mood permainan keduanya. Di saat poin-poin penting di mana mental dan emosi sangat menentukan, pasangan ini menjadi sering kehilangan poin, tersalip dan akhirnya kalah secara tragis. Beberapa kali terlihat di lapangan ketika Tontowi Ahmad banyak melakukan error dan terlihat frustasi, maka seketika itu permainan pasangan ini langsung merosot. Sejumlah antiklimaks yang terjadi di pertandingan-pertandingan penting keduanya dimulai dari hal ini. Mereka sulit bangkit dan gagal membalikkan keadaan ketika sudah tertinggal. Di lapangan Liliyana pun beberapa kali menunjukkan raut muka kecewa ketika Tontowi banyak melakukan error. Kekecewannya terhadap kekalahan bahkan pernah ia ungkapkan dengan jelas di akun media sosial instagramnya beberapa waktu lalu.

Beberapa faktor non teknis, ditambah paceklik gelar dalam jangka waktu lama, tak berlebihan jika menganggap ada bagian yang hilang dari chemistry antara Tontowi/Lilyana. Hal ini membuat keduanya kewalahan bersaing memperebutkan gelar.

Meskipun demikian, sebagai pemain kelas dunia ketangguhan Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir belum hilang. Oleh karena itu, ada opsi strategi yang bisa dicoba untuk menata ulang dan menciptakan kekuatan baru di antara mereka yaitu dengan memisahkan keduanya untuk berpasangan dengan pemain lain. Misalnya mencoba Liliyana Natsir dengan Praveen Jordan, sementara Tontowi Ahmad dipasangkan dengan Debby Susanto. Atau tetap mempertahankan Tontowi/Liliyana dengan menambah peran bermain salah satunya misalnya Tontowi Ahmad bermain rangkap di sektor ganda putra. Hal ini juga penting untuk mengantisipasi kemungkinan Liliyana Natsir yang lebih senior akan gantung raket dalam waktu dekat.

Bongkar pasang dan menambah sektor bermain bukanlah hal baru dan Indonesia telah beberapa kali melakukannya. Namun, dalam hal keberanian membongkar pasangan elit Indonesia bisa berkaca kepada keberhasilan Korea Selatan dan Tiongkok dalam menciptakan kekuatan baru dengan cara meramu stok pemain hebat.

Sampai tahun 2013, Zhang Nan/Zhao Yun Lei masih sering dikalahkan oleh Tontowi/Liliyana. Namun semenjak “duo Z” intensif bermain di sektor ganda putra dan putri, kekuatan keduanya melesat jauh sebagai ganda campuran terkuat dunia. Bahkan di sektor barunya masing-masing Zhang dan Zhao berhasil tampil sebagai pemain elit dunia. Demikian juga dengan Lee Yong Dae dan Ko Sung Hyun yang 2 tahun lalu perkasa di tingkat dunia. Namun, setelah sering kalah di final keduanya dipisahkan meski peringkat dunianya masih cukup tinggi. Hasilnya mereka kini semakin tangguh dengan pasangan barunya masing-masing.

PBSI sudah saatnya berani meramu formasi yang lebih fleksibel dengan melihat potensi para pemain Indonesia. Sejumlah pemain Indonesia yang saat ini mantap di posisinya, sebelumnya juga pernah bermain di sektor lain dan hasilnya tidak buruk. Bahkan, beberapa tahun lalu Liliyana Natsir pernah menjadi pemain ganda putri yang tangguh ketika berpasangan dengan Vita Marissa.

Meramu ulang formasi dengan memberi keleluasaan untuk bermain di dua nomor selain bisa meningkatkan kapasitas permainan setiap pemain, juga bisa menciptakan kekuatan baru yang sulit terbaca oleh lawan-lawannya. Keuntungan inilah yang sekarang didapatkan Korea dan Tiongkok dengan berani mengambil resiko meramu ulang formasi pemain elitnya.

Menurunnya performa Tontowi/Lilyana dan lambatnya pasangan Indonesia lain merangkak naik, semoga menjadi momentum PBSI untuk menciptakan keberanian dan terobosan baru demi meningkatkan prestasi serta prestise badminton Indonesia di pentas dunia. Semoga ada terobosan dan kejutan yang terjadi setelah Olimpiade Rio 2016.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun