Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Berlimpah Keseruan di Lomba Agustusan

10 Agustus 2015   12:10 Diperbarui: 10 Agustus 2015   12:10 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berlari, berteriak dan tertawa. Begitulah keceriaan anak-anak saat mengikuti lomba peringatan hari kemerdekaan RI yang ke-70 pada hari Minggu lalu (9/8/2015). Sejak pagi mereka sudah berduyun-duyun datang ke tempat digelarnya lomba. Padahal lomba baru akan dimulai pukul 11.00.

[caption caption="Anak-anak mengikuti lomba makan kerupuk untuk memeriahkan peringatan HUT RI ke-70 pada Minggu (9/8/2015)."][/caption]

Seolah sudah tak sabar anak-anak itu berkali-kali mengerubungi dan merajuk kepada panitia yang terdiri dari anak SMA dan mahasiswa agar lomba segera dimulai. Melihat antusiasme anak-anak tersebut, sejenak saya teringat kenangan masa kecil. Apa yang mereka lakukan, sama persis dengan antusiasme saya dulu setiap kali mengikuti lomba Agustus-an.

Peringatan hari kemerdekaan RI memang identik dengan lomba, terutama yang bersifat tradisional dan melibatkan banyak orang. Hal itu pula yang membuat jalannya lomba Agustus-an tak pernah sepi. Apalagi di desa kemeriahan lomba Agustus-an seringkali lebih terasa. Lomba-lomba yang digelar pun jauh lebih banyak dan menarik seperti balap karung, tarik tambang, sepakbola lumpur, lomba bakyak/kaki seribu, kasti, panjat pinang hingga lomba legendaris makan kerupuk. Di masa kecil hampir 20 jenis lomba Agustus-an saya ikuti.

[caption caption="Anak-anak berebut mendaftar ke panitia lomba."]

[/caption]

Saat ini sepanjang pengamatan saya, terutama di perkotaan seperti Yogyakarta, lomba tujuh belas-an tak terlalu banyak jenisnya. Boleh jadi karena tak terlalu banyak masyarakat yang punya waktu untuk untuk mengurusi persiapan dan jalannya lomba. Selain itu karena terbatasnya ruang dan tempat yang ideal unttuk menggelar banyak lomba. Tak banyak persawahan, kolam ikan dan tanah lapang yang biasa digunakan sebagai tempat perlombaan membuat lomba digelar di jalanan di tengah kompleks tempat tinggal. Itupula yang terjadi pada Minggu lalu.

[caption caption="Lomba makan kerupuk menjadi ikon perlombaan khas "tujuh belas-an"."]

[/caption]

[caption caption="Trik menang lomba makan kerupuk adalah sekali tergigit jangan dilepas lagi."]

[/caption]

Memanfaatkan jalan setapak yang terlalu lebar di antara rumah-rumah warga, 5 jenis lomba digelar untuk anak-anak. Lomba-lomba tersebut adalah lomba makan kerupuk, lomba makan pisang, balap kelereng, balap tampah dan lomba memasukkan benang ke jarum. Anak-anak yang mengikuti lomba dibagi ke dalam 2 kategori yakni PAUD-TK dan SD-SMP. Anak laki-laki dan perempuan juga dipisahkan. Setiap lomba diawali dengan babak penyisihan untuk menentukan peserta yang akan bertanding di final.

Meski hanya 5 jenis lomba yang digelar di tempat yang tak terlalu luas, namun tak mengurangi kemeriahan lomba. Apalagi lomba yang pertama digelar adalah makan kerupuk. Boleh dibilang inilah ikon dari lomba Agustus-an. Kerupuk-kerupuk digantung dengan tali untuk digigit oleh peserta. Pemenangnya tentu saja anak yang paling cepat menghabiskan kerupuknya.

[caption caption="Beradu cepat menyuap pisang dengan mata tertutup."]

[/caption]

Sepanjang adu cepat menghabiskan kerupuk gelak tawa dan teriakan dukungan tak pernah surut. Keseruan bertambah karena di tengah-tengah lomba panitia sesekali menarik tali sehingga kerupuk yang tergantung bergoyang. Tingkah lucu anak-anak yang berusaha melompat atau berjinjit untuk menggigit kerupuk yang bergoyang itupun seketika membuat penonton tertawa. Tak ada lomba tanpa pemenang. Meski kesulitan meraih kerupuknya, seorang anak akhirnya menjadi pemenang di final.

Lomba kerupuk dilanjutkan dengan lomba makan pisang. Pasangan peserta beradu cepat saling suap buah pisang dengan mata tertutup. Keseruan lomba ini adalah saat peserta berjalan dari arah yang berlawanan untuk menemukan pasangannya. Tak sedikit anak-anak yang salah arah sehingga hanya bertemu tembok rumah. Banyak juga yang salah pasangan. Selain itu saling meraba wajah dan memasukkan pisang ke dalam mulut juga menjadi aksi yang menari, Semua aksi dalam lomba ini sukses memecah tawa penonton yang bahagia melihat kesusahan anak-anak.

Dua lomba makan tuntas digelar, saatnya lomba keterampilan dan kecepatan. Dua lomba yakni balap kelereng dengan sendok dan sunggi tampah digelar secara berurutan. Di lomba balap kelereng anak-anak beradu cepat menyelesaikan tugas membawa kelereng di atas sendok yang digigit. Selain kecepatan, keseimbangan dan ketenangan menjadi kunci untuk memenangi lomba ini. Ada anak yang cepat melaju di separuh putaran namun gagal saat berbalik menuju finis.

[caption caption="Balap kelereng dengan sendok yang tergigit. DI masa lalu saya hampir selalu memenangi lomba ini."]

[/caption]

[caption caption="Pemenang lomba balap tampah tiba di finis."]

[/caption]

Sementara dalam lomba sunggi tampah, keterampilan membawa tampah di atas kepala mutlak diperlukan untuk memenangi lomba. Banyak anak yang gagal menyelesaikan lomba karena kesulitan menyeimbangkan tampah di kepala mereka. Selain itu aksi saling senggol menjelang finis juga menyebabkan tampah terjatuh. Kejadian ini tentu menyakitkan bagi sang anak yang akhirnya gagal meski sudah di depan garis finis. Namun tak ada kesal ataupun marah. Semua tertawa dan bahagia.

[caption caption="Konsentrasi memasukkan benang ke dalam jarum."]

[/caption]

Keseruan hari itu akhirnya ditutup dengan lomba memasukkan benang ke dalam jarum. Lomba ini dimulai dengan adu lari menuju tempat jarum dan benang. Anak yang berlari lebih cepat tentu saja memiliki keuntungan. Namun ajaibnya anak-anak TK justru berhasil lebih cepat memasukkan benangnya dibandingkan kakak-kakak mereka.

Pukul 16.00 perlombaan selesai digelar. Anak-anak pulang dengan wajah ceria meski lelah juga sangat terasa. Bagi yang memenangi lomba mereka juga menyimpan rasa tak sabar menanti hadiah yang akan diberikan pada tanggal 16 Agustus malam bersamaan dengan acara syukuran kemerdekaan.

[caption caption="Perlombaan adalah kegiatan paling dinanti anak-anak setiap jelang peringatan HUT RI."]

[/caption]

Keringat dan lelah usai memenangi lomba adalah refleksi sederhana dari semangat dan perjuangan merebut kemerdekaan. Hal yang mungkin belum disadari anak-anak itu saat berlari, berteriak dan tertawa untuk memperebutkan hadiah lomba. Tak mengapa karena dunia anak-anak memang harus diwarnai dengan banyak tawa agar mereka tumbuh menjadi manusia penuh semangat nantinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun