[caption id="attachment_353652" align="aligncenter" width="629" caption="Bentang alam Pegunungan Menoreh yang tersingkap di Watu Jaran."][/caption]
Jika benar ada banyak potongan surga yang Tuhan tebarkan di bumi Indonesia, Watu Jaran di Pegunungan Menoreh, Yogyakarta ini mungkin salah satunya. Watu Jaran adalah sebuah tempat yang tenang di Dusun Sabrang Kidul, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo. Berjarak 2 jam perjalanan dari kota Yogyakarta, Watu Jaran adalah tempat melihatkeindahan lain dari Pegunungan Menoreh yang belum banyak orang ketahui.
Berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, Watu Jaran tak hanya diselimuti hawa sejuk dan kabut yang sering kali turun dini di siang hari. Namun juga berhiaskan pemandangan cantik yang masih perawan.
Untuk sampai ke tempat ini tujulah Dusun Sabrang Kidul yang terkenal dengan salak pegunungannya. Menggunakan sepeda motor mungkin lebih baik daripada mobil karena sesampainya di Sabrang Kidul perjalanan ke Watu Jaran harus ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri jalan yang sempit dan becek di musim hujan. Sembari menitipkan kendaraan di rumah warga, sebaiknya bertanya arah menuju Watu Jaran secara detail agar tak tersesat.
Dalam perjalanan menuju Watu Jaran kita akan menemukan beberapa aliran sungai kecil dan mata air yang mengalir melalui celah bebatuan menembus semak dan rerumputan. Beberapa bilah bambu terpasang membentuk pancuran kecil. Segar dan dinginnya air yang menyentuh kulit dalam sekejap melunturkan rasa lelah setelah berjalan beberapa menit.
Kita juga akan melewati sebuah tempat yang mengundang penasaran, Gua Sikidang atau Kidang Kencana namanya. Badan gua ini belum diketahui secara utuh. Melongok mulut guanya yang kecil dan menurun, terlihat sebuah ruang besar bertahta di dalam tanah. Beberapa bongkah batu dan kayu jadi pijakan untuk turun ke bawah. Namun sebaiknya jangan menyusuri gua ini seorang diri tanpa ditemani penduduk lokal yangtelah berpengalaman.
Watu Jaran memang nyaris tersembunyi. Hanya beberapa meter jalannya yang telah ditata dan dikeraskan dengan semen. Sisanya kaki kita akan diajak menyusuri tanah perbukitan dengan semak dan pepohonan beriringan. Yang menyenangkan adalah saat berjalan usai diguyur hujan atau pagi hari di mana bau tanah dan aroma dedaunan yang basah oleh embun perlahan menguap menerbangkan bau yang menenangkan. Ditambah aroma pohon cengkeh yang banyak tumbuh di sepanjang jalan, menuju Watu Jaran pun menjadi perjalanan yang kaya pengalaman.
Sambil terus berjalan kaki sebaiknya melempar pandangan ke kanan dan kiri. Jika jeli, kita akan akan berjumpa dengan sejumlah makhluk cantik tumbuh di sepanjang kaki melangkah. Ada beberapa spesies anggrek alam yang tumbuh di sepanjang jalan menuju Watu Jaran. Acriopsis liliifolia, Eria retusa, Dendrobium crumenatum dan Oberonia sp. bisa kita lihat kecantikannya di tempat ini. Warna-warni bunga Lantana camara juga menyenangkan mata. Lalu ada juga Heliconia sp. yang merah menyala terlihat kontras di antara rimbun hijau. Melihatnya tumbuh di alam liar seperti ini sungguh istimewa karena selama ini Heliconia lebih sering disaksikan sebagai tanaman hias di halaman rumah atau taman kota.
Sebuah batu besar yang sepintas mirip kuda sedang bersimpuh menjadi penanda kita sudah tiba Watu Jaran. Dalam bahasa Indonesia “Watu Jaran” memang berarti “Batu Kuda”. Pemandangan yang disuguhkan di Watu Jaran membayar tuntas rasa penasaran dan lelah setelah jauh berjalan.Tak jauh dari batu tersebut sebuah gubuk sederhana berdiri di atas tanah yang lebih tinggi. Naiklah ke tempat itu dan lihatlah sekelilingnya. Potret manis dari Pegunungan Menoreh ini membuat senyum mengembang. Sebuah sawah yang tak terlalu luas sempurna dikelilingi rimbun pepohonan. Tanahnya yang berair dan belum terisi padi memantulkan pemandangan di sekitarnya.
Yang juga menarikdi Watu Jaran adalah suguhan bentang alam yang menempatkan tiga tipe vegetasi berbeda dalam satu pandangan mata sekaligus. Kita akan melihat barisan pohon pinus dengan kanopi yang mengerucut ke atas berdampingan dengan semak yang hijau dan pepohonan kayu yang menjulang secara bersamaan di baris yang bersisian. Komunitas unik ini seakan menjadi bahasa alam tentang indahnya harmoni, sebuah pelajaran bagi manusia untuk hidup berdampingan dengan sesama dan lingkungan.
Di Watu Jaran bentang alam yang indah dapat kita nikmati dengan puas ditemani hening dan sejuknya pegunungan. Untuk sesaat pejamkanlah mata lalu rasakan sentuhan angin yang sejuk menerpa kulit serta riuh bunyinya yang berbisik di telinga. Ketika membuka mata sapulah kembali pandangan seluas mungkin dan temukan satu demi satu keindahan yang Tuhan ciptakan di tempat ini.
Pegunungan Menoreh memang penuh misteri, termasuk keindahannya yang berserakan tersembunyi dan tak habis meski berkali-kali dijelajahi. Berada di Watu Jaran adalah cara yang menyenangkan untuk melarikan diri dari penatnya kehidupan kota sembari mengintip indahnya surga bumi Indonesia.