Bagian 2 "Hiruk Pikuk Pilkada" memuat 9 tulisan yang berkisah tentang pandangan warga mengenai sepak terjang Jokowi saat mengikuti Pilkada DKI. Prediksi, peluang dan tantangan Jokowi memenangi pilkada hingga serangan yang dihadapinya diulas sederhana. Ekspresi kemenangan dan faktor penentu kemenangan Jokowi dalam pilkada DKI juga dipaparkan secara sederhana dari kacamata warga biasa. Di bagian ini kita bisa membaca bahwa kemenangan Jokowi di pilkada DKI ternyata juga disyukuri dan disambut penuh keriaan oleh masyarakat luar DKI.
Bagian 3 "Pro-Kontra" berisi 25 tulisan mengenai pandangan umum terhadap Jokowi termasuk wacana kebijakannya sebagai gubernur DKI. Meski berjudul Pro-Kontra, bagian ini lebih banyak memuat pujian dan suara kekaguman terhadap Jokowi. Hanya sedikit tulisan dan pandangan warga yang mengkritisi kelemahan Jokowi dan kebijakannya.
Bagian 4 "Gebrakan" berisi 9 tulisan yang memuat pandangan warga terhadap beberapa kebijakan Jokowi di awal kepemimpinannya di DKI seperti kampung deret, pakaian Betawi untuk PNS DKI, transparansi APBD hingga gaya khas blusukan. Meski apa yang dibahas di bagian ini sudah banyak diulas di media dan juga dipaparkan oleh sejumlah pakar dan analis, namun pandangan warga biasa menyajikannya kembali secara lebih ringkas melalui alur berfikir yang sederhana disertai harapan dan saran agar kebijakan tersebut bisa efektif mengubah Jakarta.
Bagian 5 "Jokowi Presiden" berisi 10 judul tulisan mengenai potensi, prediksi dan kelayakan Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia. Bagian ini mungkin mewakili pandangan banyak orang terhadap kapabilitas kepemimpinan Jokowi. Ada yang menganggap potensi Jokowi terlalu besar jika hanya memimpin DKI. Ada pula yang berpandangan ia belum teruji sebagai pemimpin besar. Sebagian ada yang berkompromi bahwa Jokowi layak memimpin Indonesia namun ia harus lebih dulu melewati ujian sebagai pemimpin Jakarta.
Buku ini akhirnya ditutup dengan tulisan indah berjudul "Joko Widodo, Figur Pemimpin Zuhud dan Sufistik". Secara singkat dan sederhana tulisan tersebut meringkas falsafah hidup yang mungkin dianut atau membentuk Jokowi hingga akhirnya menjadi sosok pemimpin seperti saat ini. Jokowi bukanlah satu-satunya oase dan juga bukan yang pertama menjadi embun di tengah keringnya negeri ini. Tapi saat ini Jokowi memang harapan bagi kepemimpinan Indonesia yang lebih baik.
Kekurangan
Ditulis oleh warga biasa dari sudut pandang awam khas warga sehingga tak banyak analisis mendalam dari setiap tulisan di dalam buku ini. Namun hal itu tak menjadi persoalan karena buku ini memang curahan hati dan ekspresi warga yang spontan.
Kekurangan yang sangat menganggu dari buku ini justru terletak pada penyuntingannya. Kekhasan gaya bertutur warga dipertahankan oleh buku ini termasuk dalam hal cara penulisan yang disajikan masing-masing penulis. Namun hal itu bukan berarti tulisan-tulisan tersebut menjadi bebas dari penyuntingan.
Sayangnya editor atau penelaah buku ini terlalu longgar dalam mempertahankan orisinalitas tulisan sehingga beberapa kekeliruan pada tulisan yang tersaji di blog Kompasiana pun tetap dipertahankan di dalam buku ini. Sangat disayangkan beberapa kekeliruan fatal membuat sejumlah bagian tulisan kehilangan gagasan bahkan akhirnya menjatuhkan isi tulisan itu sendiri.