Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Di Bawah Langit Cirebon: Berjalan Kaki Melihat Wajah Kota Udang

3 April 2014   15:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:08 6422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_301629" align="aligncenter" width="501" caption="Jalan menuju Trusmi dipenuhi bendera dan spanduk kampanye sebuah partai politik"]

13964871911271265845
13964871911271265845
[/caption]

Pukul 12.30 seusai shalat berjamaah saya akhirnya menuju Batik Trusmi. Setelah berjalan kaki 1 km saya pun tiba di kawasan Trusmi. Di sepanjang jalan berjajar beberapa toko batik. Bahkan sebuah toko yang baru dibuka, ditandai dengan banyaknya karangan bunga ucapan selamat, bentuknya bisa dibandingkan dengan Mirota Batik di Yogyakarta. Namun gerai penjual batik di Trusmi yang tersohor hanya ada satu yakni Pusat Grosir Trusmi. Reklame besar di depan toko berdinding kaca menjadi tanda keberadaan pusat grosir tersebut.

[caption id="attachment_301630" align="aligncenter" width="578" caption="Pusat Grosir Batik Trusmi Cirebon"]

13964873211531285175
13964873211531285175
[/caption]

Di dalam Pusat Grosir Batik Trusmi saya mendapati hampir semua kemeja batik dan kain batik dijual dengan potongan harga. Bahkan ada sejumlah jenis kemeja dan kain yang dijual Rp. 100.000 per 3 potong. Batik yang dijual di Trusmi kebanyakan memang batik dengan motif Cirebonan yakni mega mendung atau pewayangan dengan warna dasar yang sangat “ngejreng” seperti hijau muda, merah muda, merah dan biru. Motifnya pun cukup besar sehingga sangat mencolok. Tapi batik dengan motif Jogja dan Solo dengan warna dasar coklat atau keemasan jugadijual di Trusmi.

Namun sayang setengah jam di Trusmi saya tak menemukan kemeja batik yang cocok dengan selera yakni batik dengan warna dasar gelap dan motif yang tidak terlalu besar.

Akhirnya pukul 14.00 saya meninggalkan Batik Trusmi dan kembali berjalan kaki menuju Perempatan Plered untuk menunggu angkutan kota menuju pusat kota Cirebon. Turun di Alun-alun Kejaksan, saya berjalan pulang menuju penginapan.

Hari itu saya sudah melihat wajah kota udang, merasakan sensasi berjalan kaki di bawah langit Cirebon. Satu kesan membekas di ingatan adalah kota Cirebon lumayan cantik sebagai alternatif destinasi wisata dan menarik untuk dijelajahi dengan berjalan kaki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun