Ada yang sangat menarik di sepanjang Jalan Pulasaren yakni para penjual yang menjajakan handphone bekas dengan menggelarnya begitu saja di pinggir jalan. Setiap kali melihat para penjual tersebut, setiap itu pula saya melihat banyak calon pembeli. Rupanya jual beli handphone bekas ala kaki lima seperti ini cukup diminati di Cirebon. Sebaliknya saya tak banyak menemukan toko handphone di sepanjang jalan yang sudah saya lalui. Padahal di kota-kota lain toko handphone dan tempat pengisian pulsa baik yang berukuran sedang maupun besar banyak dijumpai. Sementara di Cirebon penjual handphone bekas ala kaki lima justru banyak berbaris di pinggir jalan.
Setelah beristirahat sebentar saya melanjutkan berjalan berbalik arah kembali menuju Jalan Pasuketan dan Karanggegetas. Saat itu sudah 2,5 jam saya berjalan kaki. Tiba di persimpangan Panin Bank, saya bertanya ke seorang warga tentang tujuan saya berikutnya. Ternyata kali ini saya harus menumpang angkutan umum dan saya beruntung berada di tempat yang tepat karena angkutan umum itu akan melewati simpang Panin Bank.
[caption id="attachment_301619" align="aligncenter" width="505" caption="Simpang Panin Bank"]
Tak menunggu lama angkutan umum berwana biru dengan kode GP muncul di hadapan. Masuk ke dalamnya saya pun meluruskan kaki sejenak sambil menikmati perjalanan. Kali ini saya menuju Batik Trusmi.
[caption id="attachment_301620" align="aligncenter" width="567" caption="Di dalam angkot menuju batik Trusmi melewati Jalan Raya Cirebon-Bandung"]
Sekitar setengah jam perjalanan di dalam angkutan saya melewati Jalan Raya Cirebon Bandung dan Tuparev. Rupanya kedua jalan tersebut adalah akses utama menuju Bandung dan keluar kota Cirebon. Pantas saja selain ruas jalannya yang lebar, lalu lintas juga cukup ramai dengan banyak bis, truk dan mobil pribadi lalu lalang. Sementara itu becak dan sejumlah pengguna sepeda tampak hati-hati melintasi jalanan ini.
[caption id="attachment_301621" align="aligncenter" width="510" caption="Pengguna sepeda di tengah ramainya lalu lintas Jalan Cirebon-Bandung"]
[caption id="attachment_301623" align="aligncenter" width="510" caption="Gerobak penjual Empal Gentong di jalan Cirebon-Bandung"]
Dari dalam angkutan umum saya mengamati kondisi Jalan Raya Cirebon Bandung. Di sepanjang jalan ada banyak toko grosir sandal serta sepatu. Beberapa penjual empal gentong ala kaki lima dan gerobak dijumpai di pinggir jalan selain toko oleh-oleh makanan kecil.
[caption id="attachment_301624" align="aligncenter" width="560" caption="Perempatan Plered menuju sentra Batik Trusmi Cirebon"]
Di perempatan Plered angkutan umum yang saya tumpangi berhenti. Ternyata untuk ke Batik Trusmi saya harus menaiki becak atau berjalan kaki sejauh 600 meter ke utara. Turun di perempatan Plered suasana lalu lintas sangat ramai. Sebuah tiang tinggi berwarna emas dengan plang besar berwarna merah bertuliskan “Selamat Datang di Batik Trusmi” berdiri tegak di tengah jalan. Di samping kanan dan kirinya terdapat deretan toko dan ruko berlantai dua dengan wajah yang sudah cukup berumur. Sementara beberapa penjual pakaian menggelar dagangannya di trotoar dengan payung dan terpal seadaanya.
[caption id="attachment_301625" align="aligncenter" width="560" caption="Selamat Datang di Trusmi"]
Karena hari semakin terik saya memilih menunda sesaat untuk mengunjungi Batik Trusmi. Setelah bertanya ke seseorang warga saya berjalan setengah kilometer ke selatan menuju Masjid Raya Plered di dekat RRI Cirebon. Setelah membasuh muka saya menunggu waktu shalat dzuhur sambil beristirahat.