Mohon tunggu...
Kazebara
Kazebara Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Hidup Seperti Semilir Angin, Menyejukkan Meski Hanya Sesaat. IG @wardhaayu Twitter @WAndriyuni kazebara.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Orang Kaya Baru" dengan Stereotip Mendadak Kaya adalah Sumber Masalah

19 Februari 2019   16:09 Diperbarui: 19 Februari 2019   23:37 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Uang memang sering menjadi masalah pelik dalam hidup, bukan saja para sobat misqueen yang struggle dengan uang, bahkan orang kaya juga masih saja bermasalah dengan uang. Dua keadaan ini semua dialami oleh keluarga Cut Mini dalam film Orang Kaya Baru.

Film drama komedi Orang Kaya Baru (OKB) yang tayang mulai 24 Januari 2019 dan masih diputar hingga saat ini. Film garapan sutradara Ody C. Harahap dengan penulis naskah Joko Anwar ini meraih skor 7.2 di IMDB per tanggal 19 Februari 2019.

 Joko Anwar menulis naskah film ini berdasarkan dengan pengalaman keuarganya yang sederhana, lalu ia membayangkan jika memiliki banyak uang ketika itu.

Selama 1 jam 36 menit kamu akan tertawa dan menangis bahkan perpaduan antara keduanya secara bersamaan karena adegan dalam film genre komedi romantis ini bisa tiba-tiba lucu di saat sedih , pun sebaliknya. Apalagi bagi kamu yang melankolis, bakal lebih terasa lagi suasananya.

Anggota keluarga dalam film Orang Kaya Baru adalah Tika (Raline Shah), Duta (Derby Romero), Dodi (Fatih Unru) yang hidup sedehana apa adanya bersama ayah (Lukman Sardi) dan ibu (Cut Mini). 

Di dalam kehidupan yang sederhana itu, mereka memiliki keharmonisan keluarga dan kebahagiaan. Dua hal yang pastinya menjadi impian bagi setiap keluarga. 

Adegan dan percakapan makan bersama sangat menonjol dan memang menjadi penekan bahwa meski sederhana, mereka rukun dan bahagia. Kebersamaanlah yang dibutuhkan keluarga untuk mendapatkan semua itu. 

Didikan yang benar dalam keluarga membuat abak-anak tumbuh dengan sikap pengertian dan kuat menerima keadaan. Tentu saja diwalali dengan sikap orang tua yang sama.

Bagian yang mengharukan di awal film mewarnai kehidupan Duta, Tika, dan Dodi. Meskipun berasal dari keluarga yang sederhana, mereka tumbuh menjadi anak-anak yang tabah dan mandiri. 

Tika digambarkan sebagai sosok yang pandai di kampusnya, juga mendapatkan beasiswa. Adegan ketika dia dengan susah payah membawa maket desain yang terbuat dari barang-barang bekas dan hasil yang memuaskan ketika sesi presentasi selesai, menunjukkan bahwa kerja keras akan mebuahkan hasil.

 Juga diiringi dengan krativitas, keterbatasan tidak jadi soal. Kisah haru lainnya adalah ketika seorang teman Dodi mengerjainya dengan memberinya sepatu orang lain.

 Sungguh, adegan itu sangat menyakitkan bagi seorang anak-anak seusia Dodi. Dengan semua kesulitan mereka, anak-anak itu tidak lantas marah dan mengutuk orang tuanya. Bahkan ketika sesi makan malam tidak ada yang mengadu mengenai kejaidna buruk yang menimpa mereka. Tidak ada sama sekali, mereka lebih memilih diam alih-alih menuntut orang tua.

Tapi ternyata, pondasi sifat baik itu saja tidak cukup untuk menghadapi godaan harta. Ketika mereka mendapatkan uang banyak, semua perilaku baik itu seakan terkubur begitu saja, tertutup dengan kilauan harta. Pribadi mereka mulai berubah menjadi hamba harta. Membeli segala yang diinginkan tanpa melalui pertimbangan. 

Duta yang menggampangkan proses pembuatan pertunjukkannya, Tika yang justru bergaul dengan teman yang salah, dan Ibu yang mengukur segala hal dengan nominal. 

Dari semua angota keluaga, ternyata Dodi yang masih tetap memiliki kesadaran dan terhindar dari godaan uang. Ada juga tokoh Banyu yang diperankan oleh Refal Hady, laki-laki yang dekat dengan Tika. 

Banyu digambarkan sebagai pekerja keras dan tidak silau dengan uang. Tidak hanya menerima Tika dan keluarganya apa adanya, dia juga tidak terbuai dengan harta yang dimiliki Tika.

Dari keseluruhan cerita, penonton dapat mengamati bagaimana proses keluarga yang awalnya harmonis dalam kesederhanaan tetap bisa terjerumus karena harta yang mendadak diterima. 

Sangat klasik juga sangat nyata. Ternyata sikap baik dan sabar mereka saja belum cukup untuk membentengi diri dari kemilau uang. Lalu apa yang kurang? Apakah memang kaya mendadak adalah sumber masalah? Uang mendadak adalah sosok jahat yang sulit dikalahkan?

Film tersebut menggambarkan keadaan umum masyarakat masa kini. Mereka yang mengejar uang dan memiliki mindset bahwa uang adalah segalanya. 

Dengan uang semua masalah selesai. Memang benar, uang adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan. Uang menjadi alat tukar untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup. 

Tidak masalah mengejar uang dan harta. Tidak ada yang salah dengan menjadi kaya. Akan menjadi salah ketika seseorang menjadi hamba dari uangnya. Jadilah tuan yang bijak dengan seberapapun harta yang dimiliki. 

Lalu miliki mindset bahwa kebahagiaan dalam hidup bukan berpangkal dari uang. Tapi dari penerimaan baik terhadapa apa saja yang terjadi dalam kehidupan.

Belum menonton? Selamat menonton...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun