Mohon tunggu...
Wardatus Sholihah
Wardatus Sholihah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Malang

Semangatt

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Cara Mengembangkan Sikap Saling Membantu Satu Sama Lain Sejak Usia Dini?

13 November 2022   20:38 Diperbarui: 13 November 2022   20:41 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Menolong artinya kesediaan seseorang untuk memberikan bantuan kepada seseorang yang membutuhkan baik berupa materi maupun moral. Menurut Mc Guire dalam Tinne (2012) menolong dapat diklasifikasi sebagai berikut:

  • Casual helping artinya memberi bantuan kecil kepada orang yang baru dikenal.  Contohnya: mengambilkan barang yang jauh dan memberikan kepada pemiliknya meskipun tidak mengenalnya.
  • Subtantial personal helping artinya memberikan keuntungan yang nyata kepada seseorang dengan mengeluarkan usaha-usaha yang cukup dan dapat diperhitungkan. Contohnya:membantu teman mengakut barang ketika akan berangkat ke pondok atau mau pindah kos-kosan.
  • Emotional helping artinya memberikan dukungan secara emosional dan personal pada seseorang. Contohnya: mendengarkan cerita teman yang sedang banyak masalah.
  • Emergency helping artinya memberi bantuan kepada seseorang (lebih kepada orang yang tidak dikenal) yang tengah menghadapi masalah yang serius dan mengancam keselamatan jiwanya. Contohnya: korban kecelakaan.

3. Kerja sama artinya kesediaan seseorang untuk melakukan kerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama, termasuk kegiatan yang saling menguntungkan dan saling memberi jika membutuhkan.

4. Bertindak jujur artinya kesediaan seseorang untuk bertindak dan berkata apa adanya, tidak bermaksud berbohong kepada orang lain dan tidak memiliki keinginan untuk berlaku curang kepada orang lain.

5. Berderma artinya kesediaan seseorang untuk memberikan sebagian barang yang dimilikinya secara sukarela kepada orang yang membutuhkan

Perkembangan Emosi Prososial Anak Usia Dini

Cara anak-anak menanggapi persahabatan atau pertemanan menunjukkan pengalaman sosial mereka. Respons bayi terhadap perilaku dan kehadiran bayi lain seusianya dimulai pada usia dini. Bayi sudah mengamati bayi lain seusianya pada usia dua bulan. Menyentuh bayi lain antara usia tiga dan empat bulan sebagai upaya untuk mencari dan mengantisipasi respon sosial dari bayi lain. Melalui pengembangan hubungan sosial, perkembangan sosial ini akan berlanjut sampai anak mencapai usia dewasa.

Menurut Nurmalita (2015:104) perkembangan emosi dan sosial sama dengan perkembangan perilaku, dimana seseorang diminta untuk mengikuti atau menyesuaikan diri dengan aturan yang ada di lingkungan masyarakat. Hal ini dapat diartikan sebagai kemampuan anak untuk berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa atau orang tua, masyarakat, dan lingkungannya, serta rasa hormat mereka terhadap perasaan orang lain. Kebiasaan baik harus ditanamkan sejak dini karena ini adalah fondasi utama bagi perkembangan perilaku sosial dan emosional yang baik pada anak. Perilaku sosial yang diharapkan adalah tumbuhnya perilaku prososial. Perilaku prososial memberikan manfaat terhadap kehidupan bermasyarakat. Perilaku prososial memberikan rasa keharmonisan, kedamaian, rasa saling menyayangi dan menghormati satu sama lain.

Menurut Hurlock (1978) perilaku prososial yang umum terjadi pada anak diantaranya:

  • Meniru artinya anak biasanya melakukan perilaku orang-orang dewasa yang berada disekitar mereka.
  • Persaingan artinya anak mempunyai keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan temannya.
  • Kerja sama artinya anak senang bermain koperatif bersama teman-temannya.
  • Simpati artinya anak menggambarkan perasaan belas kasih atas kesedihan orang yang berada disekitarnya.
  • Empati artinya anak menempatkan diri pada kesedihan orang yang dilihatnya.
  • Dukungan sosial artinya anak mendapatkan dukungan belajar dari orang-orang disekitarnya.
  • Berbagi artinya anak memberikan sesuatu yang dimilikinya kepada temannya atau orang dewasa yang membutuhkan sebagai bentuk keperduliannya.
  • Perilaku akrab artinya anak memiliki hubungan erat dan personal dengan orang lain atau teman sebayanya.

Selain perilaku prososial anak juga memiliki perilaku anti sosial seperti:

  • Negatifisme artinya memiliki rasa atau perilaku melawan otoritas orang dewasa.
  • Agresif artinya perilaku ingin menyerang jika diganggu oleh orang lain.
  • Perilaku berkuasa artinya menganggap semua benda yang disekitarnya miliknya dan tidak ada satu orang pun yang boleh memegangnya.
  • Memikirkan diri sendiri artinya mementingkan keinginannya sendiri tanpa memperhatikan orang lain.
  • Merusak artinya anak suka membanting atau menghancurkan barang-barang. Anak biasanya senang merusak mainannya sendiri.

Menurut teori Piaget adanya sifat egosentris yang tinggi pada anak karena anak belum memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. Pada tahap ini anak hanya mementingkan dirinya sendiri dan belum mampu bersosialisasi dengan orang lain.

Dalam Musyafaroh (2017), Hurlock menyatakan bahwa untuk mencapai perkembangan sosial dan mampu bersosialisasi, diperlukan tiga proses. Ketiga proses tersebut saling berkaitan dan jika terjadi kegagalan pada salah satu dari tiga proses tersebut. Maka akan menurunkan tingkat sosialisasi orang tersebut. Tiga proses tersebut adalah: Pertama, perilaku yang dapat diterima secara sosial dan standar yang dimiliki setiap kelompok masyarakat untuk perilaku itu. Kedua, memperoleh keterampilan bermain peran sosial. Ketiga, pertumbuhan proses sosial, seperti menyukai kegiatan orang lain dan menyukai orang lain tanpa memilih-milih. Dalam Musyarofah (2017), Moh Padil dan Trio Supriyatno menyatakan bahwa perkembangan sosial anak dapat berlangsung melalui dua cara: pertama, proses pembelajaran sosial dan pengembangan loyalitas sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun