Mohon tunggu...
Wardah Polem
Wardah Polem Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

Lulusan jurusan Biologi Universitas Sumatera Utara. Freelancer dibidang kepenulisan. Mencoba berdampak dan menebar manfaat bagi sesama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[RTC] Lily dan Charlie

10 November 2021   14:59 Diperbarui: 10 November 2021   15:17 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cerita (Sumber Pixabay)

Namaku Charlie. Dan aku seekor kucing. Lebih tepatnya kucing dengan tubuh proporsional dan anggun yang berbulu orange dengan loreng hitam di seluruh tubuhku. Jika kau pernah menonton film dengan kucing bernama Garfield, kurang lebih aku terlihat seperti dia. Keren dan menawan, bukan?

Aku tinggal bersama 10 ekor teman-teman ku di sebuah rumah kosong di dekat rumah sakit. Saat ini, aku sedang berjalan menuju rumah sakit. Aku akan bertemu seseorang. Sebenarnya, ini seperti pertemuan mingguan antara aku dan dia. Kami akan bertemu 3 kali dalam seminggu dan rutinitas ini terjadi sejak setahun yang lalu.

Aku menoleh memandangi kaca depan toko yang sepertinya menjual baju dan accessories. Tubuhku terlihat sangat menawan hari ini. Aku merasa dr.Lily akan memujiku hari ini. Ah, aku lupa bercerita padamu, kalau seseorang yang ku temui bernama dr.Lily. Dia adalah seorang dokter berparas cantik. Charlie juga merupakan nama yang diberikan dr.Lily. Katanya aku terlihat keren dengan nama itu. Persahabatan kami mulai terjalin saat dr.Lily menolong ku ketika terjatuh dalam selokan rumah sakit. Ah, dia begitu baik dan cantik.

Sejak itu, aku rutin bertemu dengan dr.Lily di rumah sakit. Dia akan membawakanku berbagai jenis makanan mewah versi kucing. Dia akan mengelus bulu-buluku sambil terus bercerita tentang bagaimana dia menyelamatkan nyawa banyak orang dengan profesinya sebagai dokter. Ah, pekerjaannya juga terlihat cukup sulit dan berat.

Seiring dengan kedekatanku dan dr.Lily, para kucing lain memenadangku dengan berbeda. Beberapa kali, mereka menanyakan perihal sakit yang mereka alami. Dan aku akan membual sesukaku. Sebenarnya aku sudah tau, penyakit yang mereka alami diakibatkan mereka yang terlalu banyak makan dan rebahan. Sungguh tak keren.

Mungkin kamu juga bertanya-tanya, mengapa dr.Lily tak membawa ku pulang kerumahnya. Aku sempat sedih ketika memikirkan hal ini. Aku menyangka dr.Lily tak menyayangiku. Hingga akhirnya aku tau kalau suami dr.Lily alergi dengan bulu kucing. Ini melegakanku.

Aku sudah tiba di halaman rumah sakit. Tapi, hari ini rumah sakit terlihat berbeda. Biasanya tidak seramai ini. Orang-orang berlalu lalang sambil memakai masker. Bahkan beberapa orang dirawat di lorong-lorong rumah sakit sambil dipasangi alat di hidungnya. Kalau tidak salah dr.Lily pernah bercerita kalau itu adalah tabung oksigen.

         "Hai, Charlie." Aku menoleh, rupanya Tom yang memanggilku.

         "Hai, Tom" aku membalas sapaannya. Tom adalah salah satu teman kucingku. Tapi dia berbeda. Tom cerdas dan memiliki pergaulan yang luas. Bisa dibilang, Tom adalah sumber informasi yang aktual dan terpercaya untuk para kucing di daerah kami.

         "Kau ingin menemui dr.Lily?" tanya Tom

Aku mengangguk.

        "Keadaan sedang kacau, ada virus yang menyerang manusia. Lihat lah, banyak sekali pasien yang harus dirawat."

Aku melihat ke sekelilingku sembari mengingat kejadian saat aku melewati lorong rumah sakit. Memang rumah sakit sangat ramai dan sibuk hari ini.

       "Para dokter dan perawat sangat sibuk. Mereka juga memakai baju seperti 'astronot' yang menutupi seluruh tubuh mereka".

Aku kembali menoleh ke arah lorong. Tom benar. Ada beberapa orang yang memakai baju 'astronot' dan juga masker. Intinya seluruh tubuhnya ditutupi.

      "Kau tau yang lebih menyeramkan, Charlie? Banyak orang yang meninggal karena virus ini, para pasien, termasuk juga para              dokter dan perawat."

Aku terdiam. Informasi dari Tom sangat mengejutkanku. Ini semua terjadi tiba-tiba. Ditambah lagi, aku belum bertemu dengan dr.Lily. Semua ini begitu mengkhawatirkanku.

      "Tom, apakah kau mau membantu ku mencari dr.Lily?". Aku berkata sambil memohon pada Tom. Tetapi, Tom hanya diam.

"Baiklah Tom, aku akan memberi mu sesi konsultasi kesehatan gratis denganku dan juga makanan mewah sebagai bonus nya". Tom mengangguk kegirangan dan menyuruhku bergegas untuk berkeliling rumah sakit.

Seharian sudah aku dan Tom mengelilingi rumah sakit. Tapi, kami tak kunjung menemukan keberadaan dr.Lily. Akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sebentar di dekat lorong rumah sakit. Sayup-sayup aku mendengar cerita beberapa perawat yang sedang istirahat.

        "Aku beneran nggak nyangka kalau dr.Lliy terkena corona juga. Aku beneran sedih karena katanya nilai saturasi oksigen dr.Lily       semakin rendah. Aku takut dia pergi". Ujar salah satu perawat.

Perawat lainnya hanya menimpali dengan helaan napas panjang. Sepertinya keadaan saat ini memang gawat.

Aku mencoba mencerna kata-kata perawat tadi. Dan aku menyadari kalau aku dan Tom tidak bisa menemukan dr.Lliy bukan karena kami tidak dapat menebak dia yang mana dengan pakaian seperti 'astronot' itu. Akan tetapi, dr.Lily sudah terkena virus itu dan keadaannya gawat.

Aku ikut menghela napas panjang layaknya perawat tadi. Tom berusaha menghiburku dengan bercerita kalau tetap ada orang yang akan selamat dari serangan virus ini. Dan aku mencoba untuk mempercayainya.

Kami memutuskan untuk tetap berada di rumah sakit walau hari sudah larut malam. Tom membangunkanku yang tertidur di lantai rumah sakit. Dia mengisyaratkanku untuk berlari menuju halaman depan rumah sakit. Aku mengikutinya sambil menahan kantuk. Ku lihat beberapa orang menurunkan karangan papan bunga dari mobil. Sekeliling halaman rumah sakit sudah dipenuhi papan bunga. Kami hanya menatap karangan papan bunga itu. Walau Tom termasuk kucing yang cerdas, tetapi dia tak dapat membaca. Kami hanya menatap sambil menduga-duga apa yang telah terjadi.

Beberapa perawat dan dokter berkumpul di halaman rumah sakit. Tak lama kemudian sebuah peti putih dari dalam rumah sakit dibawa ke dalam mobil ambulans. Sepertinya diadakan upacara perpisahan singkat dengan sang jenazah dalam mobil. Aku dan Tom terus menduga siapakah orang itu, dan tentunya aku terus berdoa agar itu bukan dr.Lily.

Akan tetapi, nama dr.Lily berulang kali disebut dalam upacara perpisahan itu. Kemudian, aku dan Tom ikut mendekat. Salah seroang perawat menyadari keberadaan ku, dan mengendongku sambil berkata "Kamu Charlie kan, kucingnya dr.Lily?". Aku mengeong mengiyakan pertanyaannya. Dia kemudian mengelus ku perlahan sambil berkata "dr.Lily sudah pulang, dia pulang sebagai pahlawan untuk kita semua."

Aku hanya bisa menangis dalam pelukan perawat itu.

Seminggu sudah sejak kepergian dr.Lily. Aku tetap rutin mengunjunginya 3 hari dalam sepekan sambil membawa bunga Lily yang katanya menjadi bunga kesukaannya. Kita akan tetap bertemu walau terpisah.


Karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Rumah Pena Inspirasi Sahabat untuk memperingati Hari Pahlawan tahun 2021. Cerpen ini juga sebagai ucapan terima kasih atas jasa para pahlawan garda terdepan dalam masa Covid-19. 


rtc-logo-618342baffe7b54bd569e2f3-618b7799733c4355a026b872.jpg
rtc-logo-618342baffe7b54bd569e2f3-618b7799733c4355a026b872.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun