Perawat lainnya hanya menimpali dengan helaan napas panjang. Sepertinya keadaan saat ini memang gawat.
Aku mencoba mencerna kata-kata perawat tadi. Dan aku menyadari kalau aku dan Tom tidak bisa menemukan dr.Lliy bukan karena kami tidak dapat menebak dia yang mana dengan pakaian seperti 'astronot' itu. Akan tetapi, dr.Lily sudah terkena virus itu dan keadaannya gawat.
Aku ikut menghela napas panjang layaknya perawat tadi. Tom berusaha menghiburku dengan bercerita kalau tetap ada orang yang akan selamat dari serangan virus ini. Dan aku mencoba untuk mempercayainya.
Kami memutuskan untuk tetap berada di rumah sakit walau hari sudah larut malam. Tom membangunkanku yang tertidur di lantai rumah sakit. Dia mengisyaratkanku untuk berlari menuju halaman depan rumah sakit. Aku mengikutinya sambil menahan kantuk. Ku lihat beberapa orang menurunkan karangan papan bunga dari mobil. Sekeliling halaman rumah sakit sudah dipenuhi papan bunga. Kami hanya menatap karangan papan bunga itu. Walau Tom termasuk kucing yang cerdas, tetapi dia tak dapat membaca. Kami hanya menatap sambil menduga-duga apa yang telah terjadi.
Beberapa perawat dan dokter berkumpul di halaman rumah sakit. Tak lama kemudian sebuah peti putih dari dalam rumah sakit dibawa ke dalam mobil ambulans. Sepertinya diadakan upacara perpisahan singkat dengan sang jenazah dalam mobil. Aku dan Tom terus menduga siapakah orang itu, dan tentunya aku terus berdoa agar itu bukan dr.Lily.
Akan tetapi, nama dr.Lily berulang kali disebut dalam upacara perpisahan itu. Kemudian, aku dan Tom ikut mendekat. Salah seroang perawat menyadari keberadaan ku, dan mengendongku sambil berkata "Kamu Charlie kan, kucingnya dr.Lily?". Aku mengeong mengiyakan pertanyaannya. Dia kemudian mengelus ku perlahan sambil berkata "dr.Lily sudah pulang, dia pulang sebagai pahlawan untuk kita semua."
Aku hanya bisa menangis dalam pelukan perawat itu.
Seminggu sudah sejak kepergian dr.Lily. Aku tetap rutin mengunjunginya 3 hari dalam sepekan sambil membawa bunga Lily yang katanya menjadi bunga kesukaannya. Kita akan tetap bertemu walau terpisah.
Karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Rumah Pena Inspirasi Sahabat untuk memperingati Hari Pahlawan tahun 2021. Cerpen ini juga sebagai ucapan terima kasih atas jasa para pahlawan garda terdepan dalam masa Covid-19.Â
![rtc-logo-618342baffe7b54bd569e2f3-618b7799733c4355a026b872.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/11/10/rtc-logo-618342baffe7b54bd569e2f3-618b7799733c4355a026b872.jpg?t=o&v=555)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI