“ ‘Abdullah jika engkau engkau bersedia menerimaku sebagai istrimu makaa aku akan memberimu serratus ekor unta”. Ucap Laila dengan blak-blakan. Dengan bijaknya ‘Abdullah menjawab :
“Aku selalu mengikuti kehendak ayahku dan aku tidak akan pernah meninggalkannya.”
Jawaban itu mengakhiri perbincangan ‘Abdullah dan Laila. Lalu Ketika ia melanjutkan perjalanannya bahkan belum sampai dirumah ditujunya, ‘Abdullah dicegat Kembali oleh seorang wanita. Dia adalah Fathimah binti Murr al-Kha’tsamiyyah, seorang peramal yahudi yang mendalami kitab taurat.
“Wahai pemuda, maukah engkau sekarang bersetubuh denganku. Aku akan memberimu seratus unta jika kamu mau melakukannya?” ucap Fathimah tanpa rasa malu ini didasari dari keyakinannya bahwa ‘Abdullah calon ayah dari nabi yang ditunggu-tunggu oleh kaum yahudi dan nashrani.
“Segala sesuatu yang diharamkan, aku bersedia mati untuk menjauhinya. Sedangkan yang telah dihalakan maka aku harus mengetahui lebih jelas tentangnya. Bagaimana kau akan memenuhi permintaanmu yang tercela itu padahal orang yang mulia akan menjaga harga diri dan agamanya!” jawab ‘Abdullah dengan ketus sebagai sedikit pelajaran atas kelancangan perempuan itu.
Semua Wanita yang mendatanginya gigit jari karena beliau tetap tak goyah. Baktinya kepada orang tua membuatnya teguh dan tak sedikitpun tertarik untuk menanggapi goadaan-godaan itu. Pada saat itu tepat diusianya yang kedelapan belas ia mengucapkan akad nikah dihadapan Wahab, ayah Aminah dan menjadi suami sah dari Siti Aminah
Diambil dari kitab Lentera Kegelapan karya Purna Siswa 2010 Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien Lirboyo Kota Kediri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H