Mohon tunggu...
Wardah Fajri
Wardah Fajri Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Pengembara Penggerak Komunitas

Community Development -Founder/Creator- Social Media Strategist @wawaraji I www.wawaraji.com Bismillah. Menulis, berjejaring, mengharap berkah menjemput rejeki. Blogger yang menjajaki impian menulis buku sendiri, setelah sejak 2003 menjadi pewarta (media cetak&online), menulis apa saja tertarik dengan dunia perempuan, keluarga, pendidikan, kesehatan, film, musik, modest fashion/fashion muslim, lifestyle, kuliner dan wisata.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Dunia Merespon Fashion Muslim dari Istanbul Modest Fashion Week, Turki, Bagaimana Indonesia?

19 Mei 2016   03:30 Diperbarui: 19 Mei 2016   16:10 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AP Photo/DailyMail
AP Photo/DailyMail
Silaturahim Komunitas Hijab Dunia
Melalui ajang IMFW, Turki sebagai negara yang dapat menghubungkan Asia dan Eropa, menjadi tempat pertemuan strategis untuk mengenalkan busana muslim. Fashion muslim pun sangat mungkin berkembang pesat memenuhi kebutuhan warga dunia. Semakin bertumbuhnya perempuan berjilbab yang leluasa menjelajah dunia, merantau untuk belajar dan bekerja di negara barat misalnya, maka kebutuhan fashion muslim akan tetap ada, karena komunitasnya perlahan terbentuk di seluruh negara di dunia.

Beda individu beda gaya personalnya, maka selama ada beragam pilihan busana muslim terbukalah peluang untuk produsen dan bervariasi pilihan untuk konsumen. Nah, apalagi beda negara beda lagi kebutuhan busana muslimnya. Perempuan berjilbab di Inggris berbeda kebutuhan pakaiannya dengan perempuan berjilbab di Timur Tengah. Bukan hanya soal fungsi pakaian, tapi juga warna dan motifnya. Kalau Timur Tengah berani bermain warna, itulah sebabnya Dian Pelangi punya pasar besar di Timur Tengah, beda lagi dengan Inggris yang lebih menyukai warna gelap. Lain lagi dengan Turki yang gaya busananya cenderung formal cenderung konservatif.

Di luar penerimaan yang beragam atas hadirnya inspirasi busana Islami di International Modest Fashion Week, pergelaran ini sebenarnya menjawab kebutuhan perempuan berjilbab di seluruh dunia. Mereka butuh berjejaring, bukan hanya sekadar mencari inspirasi busana muslim dunia, namun juga saling menguatkan karena bagaimana pun sisterhood dibutuhkan. Menjadi pengguna jilbab di negara yang belum sepenuhnya menerima bukan perkara mudah rasanya, meski saya belum pernah mengalaminya. Namun lihat saja sekitar kita, di Indonesia, di negara yang menerima Islam sebagai agama resminya dan mayoritas pemeluknya, kita bergaya atau berpenampilan dengan busana muslim yang sedikit berbeda saja, bisa menuai perbedaan persepsi bahkan adu argumen tiada henti.

Indonesia barangkali negara Islam yang paling ajaib dengan berbagai keragamannya. Soal busana muslim saja bisa banyak versi dan variasinya. Pada akhirnya, pilihan kembali kepada pengguna, bukan soal benar atau salah, namun mana yang paling nyaman dikenakannya sesuai karakter dirinya, gaya personalnya, namun ajakannya adalah tetap memerhatikan aspek dasar busana muslim dan rasanya semua perempuan sedang berproses belajar untuk bisa mempraktikkanya lebih utuh.

International Modest Fashion Week menjadi pembuka mata dunia tentang busana muslim/pakaian Islami/fashion muslim. Langkah yang cerdas dan berani karena berangkat dari negara yang sedang membangun Demokrasi termasuk dalam hal berpakaian untuk perempuan muslim.

Berkumpulnya perempuan berhijab dari seluruh dunia di Istanbul, Turki selama dua hari, semua berpakaian tertutup yang disebut Daily Mail sebagai busana konservatif, membawa pesan bahwa perempuan berhak menentukan pilihan atas busananya sendiri, bukan hanya bicara gaya personal tapi hak menutup auratnya.

Saya pun turut bersemangat menyaksikan dari jauh pergelaran fashion ini. Modanisa, ritel online fashion muslim berbasis di Turki, memberikan dukungan penuh sebagai sponsor utama event yang berlangsung dua hari menghadirkan 70 desainer seluruh dunia termasuk dari Indonesia ini. Bukan hanya desainer Indonesia yang terlibat, seorang perempuan Indonesia pun punya andil besar. Adalah Franka Soeria yang menjadi salah satu konseptor, inisiator, sekaligus pelaksana IMFW.

Franka Soeria, namanya sudah dikenal di komunitas hijab dunia melalui alahijab. Franka membangun komunitas hijab mempertemukan hijabers dari berbagai negara yang memiliki kesamaan, memakai dan menyukai bahkan mengikuti tren fashion hijab. Komunitas yang dibangunnya berangkat dari dunia maya. IMFW menjadi gathering perdana komunitas hijab dunia ini. Tak heran jika antusiasme hijabers dunia sangat tinggi atas fashion event ini.

Meski sebagian warga Turki memisahkan fashion dan Islam, bahwa ada anggapan sebagian kecil masyarakat bahwa fashion dan Islam tak bisa dipertemukan, Demokrasi tetap berjalan. Bahwa ada sebagian lagi masyarakat yang merasa nyaman di lingkungan pengguna dan penyuka fashion muslim, Islamic clothing.

Saya pun akhirnya bisa berbincang dengan Franka lewat media sosial usai IMFW. Banyak fakta mengejutkan juga membanggakan datang dari ceritanya.

Mulai dari pemberitaan media internasional yang ternyata bukan hanya AP, Daily Mail tapi juga Guardian, New York Times, Washington Post bahkan Vogue. Sayangnya media di Indonesia hanya dua saja yang mengangkat IMFW, padahal ada perempuan Indonesia sebagai salah satu penggagas ajang fashion muslim dunia ini, dan ada desainer Indonesia yang tampil di IMFW perdana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun