Memahami benda seni yang asli, dan mengedukasi para penikmat seni juga benda antik juga menjadi isu penting di pameran ini. Christian sekilas menggambarkan bagaimana dunia seni begitu dinamis dengan praktik peniruan yang dilakukan secara professional. Kalau penikmat seni tidak menambah wawasannya dengan mencuri pengetahuan dari para spesialis, bisa jadi mereka akan menjadi “korban” dealer penjual barang palsu yang harganya bisa selangit.
Teredukasinya penikmat seni bukan hanya akan meminimalisasi kerugian materi, namun juga menumbuhkan pemahaman mengenai nilai sebuah benda seni/antik. Pertukaran pengetahuan inilah yang akan terjadi di International Antiques Fair.
Bagi Kompasianer yang berencana ke Hong Kong pada akhir Mei 2016, atau barangkali sedang berada di Hong Kong pada tanggal terebut, coba saja singgah ke pameran ini, dan kalau bisa bagi ceritanya. Saya penasaran, bagaimana kalau orang awam datang ke pameran semacam ini, seperti apa antusiasmenya? Saya yakin akan banyak sekali benda berharga yang memanjakan mata. Mungkin perlu membawa pemandu khusus untuk bisa menikmati pameran benda antik ini. Pemandu yang bisa menjelaskan sekilas saja sejarah benda-benda antik tersebut. Dengan begitu, pengunjung pameran yang bukan kolektor bisa menikmati dan mendapatkan pengalaman unik menelusuri sejarah ribuan tahun silam.
[caption caption="Suvenir dari Christian Deydier dan Jacques Babando. Dok. Wardah Fajri"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H