2.      Nilep (Ravacana Films)
3.      Ojo Sok-Sokan (Sebelas Sinema Pictures)
4.      Opor Operan (Sebelas Sinema Pictures)
5.      Ruwat (Tanahijau Kreative)
Â
Untuk mencari pemenang, penilaian oleh tim juri memperhitungkan beberapa aspek, di antaranya kesesuaian tema, konten termasuk di dalamnya ide cerita, alur, plot, orisinalitas, serta teknik pengambilan gambar hingga penyuntingan. Sepuluh finalis tersebut merupakan hasil seleksi dari 20 besar yang tersaring dari 200 lebih peserta.
Saat movie screening di Galeri Indonesia Kaya, Bimo Setiawan selaku Direktur KompasTV mengatakan penyeleksian finalis bukan perkara mudah. Ia bahkan mengaku tak sanggup menjadi juri melihat tingginya antusiasme peserta FFPI 2015 yang berlangsung sejak 1 Oktober hingga 18 Desember 2015, dengan sebelumnya juga diadakan workshop di berbagai kota.
Melihat besarnya minat kalangan muda memproduksi film pendek, Bimo pun memberikan dukungannya, agar anak muda terus berkarya dengan pihaknya yang berkomitmen mewadahi, memfasilitasi sebagai bentuk dukungan untuk sineas muda.
Salah satu tim juri, Angga Dwimas Sasongko, seorang produser dan sutradara yang sukses berkiprah sejak 2010 (nominee Sutradara Terbaik Piala Citra untuk Film Hari untuk Amanda) hingga menang Piala Citra untuk Film Terbaik Cahaya dari Timur: Beta Maluku pada 2014, serta nominee Sutradara Terpuji (Festival Film Bandung) dan Sutradara Terbaik (Festival Film Indonesia) 2015 untuk Film Filosofi Kopi, mengatakan keunikan cerita yang memberikan sebuah pernyataan dalam fim pendek, adalah kriteria paling dicarinya untuk mendapatkan nama pemenang.
Persoalan teknik produksi, apalagi jika pesertanya adalah pembuat film amatir, bukan menjadi pertimbangan utama juri dalam membuat keputusan. Bagaimana ide direalisasikan dalam konten film pendek yang memberikan pesan atau pernyataan sesuai tema untuk menyuarakan Indonesia dengan caranya, lebih menjadi perhatian.
Saya pun membuat catatan kecil sambil menyaksikan 10 film pendek finalis FFPI 2015. Bagi saya, sebuah film yang bisa memberikan pesan sederhana berasal dari keseharian kita namun disampaikan dengan cara menarik, menghibur, unik itulah film yang baik, sekali lagi bagi saya.
Dan saya pun mencatat, beberapa judul film pendek FFPI 2015 yang saya nilai punya pesan dan berhasil menyampaikan pesannya lewat film pendek, yakni Nilep dan Bubar Jalan. Untuk film Bubar Jalan, saya bahkan sampai merasa menjadi bagian dari film tersebut karena ceritanya sangat dekat dengan kita dan berisi pengalaman yang rasanya semua orang pernah merasakan, terutama siswa sekolah dasar negeri dengan ritual upacara bendera. Mengangkat cerita yang dekat dengan pengalaman individual, dengan sisipan pesan atau bahkan kritikan di dalamnya, bagi saya, itulah fungsi film.