Mohon tunggu...
Wardah Fajri
Wardah Fajri Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Pengembara Penggerak Komunitas

Community Development -Founder/Creator- Social Media Strategist @wawaraji I www.wawaraji.com Bismillah. Menulis, berjejaring, mengharap berkah menjemput rejeki. Blogger yang menjajaki impian menulis buku sendiri, setelah sejak 2003 menjadi pewarta (media cetak&online), menulis apa saja tertarik dengan dunia perempuan, keluarga, pendidikan, kesehatan, film, musik, modest fashion/fashion muslim, lifestyle, kuliner dan wisata.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Dua Perempuan Pembawa Pesan dari Indonesia Lewat "Fashion Hijab"

14 April 2015   20:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:06 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertanyaan yang mengejutkan sekaligus menusuk, apalagi bagi Franka yang paham betul perkembangan fashion di Indonesia terutama fashion hijabnya. "Fashion hijab Indonesia lebih keren dari negaramu," tutur Franka bercerita.

Dari cerita Franka kepada sejumlah peserta talkshow A La Hijab di IFW 2015 JCC, fashion hijab Indonesia jauh lebih kaya. Modelnya lebih bervariasi dan penggunanya lebih berani mengenakan aneka model busana muslim. Bisa dibilang, Indonesia lebih moderat bahkan mungkin liberal perihal gaya berbusana muslim. Semua gaya ada dan kembali ke selera, dari fashion hijab syari hingga fashion hijab gaul ada. Dari pengguna yang sudah paham betul cara berbusana muslim hingga perempuan muda yang masih belajar berbusana tertutup. Semua ada dan penggunanya leluasa memilih sesuai selera.

Sementara di Turki dan beberapa negara Eropa, gaya busana muslim masih harus menyesuaikan situasi kondisi. Bisa jadi karena perempuan berhijab di sana tinggal di negara  yang mayoritas bukan muslim atau menganut sekulerisme macam Turki. Alhasil, pilihan fashion hijab pun terbatas. Atasan panjang selutut atau disebut tunik paling aman dipakai dan digemari di negara Eropa. Namun, pilihannya pun terbatas. Kebutuhan yang tinggi dengan pilihan busana terbatas, membuka peluang tersendiri untuk negara penghasil fashion hijab macam Indonesia. Namun tak mudah bagi Indonesia berpromosi di negara lain, karena selain faktor pemasaran, modal, kemampuan produksi yang masih lemah, imej Indonesia sendiri masih cenderung negatif. Indonesia besar di negeri sendiri, namun tak punya nama baik di sebagian belahan dunia. Jangan heran jika tak banyak orang sadar bahwa Indonesia adalah produsen fashion hijab terbesar dan memiliki banyak orang kreatif di dunia tekstil dan mode.

Inilah peran yang dimainkan Franka. Kehadirannya di Turki bukan tanpa alasan. "Awalnya, saya ingin mengenalkan busana rancangan saya ke Modanisa," katanya.

Namun kenyataannya, tak mudah mengenalkan fashion hijab Indonesia. Tak banyak orang tahu Indonesia dan fashion hijabnya. Desainer paling terkenal sekali pun di Indonesia belum tentu dikenal namanya di negara lain. Sekali lagi, imej Indonesia yang sedemikian lemahnya lah penyebab utamanya.

Franka menceritakan pengalamannya, bagaimana ia harus perlahan mengenalkan fashion hijab Indonesia hingga akhirnya diterima. Beruntung dia bertemu atasan di Modanisa yang paham bahwa Indonesia punya fashion hijab yang luar biasa. Bersama Kareem, Franka bertahap mengenalkan Indonesia. Mengubah cara pandang warga dunia mengenai Indonesia lewat fashion hijab. Warga dunia? Ya, karena Franka adalah bagian penting dalam komunitas fashion hijab dunia yang meliputi berbagai negara, seperti Perancis, Jerman, dan lainnya.

Dari awalnya ingin mengenalkan busana kreasinya, Franka pun mengubah haluan. Ia lebih aktif mengenalkan fashion hijab Indonesia dengan berbagai gaya. Ia pun harus mau dan mampu menyesuaikan kebutuhan warga dunia atas fashion hijab dengan kreasi yang Indonesia punya. Menurutnya, ada beberapa desain dan gaya fashion hijab Indonesia yang mungkin digemari di negeri sendiri, namun tak menarik minat pembeli di sejumlah negara.

Saat tampil di panggung mode, fashion hijab Indonesia boleh saja mendapatkan tepuk tangan yang membanggakan namun setelahnya tak ada yang membeli apalagi memakai, karena kurang sesuai dengan selera dan kebutuhan sehari-hari.

"Tepuk tangan di atas panggung namun tak ada pembelinya," kata Franka mengungkapkan masalah klasik fashion hijab Indonesia saat diperkenalkan di tingkat dunia.

Karenanya, kemampuan membaca selera pasar internasional, menyesuaikan kondisi dan kebutuhan mereka, menjadi sangat penting. Disamping, produk fashion Indonesia harus terus meningkatkan kualitas tulisannya. Desainer Indonesia sudah harus meningkatkan kemampuan produksi dan bisnis fashionnya, bukan hanya canggih mencipta karya dan memamerkannya. Percuma saja bukan pamer koleksi busana muslim yang mungkin disukai di atas panggung tapi setelah itu sepi pembeli.

Mengubah persepsi dunia juga kalangan pelaku fashion hijab Indonesia adalah paduan isu yang tengah Franka kelola dengan keterlibatannya dalam komunitas fashion hijab dunia. Franka tetap membawa nama Indonesia lewat komunitas tersebut, sekaligus perlahan menggandeng desainer/pelaku fashion hijab Indonesia, untuk ikut andil membangun jejaring internasional dan mengenalkan Indonesia lebih positif lewat fashion hijab yang lebih matang dari segi desain dan bisnisnya.

Mengangkat citra positif Indonesia

Seirama dengan Franka, Restu dengan brand ETU dan RA by Restu Anggraini juga berkesempatan mengenalkan Indonesia bahkan membangun citra positif Indonesia di mata dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun