Dalam kehidupan bermasyarakat, kita tahu bahwa kehidupan di pedesaan sangat berbeda dengan kehidupan di perkotaan. Pada umumnya, orang-orang yang tinggal di pedesaan memiliki keterikatan yang sangat kuat di banding yang tinggal di perkotaan. Satu hal yang sangat kontras terlihat adalah dalam perilaku menolong.
Perilaku menolong (helping behaviour) sendiri merupakan suatu tindakan yang memberikan keuntungan bagi orang lain daripada terhadap diri sendiri. Menurut Baron, Byrne & Branscombe-2006, perilaku menolong merupakan tindakan yang menguntungkan orang lain tanpa harus menguntungkan si penolong secara langsung, bahkan kadang menimbulkan resiko terhadap si penolong (www.psychologymania.com).
Tentu hal ini sangat cocok dengan orang-orang di pedesaan dibanding orang-orang di perkotaan. Perbandingannya sekitar 70 : 30. Kalau kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat yang hidup di kota cenderung mengutamakan kepentingan pribadinya terlebih dahulu dibanding kepentingan orang lain. Misalnya saja dalam dunia kerja atau ketika menggunakan angkutan umum. Sehingga tidak jarang menimbulkan tindakan kriminalitas.
Sedangkan bila kita tinjau di kehidupan pedesaan, orang-orang yang hidup di desa justru tidak bisa berjalan sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain. Hampir setiap aktivitas yang mereka kerjakan, selalu berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Contohnya saja dalam bertani, berkebun atau dalam memusyawarahkan suatu permasalahan. Mungkin hal ini terlihat sangat biasa bagi kita. Tapi apakah kita pernah berpikir mengapa bisa terjadi hal seperti itu? Padahal kita semua sama-sama makhluk sosial pada kodratnya. Tidak bisa sekedar mengatakan “Maklum”. Kita harus tau Mengapa tingkat Perilaku Menolong di masyarakat pedesaan lebih kental dibanding di kehidupan perkotaan?
Di dalam perilaku menolong, terdapat istilah Altruisme. Yaitu perhatian terhadap kepentingan, kesejahteraan dan keselamatan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. (www.alislamiyah.uii.ac.id)
Bila kita meneliti lebih jauh mengenai masyarakat pedesaan dan perkotaan, rupanya ini dipengaruhi oleh pola pikir individu. Pola pikir sangat mempengaruhi suatu kehidupan seseorang. Semakin jauh pola pikir seseorang, semakin baik juga kehidupan pribadi orang tersebut namun belum tentu baik dalam kehidupan bermasyarakat. Sebaliknya, pola pikir yang masih jauh dari kata modern cenderung menciptakan orang-orang yang berpikiran primitif namun berdampak baik dalam kehidupan bermasyarakat.Mari kita tinjau satu per satu.
1. Pedesaan
Rupanya kehidupan di pedesaan masih didominasi dengan pola pikir yang kurang (walaupun saat ini sudah banyak pola pikir yang lebih maju dalam kehidupan pedesaan). Pola pikir yang seperti ini, masih mempertahankan kepercayaan pada beberapa hal, seperti :
1. mitos-mitos,
2. cerita kampung,
3. Memegang teguh keagamaan & Penghormatan pada leluhur,
4. Dll.
Bagi orang-orang yang hidup di perkotaan, mempercayai hal-hal seperti itu mungkin akan sulit ditemui. Tapi bagi mereka yang hidup di pedesaan, akan menjadi marabahaya bila tidak mau mempercayainya. Rupanya, hal-hal tersebut memiliki poin positif tersendiri untuk kehidupan bermayarakat. Contoh :
Di dalam kehidupan pedesaan, golongan orang-orang tua pada masyarakat pada umunya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Kekuasaan di pedesaan terpusat pada individu, seperti kyai, ajengan, lurah, dsb. (www.kompasiana.com). Ini merupakan penerapan secara tak langsung yang ditemui lewat poin nomor 3. Dimana kalau secara umum lebih dikenal dengan musyawarah. Musyawarah di dalam pedesaan, pasti akan mengumpulkan semua warga di dalam 1 tempat sehingga nantinya akan menghasilkan suatu hasil yang mufakat. Baik orang-orang yang berkaitan ataupun tidak berkaitan dengan masalah yang musyawarahkan tersebut, pasti akan sama-sama membaurkan pikiran-pikiran mereka sehingga masalah tersebut dapat selesai dengan baik. Hal tersebut tanpa sadar menimbulkan perilaku menolong secara tidak langsung.
Kemudian, kurangnya media informasi ataupun fasilitas yang memadai di pedesaan. Kita ambil contoh dalam mata pencaharian masyarakat desa yang pada umumnya bertani, berkebun dan bertenak. Dalam 1 kotak sawah yang besar, nantinya akan ditanami padi yang terdiri dari 2-3 orang atau lebih penanam. Tidak mungkin mereka akan melakukan itu secara sendiri, karena pasti dibutuhkan waktu yang lama untuk menggemburkan hingga menanam. Kalaupun sendiri, mereka pasti juga memerlukan bantuan kerbau untuk membajak sawah.
Kemudian dalam bertetangga, dengan kehidupan yang serba kekurangan, mau tidak mau ada istilah “ketok pintu”. Dalam agama, diajarkan bahwa tetangga merupakan saudara kita yang paling dekat. Apabila kita memerlukan sesuatu, pasti tetangga yang akan membantu. Ataupun bila kita memiliki sesuatu yang berlebih, adab yang baik adalah memberikan sedikit kepada tetangga. Hal-hal kecil seperti itu yang sudah ada sejak dahulu, bahkan menjadi tata krama dalam kehidupan bermasyarakat, lambat laun menghasilkan mindset yang berujung pada perilaku menolong. Mereka tidak segan-segan untuk membantu asalkan tetangga/saudara mereka dapat terbantu, walaupun kadang merepotkan/merugikan si penolong. Namun itu tidak menjadi suatu permasalahan bagi mereka, karena nantinya hal tersebut akan menimbulkan kepuasan batin dan menimbulkan rasa bersyukur kepada Tuhan atas apa yang mereka miliki. Apakah anda melihat hal tersebut di kehidupan perkotaan?
2. Perkotaan
Pola pikir di perkotaan sudah lebih maju dari yang diperdesaan. Atau dikatakan modern. Pemikiran yang terkonsep instan ini, cenderung membuat semuanya dapat dilakukan sendiri. Terlebih tersedianya fasilitas-fasilitas yang memadai. Untuk melihat adanya perilaku menolong dalam kehidupan di perkotaan, rasanya akan sulit ditemui terkhusus di kota-kota besar.
Contohnya : ketika seseorang menaiki bis kota yang cukup penuh dan sesak, akan akan berupaya mencari tempat duduk atau sekedar pegangan agar tidak jatuh. Bila anda seorang wanita yang sedang bersama seorang balita dan membawa barang bawaan, Apakah ada seorang pemuda yang akan berdiri dari kursi duduknya dan memberikan tempat kepada anda? Atau mungkin orang-orang itu akan sibuk sendiri dengan gadgetnya atau menoleh pura-pura tidak tahu? Tentu mereka tidak mau dirugikan, karena mereka juga butuh tempat duduk untuk perjalanan yang jauh dan berdesak-desakan. Sedangkan pola perilaku menolong adalah memberikan keuntungan bagi orang lain daripada dirinya sendiri. Tentu ini sangat bertolak belakang.
Mindset ini terus berlanjut dalam dunia kerja, mereka cenderung menggunakan ego melalui berbagai cara asalkan mereka untung dan mendapat bonus dari atasannya. Bahkan dalam kehidupan bertetangga, miris sekali bila melihat orang-orang yang hidup bertetangga tetapi tidak pernah/jarang melakukan interaksi sosial. Sehingga untuk mewujudkan adanya perilaku menolong tersebut, sangat minim dilakukan.
Perbedaan yang sangat mencolok. Sehingga mengapa perilaku menolong di kehidupan pedesaan lebih kental daripada kehidupan di perkotaan. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari sini adalah :
- Pola pikir masyarakat begitu mempengaruhi adanya perilaku menolong antar individu.
- Media & fasilitas menjadi faktor kedua dari hadirnya perilaku menolong.
- Perilaku menolong bukanlah sesuatu yang hadir secara sengaja, namun sudah terbentuk dari dalam pikiran dan jiwa seseorang dari dulu. Hanya saja, individu tidak menyadari.
- Perilaku menolong bisa dimulai dari pembiasaan. Orang yang tadinya hidup dalam perilaku menolong, jika kemudian tinggal dalam suasana yang tidak mencerminkan perilaku menolong, bisa jadi akan terpengaruh. Begitupun sebaliknya.
- Perilaku menolong masyarakat yang hidup di perkotaan yang cenderung menurun, dipengaruhi oleh pembiasaan kehidupan yang instan. Begitupun di pedesaan, perilaku menolong cenderung meningkat karena dipengaruhi oleh kehidupan yang sulit dan butuh kerja keras.
Jadi, itu tadi kenapa perilaku menolong di pedesaan lebih kental di banding di perkotaan. Walaupun kita hidup di kota, tetapi kita tetap harus menjunjung tinggi perilaku menolong di dalam kehidupan kita. Bagaimanapun tercukupinya kita, suatu saat pasti akan memerlukan orang lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI