Mohon tunggu...
Wardah Roudhotina
Wardah Roudhotina Mohon Tunggu... -

Psychology'13 Universitas Islam Indonesia - "Tidak ada yang 100% Sempurna, namun tidak ada salahnya bila kita mengusahakan 100% (maksimal)"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Memahami Perilaku Menolong Masyarakat Pedesaan Vs Masyarakat Perkotaan"

23 September 2013   23:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:29 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

4. Dll.

Bagi orang-orang yang hidup di perkotaan, mempercayai hal-hal seperti itu mungkin akan sulit ditemui. Tapi bagi mereka yang hidup di pedesaan, akan menjadi marabahaya bila tidak mau mempercayainya. Rupanya, hal-hal tersebut memiliki poin positif tersendiri untuk kehidupan bermayarakat. Contoh :

Di dalam kehidupan pedesaan, golongan orang-orang tua pada masyarakat pada umunya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Kekuasaan di pedesaan terpusat pada individu, seperti kyai, ajengan, lurah, dsb. (www.kompasiana.com). Ini merupakan penerapan secara tak langsung yang ditemui lewat poin nomor 3. Dimana kalau secara umum lebih dikenal dengan musyawarah. Musyawarah di dalam pedesaan, pasti akan mengumpulkan semua warga di dalam 1 tempat sehingga nantinya akan menghasilkan suatu hasil yang mufakat. Baik orang-orang yang berkaitan ataupun tidak berkaitan dengan masalah yang musyawarahkan tersebut, pasti akan sama-sama membaurkan pikiran-pikiran mereka sehingga masalah tersebut dapat selesai dengan baik. Hal tersebut tanpa sadar menimbulkan perilaku menolong secara tidak langsung.

Kemudian, kurangnya media informasi ataupun fasilitas yang memadai di pedesaan. Kita ambil contoh dalam mata pencaharian masyarakat desa yang pada umumnya bertani, berkebun dan bertenak. Dalam 1 kotak sawah yang besar, nantinya akan ditanami padi yang terdiri dari 2-3 orang atau lebih penanam. Tidak mungkin mereka akan melakukan itu secara sendiri, karena pasti dibutuhkan waktu yang lama untuk menggemburkan hingga menanam. Kalaupun sendiri, mereka pasti juga memerlukan bantuan kerbau untuk membajak sawah.

Kemudian dalam bertetangga, dengan kehidupan yang serba kekurangan, mau tidak mau ada istilah “ketok pintu”. Dalam agama, diajarkan bahwa tetangga merupakan saudara kita yang paling dekat. Apabila kita memerlukan sesuatu, pasti tetangga yang akan membantu. Ataupun bila kita memiliki sesuatu yang berlebih, adab yang baik adalah memberikan sedikit kepada tetangga. Hal-hal kecil seperti itu yang sudah ada sejak dahulu, bahkan menjadi tata krama dalam kehidupan bermasyarakat, lambat laun menghasilkan mindset yang berujung pada perilaku menolong. Mereka tidak segan-segan untuk membantu asalkan tetangga/saudara mereka dapat terbantu, walaupun kadang merepotkan/merugikan si penolong. Namun itu tidak menjadi suatu permasalahan bagi mereka, karena nantinya hal tersebut akan menimbulkan kepuasan batin dan menimbulkan rasa bersyukur kepada Tuhan atas apa yang mereka miliki. Apakah anda melihat hal tersebut di kehidupan perkotaan?

2. Perkotaan

Pola pikir di perkotaan sudah lebih maju dari yang diperdesaan. Atau dikatakan modern. Pemikiran yang terkonsep instan ini, cenderung membuat semuanya dapat dilakukan sendiri. Terlebih tersedianya fasilitas-fasilitas yang memadai. Untuk melihat adanya perilaku menolong dalam kehidupan di perkotaan, rasanya akan sulit ditemui terkhusus di kota-kota besar.

Contohnya : ketika seseorang menaiki bis kota yang cukup penuh dan sesak, akan akan berupaya mencari tempat duduk atau sekedar pegangan agar tidak jatuh. Bila anda seorang wanita yang sedang bersama seorang balita dan membawa barang bawaan, Apakah ada seorang pemuda yang akan berdiri dari kursi duduknya dan memberikan tempat kepada anda? Atau mungkin orang-orang itu akan sibuk sendiri dengan gadgetnya atau menoleh pura-pura tidak tahu? Tentu mereka tidak mau dirugikan, karena mereka juga butuh tempat duduk untuk perjalanan yang jauh dan berdesak-desakan. Sedangkan pola perilaku menolong adalah memberikan keuntungan bagi orang lain daripada dirinya sendiri. Tentu ini sangat bertolak belakang.

Mindset ini terus berlanjut dalam dunia kerja, mereka cenderung menggunakan ego melalui berbagai cara asalkan mereka untung dan mendapat bonus dari atasannya. Bahkan dalam kehidupan bertetangga, miris sekali bila melihat orang-orang yang hidup bertetangga tetapi tidak pernah/jarang melakukan interaksi sosial. Sehingga untuk mewujudkan adanya perilaku menolong tersebut, sangat minim dilakukan.

Perbedaan yang sangat mencolok. Sehingga mengapa perilaku menolong di kehidupan pedesaan lebih kental daripada kehidupan di perkotaan. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari sini adalah :


  • Pola pikir masyarakat begitu mempengaruhi adanya perilaku menolong antar individu.
  • Media & fasilitas menjadi faktor kedua dari hadirnya perilaku menolong.
  • Perilaku menolong bukanlah sesuatu yang hadir secara sengaja, namun sudah terbentuk dari dalam pikiran dan jiwa seseorang dari dulu. Hanya saja, individu tidak menyadari.
  • Perilaku menolong bisa dimulai dari pembiasaan. Orang yang tadinya hidup dalam perilaku menolong, jika kemudian tinggal dalam suasana yang tidak mencerminkan perilaku menolong, bisa jadi akan terpengaruh. Begitupun sebaliknya.
  • Perilaku menolong masyarakat yang hidup di perkotaan yang cenderung menurun, dipengaruhi oleh pembiasaan kehidupan yang instan. Begitupun di pedesaan, perilaku menolong cenderung meningkat karena dipengaruhi oleh kehidupan yang sulit dan butuh kerja keras.


Jadi, itu tadi kenapa perilaku menolong di pedesaan lebih kental di banding di perkotaan. Walaupun kita hidup di kota, tetapi kita tetap harus menjunjung tinggi perilaku menolong di dalam kehidupan kita. Bagaimanapun tercukupinya kita, suatu saat pasti akan memerlukan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun