Kota dan Kabupaten Bekasi, sebagai daerah urban, memiliki jumlah pendatang yang hampir sama banyaknya dengan penduduk asli. Keduanya, pribumi dan pendatang (kaum perantau), memiliki masalah sosial yang sama. Anggapan bahwa kaum perantau apatis dan tidak peduli dengan hiruk pikuk sosial politik budaya di Bekasi, harus mulai disingkirkan. Spirit mudik para perantau yang didapatkan di kampung halamannya harus diaktualisasikan untuk membangun Bekasi, sebagai tanah tempatnya bergulat dalam realitas hidup sehari-hari.
Perantau dan penduduk asli, memilikitanggungjawab yang sama dan kesempatan yang sepadan untuk membangun tanah yang dipijaknya. Sejarah Bekasi menujukan, kolaborasi antara pribumi dan pendatang mampu membangun dan membesarkan Bekasi. Bekasi juga sudah cukup kuat terhadap benturan dan guncangan kultural yang bersentimen primordialisme. Mendikotomikan pribumi dan pendatang adalah kemunduran dan pengingkaran terhadap sejarah. Kaum pribumi harus bisa menerima kaum pendatang dan bersama-sama membangun Bekasi menjadi lebih baik.
Kesadaran inilah yang perlu untuk direvitalisasi dalam tradisi mudik. Penyatuan rasa kebekasian, harus dilebur tanpa mengenal batas-batas primordialisme, batas antara perantau dan penduduk asli. Mudik adalah ritual Pergi Untuk Kembali.
Selamat Mudik..!
Waras Wasisto, Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat dan Sekaligus Kandidat Calon Wakil Bupati Bekasi pada Pilkada 2012.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H