Perseteruan antar personel ditubuh Polri tidak hanya terjadi di internal Porli itu sendiri, ternyata terjadi juga di luar institusi Polri seperti yang dialami lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Aris Budiman dan Novel Baswedan adalah salah satu contoh dari sekian contoh lain yang tidak terekspose sedang berseteru di lembaga yang dibanggakan masyarakat Indonesia
Siapa yang benar-benar memberantas korupsi dan yang menghalang-halangi pemberantasan korupsi terutama di institusi Polri dapat dilihat bagaimana rekam jejak masing-masing personel selama menjadi penegak hukum melalui beberapa sumber seperti pernyataan Novel Baswedan di Kompas TV acara Aiman eksklusif Novel Baswedan dan kehadiran Aris Budiman di Pansus DPR tanpa seizin KPK.
Kehadiran Aris Budiman di DPR tanpa seizin KPK membuktikan pengaruh pangkat sebagai Jenderal Bintang Satu (Brigjen) di Polri mengalahkan dan menginjak-injak wibawa pimpinan KPK dan dihadapan Pansus KPK membeberkan bagaimana terjadi persoalan diinternal KPK sendiri terutama dengan Novel Baswedan yang notabennya hanya bawahan secara institusi Polri, namun secara senioritas di KPK Aris Budiman jauh dibawah Novel Baswedan yang akhirnya menimbulkan persoalan.
Pengakuan Novel Baswedan di acara Aiman wajar kecewa dan mengeluh dengan kehadiran personel Polri yang berpangkat diatas AKP seperti Kombes apalagi perwira bintang satu jelas merusak profesionalitas kerja KPK yang tidak menerapkan jenjang pangkat.
Aris Budiman adalah salah satu contoh berpangkat Brigjen dengan semena-mena bertindak semaunya dan memanfaatkan pangkat untuk memojokkan Novel Baswedan seolah punya power full di KPK. Justru sebaliknya, Aris Budiman diduga titipan dari oknum Polri tertentu yang terindikasi korupsi untuk menghalangi proses hukum. (Sumber)
Terbukti, beberapa kasus hukum yang melibatkan oknum Polri sampai hari ini belum diproses seperti yang dikeluhkan Novel Baswedan, bahkan beberapa kasus korupsi yang melibatkan oknum Polri yang ditangani Novel harus mengalami beberapa peristiwa seperti pengepungan gedung KPK dan intimidasi terhadap pribadi Novel sendiri dan faktanya sangat jelas menjadi korban penyiraman air keras.
Dengan diisinya beberapa personel Polri di beberapa pos-pos penting seperti Direktur Penyidikan KPK dijabat Aris Budiman, penyidik senior oleh Novel Baswedan serta pimpinan KPK dijabat Brigjen Polisi Basaria Panjaitan maka tidak ada bedanya KPK adalah "Polri Dua".
Novel Baswedan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan Brigjen Polisi Aris Budiman dan Brigjen Polisi Basaria Panjaitan yang sama-sama berpangkat Brigjen. Basaria sebagai pimpinan KPK bisa apa? Ternyata tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi Brigjen Polisi Aris Budiman disaat menghadiri Pansus KPK di DPR.
Artinya, ada oknum perwira Polri yang ada dibelakang Aris Budiman sehingga apa yang dilakukannya adalah dianggap benar.
Bintang satu dipundak dan oknum Polri dibelakangnya yang mendorong tekat Aris Budiman begitu gagah perkasa mendatangi gedung DPR tanpa mempertimbangkan statusnya sebagai Direktur Penyidikan KPK.