Mohon tunggu...
Wara Katumba
Wara Katumba Mohon Tunggu... independen -

POLITIK LU TU PENGADU (POLITIKus LUcu TUkang PENGAngguran berDUit

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Tamasya Al-Maidah Jadi Alat Hiburan "Maksiat" Politik, Kenapa MUI Diam?

17 April 2017   14:41 Diperbarui: 17 April 2017   23:00 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdiri seratus dua puluh ayat, urutan ke lima dari keseluruhan surat kitab suci Al-Quran yaitu surat Al-Maidah, hanya karena pidato Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Kepulauan Seribu menyebut surat Al-Maidah 51 yang dianggap penodaan agama oleh pihak tertentu kemudian dimanfaatkan untuk aksi bela Al-Maidah dan berlanjut dengan aksi Tamasya Al-Maidah di Tempat Pemungutan Suara (TPS) Pilkada DKI Jakarta putaran kedua 19 April 2017.

Surat Al-Maidah telah diperlakukan tidak pada tempatnya, melenceng jauh dari unsur religious Rahmatan Lil’Alamin yang justru lakonnya oleh penganutnya sendiri.

Jauh sebelumnya agama/Surat Al-Maidah sudah dijadikan alat politik dan sekarang merambah sebagai alat hiburan.

Alat Politik

Contoh kasus yang dialami Ahok saat menjadi calon kepala daerah di Bangka Belitung adalah salah satu korban dari politik agama pihak tertentu sehingga tokoh besar kita Almarhum Gus Dur harus turun gunung mengklarifikasi atas tindakan oknum pelaku Black Campaign.

Peristiwa tersebut terus berlanjut ke DKI Jakarta yang lebih massif seperti penolakan jenazah hingga ke liang lahat hanya karena perbedaan pilihan harus terkena imbas walaupun sudah tidak bernyawa lagi. Sadis!

Agama terutama Al-Maidah 51 sudah menjadi trend ampuh untuk menjatuhkan lawan politik apalagi lawannya berbeda agama minoritas. Isu politik SARA akan terus berlanjut selama pesta demokrasi seperti Pilkada masih ada.

Alat Hiburan

Al-Maidah tidak hanya dijadikan alat politik serius, tetapi dijadikan alat hiburan juga berupa “Tamasya Al-Maidah”.

Kata “Tamasya” identik dengan hal-hal yang berbau hiburan diluar sifat religi. Masyarakat Indonesia lebih familiar dengan sifat-sifat kesenangan misalkan tamasya ke Ragunan bersama keluarga, ke taman safari, ke Ancol, tamasya ke Las Vegas, ke Macau, ke kalijodo, ke taman Sari, ke gunung kawi, ke gunung kemukus, ke tembok cina dan lain-lain.

sumber: plus.google.com/tengku zulkarnaen tamasya ke tembok cina
sumber: plus.google.com/tengku zulkarnaen tamasya ke tembok cina
Jadi, Tamasya adalah hiburan atau kesenangan yang bisa dua arah, arah kesenangan positif maupun arah kesenangan bersifat negative yang sangat tidak pantas disandingkan dengan Al-Maidah yang berisi ayat-ayat suci Al-Quran dimana kandungannya mengajarkan kita bagaimana bertaqwa mengikuti perintah-NYA, berlaku adil, memaafkan dan disana ada cerita sejarah sebagai pembelajaran dan lain-lain kemudian disimpangkan dalam bentuk kesenangan lain demi tujuan politik tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun