Sekitar satu tahun mensosialisasikan dirinya sebagai calon Gubernur DKI Jakarta, bahkan mendapat prestasi dengan dianugrahi 1000 kali blusukan oleh Rekor MURI, namun pada akhirnya hanya di jadikan calon Wakil Gubernur oleh Partai Gerindra.
Pengorbanan Sandiaga Uno (Sandi) atas tenaga, waktu, pikiran dan dana yang cukup besar tentu menyimpan rasa sesak dihati, sudah pasti rasa itu tetap ada!
Satu tahun tidak cukup untuk mendongkrak popularitas, elektabilitas hingga obesitas, justru kondisinya semakin kelihatan kurang sehat, berat badan menurun, wajah ceking dan kurang tidur akibat kerja politik yang cukup keras demi meraih DKI satu.
Namun apa lacut, muncul sosok Anies Baswedan yang fenomenal, dianggap punya elektabilitas tinggi dibandingkan Sandi, ternyata semakin kedepan semakin terkuak sosok sesungguhnya yang lebih menonjolkan retorika dan dibungkus dengan kesantunan.
Sosok diduga tidak mampu bekerja dengan baik seperti contoh saat menjadi Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan yang meninggalkan berbagai macam persoalan pasca diberhenti secara tidak sehat.
Misalkan, kasus Tunjangan Pendapatan Guru (TPG) yang dipangkas Menteri Keuangan sekitar Rp 23 triliun yang tidak mampu dikelola Anies atau diduga ada rencana akan ditilep, kasus Frankfurt Book Fair (FBF) yang menghabiskan anggaran Negara sekitar Rp 146 miliar dan lain-lain yang belum muncul.
Mengakui penyerapan anggarannya tinggi mencapai hampir 100 persen di Kemendikbud, pekerjaan mudah kalau hanya menghabiskan anggaran hingga mencapai 100 persen, tetapi tepat sasarannya yang sulit terwujud 100 persen seperti dua contoh kasus TPG dan Frankfurt Book Fair.
Contoh FBF, apakah habisnya sebesar 146 miliar? Angka yang tidak masuk akal.
Berjalannya waktu, Â justru dominasi Sandi terlihat dengan programnya, bahkan ada warga yang salah mengira bahwa Sandi sebagai Cagubnya, sedangkan Anies sebagai Cawagub.
Perlahan tapi pasti, peran Sandi sudah menyamai posisi Anies sabagai Cagub.
Sandi sebagai calon Wakil Gubernur berperan tidak lebih seperti ban serap, hanya punya peran saat Gubernurnya tidak ada ditempat, namun tidak berlaku di zaman Jokowi Gubernur, semua tugas dibagi sedemikian rupa sehingga posisi Ahok sebagai Wakil Gubernur tidak ada bedanya dengan posisi Gubernur.
Apakah akan terjadi dengan Anies-Sandi? Pasti terjadi namun terbalik, yang lebih dominan adalah Sandi sebagai Wakil Gubernur notabennya kader partai Gerindra.
Contoh nyata yang bisa dilihat saat debat lebih didominasi Sandi dengan programnya sendiri seperti OK-OCE, publik lebih familier dengan program Sandi dibandingkan Anies yang justru tidak punya program yang melekat pada jati dirinya sama sekali.
Program OK-OCE adalah Sandi dengan symbol jari :
Walaupun awal-awalnya Sandi tidak setinggi elektabilitas Anies, namun sebenarnya Sandi bisa dipupuk lebih popular dan elektabilitasnya tinggi jika ditetapkan sebagai Cagub, terbukti dengan pencalonan Agus Yudhoyono sempat masuk rangking satu hasil survey bahkan menenggelamkan sosok Sylvi yang lebih pengalaman birokrasi dibanding Agus.
Namun apadaya, waktu tidak bisa dikembalikan, seandainya bisa mungkin pasangan Anies-Sandi akan diubah menjadi Sandi-Anies.
Dengan dominannya Sandi atas Anies akhir-akhir ini memberi pesan tersirat bahwa jika terpilih nanti maka diduga Sandi bersama Gerindra dan PKS (Tiga Serangkai) akan mengambil peran layaknya sebagai Gubernur, Anies tidak akan berdaya menghadapi tiga serangkai tersebut.
Posisi Anies hanyalah akademisi, tidak punya partai, modal dipertanyaan jika ada sehingga akan menjadi ban serap walaupun sesungguhnya dia adalah Gubernur.
Atas sikapnya yang identik dengan santun jauh berbeda dengan sikap Ahok yang tegas maka akan menggiring semua persoalan dengan cara santun walaupun dirugikan.
Jadi, realnya adalah Sandi berkedok Gubernur, Anies ban serap pemanis warga DKI Jakarta. Penyesalan hati Sandi terobati walaupun diluar sebagai wakil Gubernur tetapi didalam sesungguhnya Gubernur.
Apakah akan terjadi?
Jika itu terjadi, siap-siap warga DKI Jakarta akan kembali seperti zaman Foke, penyerapan anggaran 100 persen tetapi tidak tepat sasaran dan akan mengulang kembali kesuksesan Anies sebagai Menteri gagal yang mampu menyerap anggaran mendekati 100 persen yang tidak masuk akal.
Salam Penyesalan Hati...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H