Terinspirasi dari judul “Warga Keturunan Tionghoa Kembali "Berulah"? yang menggiring kearah identitas etnis seseorang yang sempat penulis pertanyakan karena ada unsure konotasi negative dengan kata “Berulah”, seolah-olah warga keturunan itu bagian dari suka bikin ulah. Namun tidak ada respon dari ademimin. Artinya, judul tersebut tidak ada masalah, mungkin karena jumlah pembacanya hanya sekitar dibawah 200 an.
Oleh karena itu, tidak ada alasan dari judul yang penulis sembahkan diatas kemudian dijadikan satu persoalan untuk diobok-obok.
By The Way, Program apa yang dianggap “bo’ong-bo’ongan” dari calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta Anies Baswedan? Yaitu Program DP 0 (Nol).
Pertama, Anies sebagai Cagub keturunan Arab yang serumpun dengan Rizieq FPI menawarkan program rumah DP Nol Persen saat debat ke tiga yang dilaksanakan KPU DKI Jakarta beberapa waktu lalu dikritik habis karena tidak jelas dan tidak masuk akal kemudian diralat menjadi DP Nol Rupiah.
Padahal, Nol Persen dan Nol Rupiah sesungguhnya sama dalam dunia matematika hanya cara proses yang berbeda namun hasil akhirnya sama saja.
Contoh bagaimana kita mengubah angka dalam bentuk persen, pecahan, decimal, binary dan lain-lain dalam dunia matematika pada hasil akhirnya sama.
Ini yang dilakukan Anies dengan program rumah DP Nol yang dimanfaatkannya dengan bumbu retorika “Nol Persen” menjadi “Nol Rupiah”.
Kita terjebak dalam permainan kata-kata yang disuguhi Anies, penggunaan Persen umum dimulai dari nol, nol koma hingga 100 persen, sedangkan Rupiah dimulai dari angka1sampai dengan tak terhingga.
Rupiah pada umumnya digunakan karena ada angkanya, apakah kita pernah mendengar 0,7 Rupiah? Apakah saat kita tidak mengantongi uang yang biasanya kita selalu mengatakan “Saya tidak punya uang” kemudian kita sebut “dikantong saya punya nol rupiah”?
Yang dimaksud Anies “Rumah DP Nol Rupiah” pada umumnya menggunakan bahasa “Rumah Tanpa DP”.
Dunia property selalu menggunakan bahasa “Rumah Tanpa DP”, kita tidak pernah menjumpai bahasa “Rumah DP Nol Rupiah”
Tentu ini menjadi satu perdebatan bagi pakar matematika, pakar property maupun pakar-pakar lain yang berkaitan bagaimana menggunakan bahasa “DP Nol Rupiah” tersebut.
Kedua, Bantahan pernah dilakukan Anies bahwa program rumah DP Nol Rupiah bukan dalam wujud rumah, tetapi bagaimana kesempatan menabung dengan jangka waktu yang ditentukan sehingga bisa memenuhi cicilan yang diinginkan. (Sumber)
Artinya, lokasi rumah dijadikan DP Nol Rupiah tidak ada alias tidak jelas, mengawang-awang dalam ilusi dan imajinasi untuk memancing warga DKI Jakarta ikut terhipnotis dengan angka nol besar tersebut.
Antara jelas dan tidak jelas, Program yang dimaksud akan diwujudkan dalam bentuk rumah susun yang lokasinya tidak dijelaskan, apakah dilahan kuburan, gorong-gorong, lahan parkiran, diatas sungai atau mengapung, ataukah rumah terbang diatas awan? (Sumber)
Jadi, kemarin mengatakan DP Nol Persen bukan berwujud rumah, kemudian berubah menjadi DP Nol Rupiah berwujud rumah susun, hanya beberapa bulan sebagai Cagub programnya bisa berubah-ubah. Luar Biasa!
Dua poin diatas cukup mengantar Program DP Nol penuh retorika dan bo’ong-bo’ongan semata?
Bagaimana jika terpilih dan berkuasa selama 5 tahun?
Salam Bo’ong-Bo’ongan…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H