Mohon tunggu...
Wara Katumba
Wara Katumba Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

POLITIK LU TU PENGADU (POLITIKus LUcu TUkang PENGAngguran berDUit

Selanjutnya

Tutup

Politik

Debat Kedua Mengulangi Penampilan Debat Pertama, Cagub DKI Akan Mirip Seperti...

27 Januari 2017   09:51 Diperbarui: 27 Januari 2017   09:55 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: tribunnews.com,kompas.com - edited by wara katumba

Kemudian, program “hiburan malam syariah” yang ditawarkan Sandi saat di acara mata najwa dengan memberi contoh ingin menampilkan tarian salman, tarian daerah dan lain-lain.

Bagaimana mungkin tarian daerah yang merupakan seni budaya bangsa dijadikan alat untuk hiburan malam, image “hiburan malam” identik dengan sisi negatifnya sehingga sangat tidak pantas seni budaya Indonesia digiring ke jurang kegelapan. Tentu ini ide konyol yang tidak masuk akal alias ngaco.

Mungkinkah ide tersebut akan dituangkan dalam debat kedua nanti untuk menutupi masa lalu yang penuh dengan happy-happy?

Jika debat kedua tanggal 27 Januari 2017 terulang seperti penampilan debat pertama maka pasangan Cagub DKI Jakarta akan mirip seperti berikut?

Agus-Sylvi, mempertahankan atau ditingkatkan seperti penampilan debat pertama maka penampilan Agus-Sylvi mengingatkan kita di acara TMOI yang dipandu Eko Patrio dan Vickynisasi (Dewan Cinta) yang banyak sisi kesamaannya, terutama menjadi Agusnisasi.

Ahok- Djarot, mempertahankan atau ditingkatkan dari isi substansi program melalu pemaparan, penjelasan dan bahasa sederhana mudah dipahami semua kalangan masyarakat sebagai bentuk cerminan dari gaya sepasang pemimpin sehingga peluang mendongkrak elektabilitas bisa mencapai diatas 50% dan nilai penguasaan debat diatas 60%.

Anies-Sandi, mempertahankan atau ditingkatkan tidak lebih seperti motivator yang sedang menyampaikan materi atau pemuka agama yang sedang ceramah, tidak peduli materi atau gagasan yang dikemukakan bisa dikerjakan atau tidak, yang penting waktu digunakan untuk memaksimalkan bahasa retorikanya.

Salam Debat…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun