Awalnya hanya populer sebagai ormas sweeping yang selalu berakhir dengan kekerasan dan anarkis, sekarang FPI menjelma menjadi Ormas yang banyak melakukan aksi demo sehingga gaungnya lebih besar terutama dalam aksi demo berkaitan dengan isu-isu nasional.
Berawal dari aksi demo yang sering dilakukannya, sebagai korban sasaran utama adalah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang berulang kali hingga memunculkan Gubernur tandingan yang inkonstitusional.
Belum banyak yang ikut bergabung dengan FPI dalm aksi sweeping maupun aksi demo, hanya anggota internal FPI dan beberapa segelintir orang dekat Rizieq FPI Cs yang ikut-ikutan.
Namun, semua berubah dan lupa sepak terjang FPI disaat Ahok diduga melakukan penistaan agama dalam pidatonya di Kepulauan Seribu.
Seruan “Aksi Bela Islam” sukses dilakukan Rizieq FPI Cs, bahkan beberapa tokoh agama dan tokoh politik ikut bergabung tidak terkecuali beberapa anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersama-sama berkolaborasi dalam Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI) yang diketuai oleh Bachtiat Natsir (Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI) dan ketua Dewan Pembina GNPF MUI dijabat Rizieq FPI.
Aksi 411
Berawal dari fatwa MUI yang tanpa proses “Tabayyun” menyatakan Ahok melakukan penistaan agama dan penghinaan ulama berdampak munculnya aksi demo tanggal 4 November 2016 yang dikenal aksi 411.
Kebetulan atau tidak, arah dan tujuan yang sejalan antara MUI dan FPI agar proses hukum kasus Ahok terus berlanjut sehingga secara tidak langsung MUI merestui aksi 411 yang dimotori GNPF MUI dan tanpa sadar memberi legitimasi terhadap keberadaan Rizieq FPI cs di GNPF MUI.
Namun, ketidak adilan dari MUI sudah tercermin hingga hari ini, banyak ucapan-ucapan penistaan agama yang tidak direspon seperti pernyataan Desmon Mahesa menyinggung agama lain, termasuk Rizieq sendiri yang menghina agama lain dan menuding Ulama Dajjal, Ulama Dusta “nipu pakai ayat Al-Quran”