Beda zaman pencalonan Jokowi-Ahok, punya ciri khas saat kampanye selalu membawa program unggulan seperti kartu Pintar (KJP), kartu Sehat (KJS), Rusun dan lain-lain ditunjukkan ke warga.
Ibarat Ahok-Djarot berjualan Bakso daging sapi, kemudian Anies-Sandi ingin ikutan berjualan Bakso tetapi menggunakan daging ikan namun tidak paham cara meraciknya.
Atau, ikutan jualan bakso rasa sapi dengan mengubah citarasa atau menambah citarasa “fitsa hats” seperti contoh program KJP dan KJS milik Ahok-Djarot mau diubah atau ditambah menjadi KJP Plus dan KJS Plus.
Bayangkan, semua program milik Ahok-Djarot ditambah “Plus” dan “Plus”, seandainya Ahok-Djarot buka panti pijat, kemudian apakah akan diubah Anies-Sandi menjadi panti pijat plus dan plus.
Apakah penyebabnya karena tidak memiliki terobosan program baru sehingga cukup menambah “Plus”? seperti yang tertuang dalam sebuah artikel ini. Atau mungkin salah satu program baru yang diperagakan seperti gambar dibawah :
Bisa jadi, program yang ditawarkan terinspirasi dari film seperti halnya dengan program “kota apung” milik Agus-Sylvi yang terinspirasi dari film juga.
Jadi, apakah debat tanggal 13 Januari Anies-Sandi akan mengulangi debat sebelumnya di Kompas TV “Program Rosi” hanya menghabiskan waktu dengan cara melakukan kritikan terhadap petahana untuk menutupi programnya yang minim/nol?
Justru kritikan-kritikan tersebut membuka jalan calon lain (petahana) menjelaskan semua program yang sudah dilakukan dan berhasil dengan sukses.