Mohon tunggu...
wara katumba
wara katumba Mohon Tunggu... pengusaha -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

POLITIK LU TU PENGADU (POLITIKus LUcu TUkang PENGAngguran berDUit)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Karena Mahar, Anies-Uno Tenggelamkan PKS “Penebar Isu Kebencian”

3 Oktober 2016   14:39 Diperbarui: 3 Oktober 2016   15:11 4980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: kabarmualafmurtad.wordpress.com

Sejak Anies Baswedan dan Sandiaga Uno (Anies-Uno) didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta oleh partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), tidak terlihat simbol-simbol PKS yang menonjol, justru yang lebih menonjol adalah dari partai Gerindra yang ditunjukkan oleh Uno yang sudah familier dengan Partai Gerindra.

Begitu pun dengan kehadiran Anies yang lebih menonjolkan karakter pribadi yang independen jauh dari ciri khas kader PKS, terlihat dari ukuwah islamiahnya bertolak belakang diantara Anies dan PKS.

Anies lebih nasionalis religius, sedangkan PKS fanatik religius, maka mereka tidak akan pernah bersatu secara ukuwah seperti contoh yang terjadi di Palestina, musuh abadi yang tidak pernah berakhir antara organisasi Hamas dan Fatah, padahal bangsanya sendiri selalu konflik dan digempur terus oleh bangsa lain (Israel).

Ternyata, prilaku bangsa Israel terhadap bangsa Palestina tidak membuat Hamas dan fatah sadar untuk bersatu membela bangsanya. Kenapa bisa terjadi ? ini dikarenakan kekuasaan dan politik yang merecoki mereka.

Begitu pula yang terjadi dengan PKS dan Anies, bahkan PKS tidak segan menebar isu kebencian antar sesama Ormas islam yang ada di Indonesia.

Contoh kecil yang terjadi di kompasiana seperti dibawah :

sumber: kompasiana/imam prasetyo - edited by wara katumba
sumber: kompasiana/imam prasetyo - edited by wara katumba
Bisa dilihat (lingkaran merah) bagaimana komentar seorang K-er yang merasa dirinya golongan mayoritas dengan memojokkan beberapa Ormas islam tertentu sebagai bagian dari kaum minoritas bangsa ini.

K-er tersebut mungkin tidak menyadari bahwa apa yang dituding minoritas itu belum tentu lebih jelek ilmu agamanya dibandingkan yang mengaku mayoritas (Penuding). Pengaku Mayoritas sudah tidak layak hidup di bangsa yang cinta Bhinneka Tunggal Ika, mestinya dengan kesadaran diri hengkang dari negeri ini.

Jadi, contoh diatas adalah fakta konkrit sebagai cerminan ciri-ciri bagian dari penebar isu kebencian yang dimiliki PKS, apalagi diluar muslim.

Para kader bawah maupun simpatisan PKS (MEREKA) yang tidak dapat jatah mahar tidak peduli dengan pilihan partainya. Pilihan mereka terhadap keinginan partai yang menerapkan doktrin “Sami’na, Wa ato’na dan mastato’na” partai yang tidak jelas dan arah tujuannya yang melenceng akan berontak.

Termasuk isu melarang memilih pemimpin wanita pada zaman Megawati menjadi Calon Presiden waktu itu, kemudian dianulir beberapa elit PKS dengan memberi dukungan kepada Risma sebagai Cagub DKI Jakarta yang notabennya adalah pemimpin wanita.

MEREKA akhirnya menyadari dan mantap apa yang dilakukan junjungannya hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompok tingkat elitnya saja. Contoh nyata yang terjadi ada faksi Fahri Hamzah dan faksi Sohibul Imam yang jelas untuk menguntungkan kelompoknya masing-masing tanpa memikirkan para kader bawah dan simpatisannya.

Termasuk kasus korupsi sapi yang menimpa mantan Presiden PKS Lutfi Hasan Ishak bersama sohibnya Ahmad Fathonah yang terungkap doyan mengumbar sahwat birahi dengan beberapa wanita cantik diluar nikah.

MEREKA sudah cerdas dan pintar menyikapi persoalan elit partai terutama calon gubernur DKI Jakarta, kenapa PKS tidak mengusung calonnya sendiri malah mengusung calon eksternal ?

MEREKA tahu apa yang dilakukan PKS adalah :

  • Tidak ada untung jika mengusung calon sendiri karena elektabilitas para kader rendah kecuali mendapat imbalan.
  • Dengan terpaksa mengusung Anies, PKS menabrak Doktrin sendiri “wajib memilih pemimpin dari kader sendiri”
  • Tidak ada dukungan gratis terhadap calon luar atau wajib hukumnya mendapat “Mahar” memilih pemimpin diluar partai kecuali kader sendiri.

Sebagaimana yang terjadi PKS bisa dapat mahar dari bekas Calon Gubernur Sulawesi Selatan Ilham Arif Sirajudin beberapa waktu lalu, dengan senang hati sang calon membeberkan kronologinya. (sumber)

Jadi, setelah PKS mengusung Anies-Uno, Apa yang didapat PKS ? Tidak ada istilah dukungan sia-sia buat PKS, yang pasti “Mahar” adalah solusi yang tepat, tinggal berapa nilai “Mahar” yang diperoleh hanya PKS yang tahu.

Apakah kaum MEREKA dapat jatah “Mahar” dari elit PKS ? Melihat pengalaman beberapa kasus yang menimpa elit PKS selama ini, diyakini MEREKA tidak dapat apa-apa “gigit jari” kecuali hanya mendapat jatah rutin saat didompleng “Sami’na, Wa ato’na dan mastato’na” sejak dini apa itu PKS.

Melihat pencalonan Anies-Uno, membawa dampak besar terhadap beberapa kalangan PKS yang ogah-ogahan untuk memilihnya, karena sebagai partai doktrin maka pilihannya ada dua yaitu milih Anies-Uno atau lebih baik GOLPUT. Diluar pilihan Partai “GOLPUT” dianggap bukan pemimpin bagi MEREKA maka wajib jangan dipilih.

Jika Anies-Uno tidak terpilih apakah akan "bernyanyi" mengikuti jejak eks Calon Gubernur Sulawesi Selatan Ilham Arif Sirajudin ?

Salam Mahar…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun