Menyambung artikel“Djarot “Tidak Dianggap” Oleh Pihak Luar Dan Partai Diluar PDIP” penulis mencoba menebak arah yang masih berkaitan dengan sikap PDIP yang belum jelas.
Tujuan partai politik salah satu adalah meraih kekuasaan setinggi mungkin. Kader punya peluang dan kesempatan jangan dikekang partai, karena tidak semua peluang dan kesempatan akan datang kesekian kali.
Begitu juga nasib kader terbaik PDIP yang sekarang menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saeful Hidayat (Djarot), jika tidak memanfaatkan dengan baik oleh PDIP maka nasib Djarot seperti “Hidup segan , mati tak mau”.
Beberapa aspirasi pihak luar yang masuk ke PDIP terutama:
- Menolak Ahok diusung PDIP
- Mendukung Tri Risma (Walikota Surabaya) diusung PDIP
Pertanyaannya, Apakah ada aspirasi pihak luar terhadap nasib Djarot ?
Jawabannya, Tidak ada sama sekali, padahal selama menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot terbilang sukses dan berhasil menjadi partner yang baik dengan Gubernur DKI Jakarta (Ahok).
Jadi, Apa yang dicari pihak luar tersebut terhadap PDIP dengan mengabaikan nama Djarot ? Tentu ini menjadi pertimbangan PDIP untuk mengambil sikap bijak atas tujuan pihak luar tersebut.
Prilaku-prilaku pihak luar yang paling konyol dan lain sebagainya dilakukan beberapa tokoh yang tidak asing dimata publik yang tergabung di “Forum Kampung Kota“ dengan menyodorkan surat terbuka buat PDIP dan termasuk Presiden Joko Widodo (Hallo..! Presiden ga urus yang gitu-gituan wahai ini..).
Beberapa contoh nama seperti Siane Indriani yang juga anggota Komnas HAM, sejarahwan DKI JJ Rizal, Wardah Hafidz dari Urban Poor Consortium dan Advokat yang juga politikus PKB Nursyahbani Katjasungkana.(sumber: detik.com)
Prilaku intelek yang ngawur dan kebablasan mempermalukan institusi yang menaungi mereka yang semestinya diberi sanksi karena telah mencederai independensi institusi seperti Komnas HAM.
Kalau mau dengar sejarah Ahok, maka datang saja menemui sejarahwan top JJ.Rizal, apa-apa yang tidak kita ketahui berkat sejarahwan JJ.Rizal kita akan semakin tahu bagaimana sejarah Ahok sebenarnya.
Dan yang paling ngaco adalah kader PKB yang ikut-ikutan menolak Ahok, Apakah partai PKB sudah raib sehingga harus ikut bergabung dengan forum lain ? Sebagai kader partai seharusnya aspirasi disampaikan ke pimpinan PKB, dasar “politisi karbitan” sok pintar.
Dari semua aspirasi-aspirasi yang masuk ke PDIP, maka jalan yang terbaik, adil, bijak, memenuhi keinginan semua pihak, PDIP melakukan langkah berikut :
Mengusung Risma
Dengan mengusung Risma maka semua aspirasi-aspirasi dari pihak luar maupun pihak dalam akan terpenuhi, puas dunia akhirat terutama partai agama PKS. PDIP memberi kesempatan kadernya yang potensial seperti Risma untuk meraih kekuasaan dengan menyingkirkan Ahok seperti yang diharapkan semua pihak, terutama pihak luar yang menolak Ahok menjadi gubernur kembali.
Semoga pihak luar yang begitu semangat mendorong Risma diusung PDIP tidak berubah pikiran dengan alasan yang macam-macam.
Tidak mendukung Ahok-Djarot
Demi memenuhi aspirasi pihak luar dari berbagai elemen maka PDIP tidak akan mendukung apalagi mengusung Ahok-Djarot. Maka semakin menambah rasa puas dunia akhirat terutama partai agama PKS, hawa nafsu politiknya mencapai puncak kenikmatan.
Semoga pihak luar yang begitu semangat menolak Ahok yang telah dipenuhi PDIP tidak berubah pikiran dengan alasan yang macam-macam.
Memberi kebebasan kepada Djarot secara terhormat
Seperti kalimat awal diatas “Tujuan partai politik salah satu adalah meraih kekuasaan setinggi mungkin. Kader punya peluang dan kesempatan jangan dikekang partai, karena tidak semua peluang dan kesempatan akan datang kesekian kali”.
Djarot punya hak cita-cita demi partai maka PDIP wajib memperhatikan cita-cita kadernya untuk memilih pilihan politiknya selama tidak melanggar peraturan partai.
Sejauh ini tidak ada aspirasi dari pihak luar meminta kepada PDIP agar Djarot dilarang berpasangan dengan Ahok, artinya PDIP juga harus memenuhi aspirasi kadernya juga dengan memberi kebebasan terutama kepada Djarot untuk meraih kesempatan politiknya apakah meneruskan pencalonannya dengan pihak lain atau menerima pinangan Ahok kembali menjadi Calon Wakil Gubernur.
Seandainya Ahok jadi dengan Djarot diusung partai Nasdem, Hanura dan Golkar, maka tidak ada pihak manapun yang akan complain karena hingga hari ini pihak luar tidak mempermasalahkan itu.
Jika ada pihak luar mempermasalahkan lagi kepada PDIP, maka pihak luar tersebut sudah kelewatan batas sampai ikut campur urusan partai PDIP.
“sudah dikasih hati, minta jantung” istilah yang pantas disematkan ke pihak luar tersebut. Sudah dikasih hati (usung Risma), minta jantung (Djarot jangan dikasihkan ke Ahok). Keterlaluan !
Semoga pihak luar yang begitu semangat mendorong Risma diusung dan menolak Ahokdiusung yang sudah dipenuhi PDIP tidak berubah pikiran dengan alasan yang macam-macam.
Akhirnya, Dengan jalan bijak dari 3 poin diatas, semua aspirasi sudah dipenuhi PDIP dan semua pihak luar menyambutnya dengan suka cita, bahagia, aman selamat sentosa kecuali pihak yang masih tidak puas sambil menggerutu “betul lu (PDIP) ga usung Ahok, tapi lu lepas Djarot digandeng Ahok, asem-asem…”
Salam Bijak…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H